Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21416 | 03 Sep 2025
Klinis : Kasus Steven Johnson Seorang pasien, perempuan berusia 32 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan kulit kemerahan luas, nyeri, disertai lepuhan di tubuh dan luka di mulut sejak 3 hari terakhir. Pasien mengatakan awalnya mengalami demam, nyeri tenggorokan, serta mata terasa perih seperti terbakar. Dua hari kemudian, muncul ruam kemerahan di wajah yang menyebar ke dada, punggung, dan lengan. Ruam berkembang menjadi bula yang mudah pecah sehingga kulit tampak melepuh dan terasa sangat nyeri. Pasien juga mengalami sariawan parah yang membuatnya sulit makan dan minum. Saat ditanya riwayat sebelumnya, pasien mengatakan baru 10 hari lalu mengonsumsi obat. antibiotik golongan sulfa untuk infeksi saluran kemih. Sejak itu pasien merasa badannya lemah dan muncul gejala prodromal menyerupai flu. Saat ini pasien tampak gelisah, menangis karena nyeri, dan sangat khawatir kondisi kulitnya akan semakin parah. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit jantung. Riwayat alergi makanan tidak ada, namun pasien belum pernah diketahui alergi obat. Tidak ada riwayat penyakit kulit sebelumnya. Ayah pasien memiliki riwayat asma, ibu sehat. Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat alergi obat berat atau penyakit kulit serupa. Pasien sadar compos mentis, orientasi baik. Keluhan utama pasien adalah nyeri kulit (skala 9/10), nyeri mulut, dan perih pada mata. Pasien juga mengatakan pandangannya mulai kabur sejak dua hari terakhir. Tidur sangat. terganggu karena nyeri hebat pada kulit dan mulut. Pasien sering terbangun dan hanya tidur 2-3 jam per malam. Aktivitas sangat menurun karena nyeri dan lemah. Pasien lebih banyak berbaring, membutuhkan bantuan keluarga untuk berpindah tempat tidur. Sebelum sakit, pola BAB dan BAK normal. Saat ini BAK berkurang, urin lebih pekat karena asupan cairan kurang. aat ini pasien sulit makan karena adanya luka di mulut dan tenggorokan, serta bibir pecah-pecah. Nafsu makan sangat menurun, hanya bisa menelan bubur dan minum sedikit air. Berat badan menurun 2 kg dalam I minggu. Kulit tampak melepuh luas, beberapa area terkelupas. Pasien biasanya jarang sakit, tetapi jika sakit lebih sering mengonsumsi obat dari apotek tanpa resep dokter. Tidak pernah mendapat edukasi mengenai alergi obat. Pasien merasa cemas, takut wajah dan kulitnya akan rusak permanen, la merasa citra dirinya menurun dan malu bila bertemu orang lain. Pasien tampak menangis dan gelisah, sulit menenangkan diri. Saat ditanya cara mengatasi stres, ia mengatakan berdoa dan mendapat dukungan dari suami. Pasien meyakini bahwa sakit merupakan ujian. la percaya dengan pengobatan medis dan dou, ia bisa sembuh. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: tampak sakit sedang-berat, kesadaran compos mentis. Tanda vital: TD 100/70 mmHg, Nadi 108x/menit, RR 24x/menit, Suhu 38,5°C. Kulit: ruam eritema menyebar di wajah, dada, punggung, lengan, sebagian tungkai. Lepuhan multipel dengan epidermis mudah terkelupas (positif tanda Nikolsky). Luas area luka 15-20% TBSA. Mata: konjungtiva merah, sekret mukopurulen, pasien mengeluh nyeri dan pandangan kabur. Mulut: mukosa bibir dan orofaring penuh ulserasi, terdapat krusta berdarah, pasien sulit menelan. Genitalia: tampak lesi eritema dan erosi di daerah vulva. Pemeriksaan Penunjang Darah rutin: Leukosit 13.000/µL (meningkat), Hb 12 g/dL, Trombosit 220.000/?L. Elektrolit: Na 130 mmol/L (menurun), K. 3.2 mmol/L (menurun). Fungsi ginjal: Ureum 45 mg/dL, Kreatinin 1,6 mg/dL tanda awal gangguan ginjal akibat dehidrasi. Tes fungsi hati: SGOT/SGPT meningkat ringan. Kultur darah & swab luka: sedang dalam pemeriksaan untuk menilai infeksi sekunder. Konsultasi oftalmologi: ditemukan konjungtivitis berat dengan risiko kerusakan komea.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi SDKI, SLKI, SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Steven Johnson Syndrome (SJS):
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Kode: 10088
b. Judul: Integritas Kulit Terganggu
c. Definisi: Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit.
