Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 12925 | 26 Feb 2025
Klinis : Pasien bernama Ny. S berusia 59 tahun, jenis kelamin perempuan, status perkawaninan, kawin, agama islam, suku bangsa Jawa, pekerjaan Ibu Rumah Tangga (IRT), Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), bahasa yang digunakan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia, alamat tempat tinggal Jl. Kalibaru Barat IV. Pasien tampak lemas, pasien masih tampak bingung kenapa tidak boleh makan telor asin, pasien tampak antusias saat dijelaskan tentang diabetes mellitus, pasien memakai kateter dan pampers, tampak balutan ulkus pada kaki kiri pasien. Pasien mengatakan lelah dan lesu, pasien mengatakan mulutnya kering, pasien mengatakan selalu ingin minum (haus meningkat), pasien mengatakan kaki dan tangannya terkadang terasa baal dan kesemutan, tengkuk leher sakit, masih pusing, suami pasien mengatakan bahwa pasien telah melakukan amputasi kaki kiri 2 tahun yang lalu, pasien mengatakan sudah tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri karena kaki sebelah kanannya sudah mulai lumpuh, pasien mengatakan jika bergerak terkadang terasa nyeri pada kakinya, sudah pernah mendapat edukasi terkait diit diabetes melitus namun pasien masih makan makanan seperti telor asin yang dikonsumsi setiap hari sebelum masuk kerumah sakit dan pasien mengatakan masih suka memakan gorengan, suka marah kepada suami nya jika hanya dikasih nasi dengan takaran 3 sendok makan karena merasa sedikit, pasien mengatakan jika dirumah menjalani penggantian selang kateter ke Puskesmas 2 minggu sekali, pasien mangatakan jika pagi hari pergi kepasar bersama suaminya untuk mencari nafkah. TD : 174/107 mmHg ; N : 86 x/menit ; S : 36°C ; frekuensi napas : 20 x/menit, GDS : 20/03/22 06.00 : 308 mg/dL; 20/03/22 24.00 : 479 mg/dL; 21/03/22 06.00 : 332 mg/dL. Hasil Laboraturium : Hemoglobin : 11,6 g/dL; Jumlah leukosit : 15,03 10 3 /μL. Jumah urin meningkat intake : 3.200 ml , output : 1.300 ml , IWL : 600 ml balance cairan 1.300. Kekuatan otot menurun kaki kanan 4444 kaki kiri 3 tangan kanan 5555 tangan kiri 5555. Rentang gerak menurun, pasien tampak dibantu suaminya saat ingin duduk dan miring kanan kiri.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien Ny. S berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan ketidakmampuan dalam mengendalikan diet sesuai rekomendasi.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan penurunan kekuatan otot.
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan adanya balutan ulkus pada kaki kiri.
4. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan amputasi kaki kiri.
5. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rasa nyeri dan disuria.
6. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dan mobilitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kadar Glukosa Darah Terkendali: Pasien dapat menunjukkan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih mandiri.