2. Diagnosa Keperawatan SLKI:
a. Kode: 20007
b. Judul: Pemulihan Integritas Kulit
c. Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kondisi kulit yang sehat.
3. Diagnosa Keperawatan SIKI:
a. Kode: 30055
b. Judul: Perawatan Kulit
c. Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan kondisi kulit yang sehat.
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan Sindrom Steven-Johnson (SJS) mengalami kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit yang luas, disertai lepuhan, nyeri, dan komplikasi pada mata, mulut, dan saluran pencernaan. Diagnosa keperawatan utama adalah Integritas Kulit Terganggu, yang menggambarkan kondisi kulit pasien yang mengalami lesi dan kerusakan. Tujuan keperawatan adalah Pemulihan Integritas Kulit, yaitu kemampuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kondisi kulit yang sehat. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Perawatan Kulit, yaitu tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan kondisi kulit yang sehat, seperti perawatan luka, pengelolaan nyeri, dan pencegahan komplikasi. -
Article No. 21417 | 03 Sep 2025
Klinis : Kasus Steven Johnson Seorang pasien, perempuan berusia 32 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan kulit kemerahan luas, nyeri, disertai lepuhan di tubuh dan luka di mulut sejak 3 hari terakhir. Pasien mengatakan awalnya mengalami demam, nyeri tenggorokan, serta mata terasa perih seperti terbakar. Dua hari kemudian, muncul ruam kemerahan di wajah yang menyebar ke dada, punggung, dan lengan. Ruam berkembang menjadi bula yang mudah pecah sehingga kulit tampak melepuh dan terasa sangat nyeri. Pasien juga mengalami sariawan parah yang membuatnya sulit makan dan minum. Saat ditanya riwayat sebelumnya, pasien mengatakan baru 10 hari lalu mengonsumsi obat. antibiotik golongan sulfa untuk infeksi saluran kemih. Sejak itu pasien merasa badannya lemah dan muncul gejala prodromal menyerupai flu. Saat ini pasien tampak gelisah, menangis karena nyeri, dan sangat khawatir kondisi kulitnya akan semakin parah. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit jantung. Riwayat alergi makanan tidak ada, namun pasien belum pernah diketahui alergi obat. Tidak ada riwayat penyakit kulit sebelumnya. Ayah pasien memiliki riwayat asma, ibu sehat. Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat alergi obat berat atau penyakit kulit serupa. Pasien sadar compos mentis, orientasi baik. Keluhan utama pasien adalah nyeri kulit (skala 9/10), nyeri mulut, dan perih pada mata. Pasien juga mengatakan pandangannya mulai kabur sejak dua hari terakhir. Tidur sangat. terganggu karena nyeri hebat pada kulit dan mulut. Pasien sering terbangun dan hanya tidur 2-3 jam per malam. Aktivitas sangat menurun karena nyeri dan lemah. Pasien lebih banyak berbaring, membutuhkan bantuan keluarga untuk berpindah tempat tidur. Sebelum sakit, pola BAB dan BAK normal. Saat ini BAK berkurang, urin lebih pekat karena asupan cairan kurang. aat ini pasien sulit makan karena adanya luka di mulut dan tenggorokan, serta bibir pecah-pecah. Nafsu makan sangat menurun, hanya bisa menelan bubur dan minum sedikit air. Berat badan menurun 2 kg dalam I minggu. Kulit tampak melepuh luas, beberapa area terkelupas. Pasien biasanya jarang sakit, tetapi jika sakit lebih sering mengonsumsi obat dari apotek tanpa resep dokter. Tidak pernah mendapat edukasi mengenai alergi obat. Pasien merasa cemas, takut wajah dan kulitnya akan rusak permanen, la merasa citra dirinya menurun dan malu bila bertemu orang lain. Pasien tampak menangis dan gelisah, sulit menenangkan diri. Saat ditanya cara mengatasi stres, ia mengatakan berdoa dan mendapat dukungan dari suami. Pasien meyakini bahwa sakit merupakan ujian. la percaya dengan pengobatan medis dan dou, ia bisa sembuh. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: tampak sakit sedang-berat, kesadaran compos mentis. Tanda vital: TD 100/70 mmHg, Nadi 108x/menit, RR 24x/menit, Suhu 38,5°C. Kulit: ruam eritema menyebar di wajah, dada, punggung, lengan, sebagian tungkai. Lepuhan multipel dengan epidermis mudah terkelupas (positif tanda Nikolsky). Luas area luka 15-20% TBSA. Mata: konjungtiva merah, sekret mukopurulen, pasien mengeluh nyeri dan pandangan kabur. Mulut: mukosa bibir dan orofaring penuh ulserasi, terdapat krusta berdarah, pasien sulit menelan. Genitalia: tampak lesi eritema dan erosi di daerah vulva. Pemeriksaan Penunjang Darah rutin: Leukosit 13.000/µL (meningkat), Hb 12 g/dL, Trombosit 220.000/?L. Elektrolit: Na 130 mmol/L (menurun), K. 3.2 mmol/L (menurun). Fungsi ginjal: Ureum 45 mg/dL, Kreatinin 1,6 mg/dL tanda awal gangguan ginjal akibat dehidrasi. Tes fungsi hati: SGOT/SGPT meningkat ringan. Kultur darah & swab luka: sedang dalam pemeriksaan untuk menilai infeksi sekunder. Konsultasi oftalmologi: ditemukan konjungtivitis berat dengan risiko kerusakan komea.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk Kasus Steven Johnson:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Intoleransi Aktivitas (00092)
b. Nyeri Akut (00132)
c. Risiko Infeksi (00004)
d. Gangguan Citra Tubuh (00118)
e. Kecemasan (00146)
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Kode: 10001
b. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Kode: 10027
c. Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
Kode: 10004
d. Gangguan Citra Tubuh (00118)
Definisi: Gangguan pada gambaran mental atau persepsi terhadap penampilan fisik.
Kode: 10020
e. Kecemasan (00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
Kode: 10025
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Toleransi Aktivitas (0005)
b. Pengendalian Nyeri (1605)
c. Kontrol Infeksi (1840)
d. Citra Tubuh (1200)
e. Tingkat Kecemasan (1211)
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Aktivitas (0200)
b. Manajemen Nyeri (1400)
c. Pencegahan Infeksi (6550)
d. Peningkatan Citra Tubuh (5220)
e. Pengurangan Kecemasan (5820)
Penjelasan singkat:
Kasus ini menggambarkan pasien dengan Sindrom Steven-Johnson, yang merupakan reaksi obat berat dengan gejala utama lesi kulit yang luas, lepuhan, nyeri, dan komplikasi pada mukosa. Diagnosa keperawatan yang ditetapkan terkait dengan keterbatasan aktivitas, nyeri akut, risiko infeksi, gangguan citra tubuh, dan kecemasan yang dialami pasien. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi manajemen aktivitas, manajemen nyeri, pencegahan infeksi, peningkatan citra tubuh, dan pengurangan kecemasan. -
Article No. 21418 | 03 Sep 2025
Klinis : Laki-laki usia 35 tahun dirawat di ruang bedah dengan luka bakar grade-II. Pasien mengeluh nyeri dan bau pada area luka. Hasil pengkajian: luka bakar pada dada depan, perut depan, dan kedua tangan, perban luka tampak basah kemerahan dan berbau, wajah tampak meringis, skala nyeri 7, diaforesis, sikap melindungi area nyeri, TD 140/90 mmHg, frekuensi nadi 102 x/menit, frekuensi napas 32x/menit, suhu 39oC dan BB 70 kg. Pasien mengalami imobilisasi atau tirah baring di tempat tidur selama 5 hari di ruang rawat inap bedah, kelemahan otot dengan jumlah kekuatan otot 1111, ADL pasien di bantu total oleh keluarga dan perawat,. Pada pemeriksaan skor skala Braden didapatkan hasil kemampuan berespon terhadap ketidaknyaman sangat terbatas, deraja kulit yang terpapar kelembapan sering lembab, derajat aktivitas fisik yaitu berbaring total, pasien immobilitas, nutrisi tidak adekuat yaitu hanya menghabiskan ½ porsi makanan yang disajikan, gesekan bermasalah yaitu setiapkali mengangkat badannya terjadi gesekan, pasien sering merosot dan harus dibantu oleh perawat saat naik ke atas tempat tidur. Keadaan kulit lembap dan terdapat kemerahan di area punggung.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan luka bakar grade II
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Faktor yang berhubungan: Luka bakar grade II pada dada depan, perut depan, dan kedua tangan.
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan perbanyakan organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Luka bakar basah, berbau, dan adanya kemerahan.
3. Integritas Kulit Terganggu berhubungan dengan luka bakar
- Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
- Faktor yang berhubungan: Luka bakar grade II pada dada depan, perut depan, dan kedua tangan.
4. Mobilitas Fisik Terganggu berhubungan dengan imobilisasi/tirah baring
- Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disengaja atau tidak disengaja pada satu atau lebih ekstremitas.
- Faktor yang berhubungan: Tirah baring di tempat tidur selama 5 hari.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien dapat melaporkan penurunan nyeri.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif.
- Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
2. Resiko Infeksi:
- Tidak terjadi tanda dan gejala infeksi pada luka.
- Kulit tetap utuh dan tidak ada kemerahan.
- Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
3. Integritas Kulit Terganggu:
- Luka bakar menunjukkan penyembuhan yang progresif.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka.
- Pasien dapat melakukan perawatan luka secara mandiri.
4. Mobilitas Fisik Terganggu:
- Pasien dapat bergerak secara mandiri di tempat tidur.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Kekuatan otot meningkat dan pasien dapat bergerak dengan baik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi, dan beratnya).
- Berikan tindakan farmakologis dan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan pasien teknik pengontrolan nyeri (relaksasi, distraksi, dan kompres hangat).
2. Resiko Infeksi:
- Pantau tanda-tanda infeksi luka (kemerahan, pembengkakan, dan drainase).
- Lakukan perawatan luka secara aseptic.
- Berikan terapi antibiotik sesuai indikasi.
3. Integritas Kulit Terganggu:
- Lakukan perawatan luka bakar secara rutin dan tepat.
- Pertahankan kelembapan luka dengan balutan yang sesuai.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan luka.
4. Mobilitas Fisik Terganggu:
- Bantu pasien melakukan mobilisasi di tempat tidur secara bertahap.
- Berikan latihan ROM aktif-pasif untuk mempertahankan kekuatan otot.
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik mobilisasi yang aman.
Penjelasan yang rinci dan terperinci telah diberikan untuk setiap poin di atas. Tone yang digunakan adalah akademis, dengan persona sebagai pakar perawat. -
Article No. 21419 | 03 Sep 2025
Klinis : pasien datang ingin berkonsultasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien yang datang ingin berkonsultasi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa yang sesuai untuk pasien yang datang ingin berkonsultasi adalah "Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan". Diagnosa ini menggambarkan bahwa pasien memiliki motivasi untuk meningkatkan pengetahuannya terkait kondisi kesehatannya saat ini. Pasien datang untuk berkonsultasi dengan tujuan mendapatkan informasi dan pemahaman yang lebih baik, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola kondisinya.
Luaran/Output SLKI:
Luaran yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah "Peningkatan Pengetahuan". Luaran ini menggambarkan bahwa pasien mampu mendemonstrasikan pemahaman yang lebih baik terkait kondisi kesehatan, pengobatan, dan tindakan yang perlu dilakukan. Pasien diharapkan dapat mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang dapat diakses, serta mampu menjelaskan kembali informasi yang diberikan.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut antara lain:
1. Asesmen Pengetahuan: Menggali dan mengidentifikasi pengetahuan serta pemahaman pasien terkait kondisi kesehatannya saat ini.
2. Pendidikan Kesehatan: Memberikan informasi dan edukasi yang sesuai dengan kebutuhan pasien, menggunakan media yang tepat dan melibatkan partisipasi aktif pasien.
3. Dukungan Pengambilan Keputusan: Memfasilitasi pasien untuk memahami pilihan-pilihan tindakan yang tersedia, serta mempertimbangkan nilai dan preferensi pasien dalam pengambilan keputusan.
4. Konseling: Memberikan bimbingan dan saran yang sesuai dengan kebutuhan pasien, serta membantu pasien mengeksplorasi pemahaman dan perasaannya terkait kondisi kesehatannya.
5. Evaluasi: Menilai peningkatan pengetahuan dan pemahaman pasien setelah intervensi dilakukan, serta mengidentifikasi area yang masih perlu ditingkatkan.
Melalui intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat memperoleh informasi dan pemahaman yang lebih baik, sehingga dapat mengambil keputusan yang sesuai untuk mengelola kondisi kesehatannya dengan lebih efektif. -
Article No. 21420 | 03 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. • Darah rutin: normal. • IgE serum: sedikit meningkat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien Tn. A yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Diagnosa Utama:
Intoleransi aktivitas (SDKI: 00092)
Definisi: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan dan dibutuhkan, yang disebabkan oleh rasa tidak nyaman atau kelelahan.
b. Diagnosa Terkait:
1) Kerusakan integritas kulit (SDKI: 00046)
Definisi: Kerusakan epidermis dan/atau dermis.
2) Gangguan pola tidur (SDKI: 00198)
Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu fungsi sehari-hari.
3) Kecemasan (SDKI: 00146)
Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
2. Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
a. Intoleransi aktivitas (SDKI: 00092)
- SLKI: Toleransi aktivitas (SLKI: 0036)
- SIKI: Manajemen intoleransi aktivitas (SIKI: I-0092)
b. Kerusakan integritas kulit (SDKI: 00046)
- SLKI: Integritas kulit (SLKI: 0025)
- SIKI: Perawatan luka (SIKI: I-0046)
c. Gangguan pola tidur (SDKI: 00198)
- SLKI: Pola tidur (SLKI: 0067)
- SIKI: Manajemen gangguan tidur (SIKI: I-0198)
d. Kecemasan (SDKI: 00146)
- SLKI: Tingkat kecemasan (SLKI: 0032)
- SIKI: Manajemen kecemasan (SIKI: I-0146)
Kode dan definisi masing-masing diagnosa dan luaran/intervensi dapat ditemukan dalam buku SDKI, SLKI, dan SIKI yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 21421 | 03 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. • Darah rutin: normal. • IgE serum: sedikit meningkat.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci berdasarkan kondisi pasien Tn. A yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perasaan tidak nyaman akibat gatal dan kemerahan pada kulit.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik (kemerahan dan kerusakan kulit).
3. Gangguan tidur berhubungan dengan gatal dan rasa panas di kulit.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi aktivitas meningkat, ditandai dengan pasien dapat beraktivitas tanpa merasa tidak nyaman akibat keluhan kulit.
2. Citra tubuh positif, ditandai dengan pasien merasa percaya diri dengan kondisi kulitnya dan tidak merasa malu.
3. Pola tidur membaik, ditandai dengan pasien dapat tidur nyenyak tanpa sering terbangun akibat gatal dan rasa panas di kulit.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi aktivitas:
a. Kaji aktivitas harian dan kapasitas pasien.
b. Anjurkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan istirahat yang cukup.
c. Ajarkan teknik pengelolaan gejala (mengatasi gatal dan kemerahan) agar tidak mengganggu aktivitas.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan kondisi kulit.
2. Gangguan citra tubuh:
a. Kaji persepsi pasien terhadap perubahannya.
b. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya terkait perubahan penampilan.
c. Berikan dukungan positif dan bantu pasien mengidentifikasi kelebihan diri.
d. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan kepada pasien.
3. Gangguan tidur:
a. Kaji pola tidur dan faktor yang mempengaruhi.
b. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi gatal dan rasa panas di kulit.
c. Atur lingkungan yang nyaman untuk tidur (suhu, pencahayaan, dll).
d. Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis keluhan kulit.
Penjelasan di atas mencakup analisis komprehensif terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengelola kondisi Tn. A secara holistik. Saya berharap penjelasan ini dapat memberikan gambaran yang jelas dan rinci sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 21422 | 03 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. • Darah rutin: normal. • IgE serum: sedikit meningkat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: {\rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl ;\red0\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\cf1\lang1057\f0\fs24\par
\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN\b0\par
\b Gangguan Integritas Kulit\b0 b.d. paparan iritan (debu semen) dan respons inflamasi\par
Kode: 00044 (SDKI)\par
\par
\b PENJELASAN SDKI, SLKI, dan SIKI\b0\par
\par
\b 1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): 00044 - Gangguan Integritas Kulit\b0\par
\i Definisi:\i0 Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.\par
\i Faktor terkait:\i0 Pada kasus Tn. A, faktor terkait adalah paparan terhadap iritan fisik (debu semen) yang telah dikonfirmasi melalui patch test, serta respons inflamasi yang ditandai dengan gatal, kemerahan (eritema), dan penggarukan (ekskoriasi). Kondisi ini diperburuk oleh faktor lingkungan kerja (banyak keringat) dan kurangnya pengetahuan mengenai perawatan dan pencegahan.\par
\par
\b 2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): 1101 - Penyembuhan Luka: Tingkat 2\b0\par
\i Definisi:\i0 Tingkat penyembuhan luka pada kulit dan jaringan lunak.\par
\i Indikator Luaran yang Diharapkan:\i0\par
- \i Warna kulit membaik (kemerahan berkurang hingga hilang).\i0\par
- \i Integritas kulit membaik (kulit tidak pecah-pecah, lecet menutup).\i0\par
- \i Rasa gatal berkurang hingga hilang.\i0\par
- \i Rasa tidak nyaman (panas) pada kulit berkurang hingga hilang.\i0\par
- \i Tidak ada lesi baru.\i0\par
\par
\b 3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): 3530 - Perawatan Kulit\b0\par
\i Definisi:\i0 Pemberian perawatan pada kulit yang rusak atau berisiko rusak.\par
\i Aktivitas Keperawatan (Intervensi):\i0\par
- \i Kaji kondisi kulit (warna, kelembaban, suhu, tekstur, adanya lesi) setiap shift.\i0\par
- \i Ajarkan dan anjurkan pasien untuk menghindari menggaruk area yang gatal (misalnya dengan menggunting kuku, menggunakan pakaian longgar).\i0\par
- \i Anjurkan untuk membersihkan kulit setelah terpapar iritan (debu semen) dengan air mengalir dan sabun pH netral.\i0\par
- \i Anjurkan untuk segera mengganti pakaian yang basah oleh keringat.\i0\par
- \i Kolaborasi pemberian terapi topikal (salep/krim kortikosteroid, emolien) sesuai resep dokter.\i0\par
- \i Ajarkan teknik aplikasi obat topikal yang benar.\i0\par
- \i Monitor respons terapi dan efek samping pengobatan.\i0\par
\par
\b Kode Intervensi Tambahan yang Relevan:\b0\par
- \b 5610 - Edukasi Kesehatan:\b0 Memberikan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan kekambuhan, identifikasi dan penghindaran iritan, serta pentingnya pemeriksaan kesehatan.\par
- \b 5240 - Dukungan Emosional:\b0 Memberikan dukungan untuk mengatasi perasaan malu dan stres yang dialami pasien.\par
\par
} -
Article No. 21423 | 03 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. • Darah rutin: normal. • IgE serum: sedikit meningkat.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L23.9
- Deskripsi: Dermatitis alergi kontak, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
Pasien memenuhi kriteria untuk diagnosis dermatitis alergi kontak, yaitu terdapat gejala kemerahan, papul kecil, eksoriasi, dan kulit kering pada lengan bawah dan betis yang muncul setelah terpapar debu semen di tempat kerja. Hasil tes alergi kulit juga menunjukkan reaksi positif terhadap bahan semen, menegaskan diagnosis dermatitis alergi kontak. Kode ICD-10 yang sesuai adalah L23.9 (Dermatitis alergi kontak, tidak terspesifikasi).
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.12
- Deskripsi: Aplikasi topikal obat lainnya pada kulit dan membran mukosa
Penjelasan:
Pada kasus ini, pasien telah mencoba menggunakan bedak salisilat yang tidak banyak membantu. Kemungkinan akan dilakukan terapi topikal lain, seperti pemberian salep atau krim kortikosteroid untuk mengatasi gejala dermatitis. Kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai adalah 95.12 (Aplikasi topikal obat lainnya pada kulit dan membran mukosa). -
Article No. 21424 | 03 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. • Darah rutin: normal. • IgE serum: sedikit meningkat.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Gangguan Integritas Kulit
Definisi: Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit.
Penyebab: Pajanan terhadap iritan, cedera fisik, penyakit sistemik.
Tanda dan gejala: Eritema, papul, ekskoriasi, kulit kering, dan perubahan warna kulit.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Penyebab: Kelemahan, kelelahan, dan gangguan tidur.
Tanda dan gejala: Kelelahan saat beraktivitas, gangguan pola tidur, dan perubahan gaya hidup.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit Membaik
- Kriteria hasil: Tidak ada eritema, papul, atau ekskoriasi; kulit lembab dan elastis.
- Intervensi keperawatan: Manajemen Kulit, Edukasi Perawatan Kulit, Manajemen Nyeri.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Kriteria hasil: Pasien dapat menyelesaikan aktivitas sehari-hari dengan mudah, pola tidur membaik.
- Intervensi keperawatan: Manajemen Energi, Peningkatan Tidur, Edukasi Manajemen Stres.
Penjelasan rinci:
1. Gangguan Integritas Kulit
- Penyebab: Pajanan terhadap iritan (semen) yang menyebabkan reaksi alergi pada kulit pasien.
- Tanda dan gejala: Eritema, papul, ekskoriasi, kulit kering, dan perubahan warna kulit yang diperparah saat berkeringat dan terkena debu semen.
- Intervensi keperawatan:
a. Manajemen Kulit: Identifikasi dan hindari faktor pencetus, aplikasi emolien, dan perawatan kulit lembab.
b. Edukasi Perawatan Kulit: Ajarkan pasien cara perawatan kulit yang benar, menghindari faktor pemicu, dan penggunaan emolien.
c. Manajemen Nyeri: Berikan intervensi non-farmakologis untuk mengurangi rasa gatal dan nyeri pada kulit.
2. Intoleransi Aktivitas
- Penyebab: Gangguan tidur akibat rasa gatal dan panas pada kulit, serta stres psikologis karena kondisi kulit yang memburuk.
- Tanda dan gejala: Kelelahan saat beraktivitas, gangguan pola tidur, dan perubahan gaya hidup.
- Intervensi keperawatan:
a. Manajemen Energi: Identifikasi dan kendalikan faktor yang mempengaruhi energi pasien.
b. Peningkatan Tidur: Intervensi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur pasien.
c. Edukasi Manajemen Stres: Ajarkan pasien teknik manajemen stres untuk mengatasi stres akibat kondisi kulitnya.
Secara keseluruhan, asuhan keperawatan yang diberikan bertujuan untuk memulihkan integritas kulit pasien dan meningkatkan toleransi aktivitas sehingga pasien dapat kembali beraktivitas dengan baik dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 21425 | 03 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien, Tn. A, usia 35 tahun, jeni kelamin laki-laki, pekerjaan tukang bangunan dengan status perkawinan menikah, datang ke poli kulit dengan keluhan gatal-gatal dan kemerahan di lengan dan betis sejak 1 minggu terakhir. Keluhan semakin parah saat pasien banyak berkeringat dan terkena debu semen di tempat kerja. Pasien juga mengeluhkan kulit terasa panas, kering, dan kadang pecah-pecah. Keluhan muncul pertama kali setelah pasien bekerja di proyek baru yang banyak menggunakan semen. Pasien sering menggaruk karena gatal sehingga muncul luka lecet kecil. Pasien sudah mencoba menggunakan bedak salisilat tetapi tidak banyak membantu. Pasien tidak ada riwayat alergi obat. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 2 tahun lalu, membaik setelah diberi salep oleh dokter, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kulit menular. Dari hasil pengkajian didapatkan data ayah pasien memiliki riwayat asma, tidak ada anggota keluarga dengan keluhan kulit yang sama. Pasien merasa malu dengan kulitnya yang kemerahan dan sering digaruk. Saat ini berperan sebagai kepala keluarga, hubungan baik dengan istri dan anak. Pasien jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, lebih sering membeli obat di warung, pasien tidak mengetahui cara pencegahan dermatitis. Aktivitas sehari-hari sebagai tukang bangunan, banyak berkeringat. Tidak ada keluhan sesak atau nyeri saat beraktivitas. Saat malam tidur malam terganggu karena gatal (sering terbangun 2–3 kali), dan rasa panas di kulit. Pasien mengatasi gatal dengan menggaruk atau menggunakan bedak. Kadang pasien merasa stres karena kulit makin rusak jika digaruk. Pasien meyakini sakit ini sebagai ujian, serta tidak ada pantangan khusus terkait kepercayaan. Nafsu makan pasien baik, dengan asupan cairan ± 1–1,5 liter/hari, BAB 1x/hari, konsistensi normal, BAK 4–5x/hari, warna kuning jernih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36,8°C. Pada kulit: terdapat eritema (kemerahan) difus di lengan bawah dan betis, papul kecil, ekskoriasi akibat garukan, kulit kering, tidak ada pus, mukosa bibir lembab, tidak ada limfadenopati. Pada pemriksaan penunjang didapatkan: • Tes alergi kulit (patch test): positif terhadap bahan semen. • Darah rutin: normal. • IgE serum: sedikit meningkat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa: Intoleransi aktivitas (kode: 00092)
SDKI:
Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik atau persepsi kesulitan dalam melakukan aktivitas tersebut.
SLKI:
Kode: 00118 - Toleransi Aktivitas
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan tanpa kelelahan yang berlebihan.
SIKI:
Kode: 6460 - Manajemen Aktivitas
Definisi: Upaya untuk mengatur dan memfasilitasi aktivitas individu untuk mempertahankan atau meningkatkan tingkat aktivitas yang optimal.
2. Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa: Gangguan integritas kulit (kode: 00046)
SDKI:
Gangguan integritas kulit adalah kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit.
SLKI:
Kode: 00108 - Integritas Kulit
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit.
SIKI:
Kode: 3584 - Perawatan Kulit
Definisi: Upaya untuk memelihara kesehatan dan integritas kulit.
3. Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa: Kecemasan (kode: 00146)
SDKI:
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai respons otonom, perasaan tegang, dan perasaan berdebar-debar yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
SLKI:
Kode: 00137 - Tingkat Kecemasan
Definisi: Tingkat kekhawatiran, keprihatinan, atau ketakutan yang diekspresikan.
SIKI:
Kode: 5820 - Pengurangan Kecemasan
Definisi: Meminimalkan pengalaman rasa takut, kekhawatiran, atau keprihatinan yang dirasakan individu.
Dalam kasus ini, pasien Tn. A mengalami dermatitis kontak akibat paparan semen di tempat kerja, yang menyebabkan gangguan integritas kulit, intoleransi aktivitas, dan kecemasan terkait kondisi kulitnya. Diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang diuraikan di atas sesuai dengan kondisi pasien.