3. Bebas Infeksi: Luka pada kaki kiri pasien sembuh tanpa tanda-tanda infeksi.
4. Penerimaan Citra Tubuh: Pasien dapat menerima perubahan pada tubuhnya akibat amputasi.
5. Pola Tidur Membaik: Pasien dapat tidur dengan nyenyak tanpa gangguan nyeri atau disuria.
6. Perawatan Diri Mandiri: Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Diabetes Melitus
- Monitoring kadar glukosa darah
- Edukasi tentang diet diabetes melitus
- Kolaborasi dalam pemberian obat antidiabetes
2. Manajemen Aktivitas
- Evaluasi kemampuan fisik dan kekuatan otot
- Latihan aktivitas progresif
- Bantuan dalam aktivitas sehari-hari
3. Perawatan Luka
- Perawatan luka ulkus kaki
- Pengaturan lingkungan yang bersih dan aman
- Kolaborasi dengan dokter dalam penanganan luka
4. Konseling Citra Tubuh
- Identifikasi persepsi pasien terhadap citra tubuh
- Diskusi tentang perubahan fisik dan penerimaan diri
- Dukungan psikologis dan emosional
5. Manajemen Nyeri
- Identifikasi penyebab dan karakteristik nyeri
- Pemberian analgesik sesuai indikasi
- Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
6. Pelatihan Perawatan Diri
- Evaluasi kemampuan pasien dalam perawatan diri
- Bimbingan dan demonstrasi dalam perawatan diri
- Bantuan dalam aktivitas perawatan diri yang sulit
Saya harap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam merumuskan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien Ny. S. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 12926 | 26 Feb 2025
Klinis : Nausea
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi nausea.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi nausea adalah "Mual". Nausea merupakan gejala subjektif yang dirasakan pasien berupa perasaan tidak nyaman di perut yang dapat menimbulkan keinginan untuk muntah. Diagnosa keperawatan "Mual" mencakup karakteristik definisi, faktor yang berhubungan, dan gejala/tanda klinis yang dapat diidentifikasi pada pasien dengan kondisi nausea.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kondisi nausea, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kontrol Mual: Pasien dapat mengendalikan rasa mual yang dirasakan hingga berada pada level yang dapat ditoleransi.
2. Kenyamanan: Pasien merasakan peningkatan kenyamanan fisik dan psikologis.
3. Pengetahuan: Pasien dan keluarga memahami penyebab, pencegahan, dan penanganan mual.
4. Partisipasi dalam Perawatan: Pasien dan keluarga terlibat aktif dalam upaya penanganan mual.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan pada pasien dengan kondisi nausea, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Manajemen Mual:
a. Kaji faktor penyebab mual (misalnya obat-obatan, lingkungan, makanan, dll).
b. Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi mual.
c. Fasilitasi pasien untuk mengidentifikasi dan menghindari faktor pemicu mual.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi mual.
2. Manajemen Nutrisi:
a. Kaji status nutrisi pasien dan kebutuhan kalori/cairan.
b. Berikan makanan dan cairan sesuai toleransi pasien.
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai.
3. Manajemen Kenyamanan:
a. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman bagi pasien.
b. Berikan tindakan kenyamanan, seperti kompres hangat, pijat, dll.
c. Kolaborasi dengan terapis komplementer untuk memfasilitasi kenyamanan.
4. Edukasi Kesehatan:
a. Ajarkan pasien dan keluarga tentang penyebab, pencegahan, dan penanganan mual.
b. Berikan informasi tentang penggunaan obat-obatan dan terapi non-farmakologis.
c. Dorong pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan.
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan kondisi nausea dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu kontrol mual, peningkatan kenyamanan, peningkatan pengetahuan, dan partisipasi aktif dalam perawatan. -
Article No. 12927 | 26 Feb 2025
Klinis : ambien
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Tidur (GPTD)
Definisi: Gangguan dalam kualitas dan/atau kuantitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
2. Resiko Kelelahan (RKL)
Definisi: Berisiko mengalami keletihan yang berlebihan dan tidak dapat dipulihkan dengan istirahat.
3. Ansietas (ANS)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang berkelanjutan terkait dengan sumber yang tidak spesifik atau tidak jelas.
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mendukung praktik keperawatan berbasis bukti.
- Menyediakan definisi, etiologi, dan gejala/tanda untuk setiap diagnosa keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk mengukur hasil/luaran asuhan keperawatan.
- Menyediakan deskripsi dan kriteria hasil yang diharapkan untuk setiap diagnosa keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk menetapkan intervensi keperawatan yang dilakukan.
- Menyediakan deskripsi dan aktivitas untuk setiap intervensi keperawatan.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, terukur, dan sesuai dengan praktik keperawatan berbasis bukti. -
Article No. 12928 | 26 Feb 2025
Klinis : kulit bayi tampak kuning, bayi dimasukkan dalan inkubator, suhu 37.2 nadi 140x/m RR 34x/m SPO2 100 KIMIA DARAH . Fungsi Hati . Bilirubin Total 13.66 mg/dL H 0.00 - 1.00 | . Bilirubin Direk 1.05 mg/dL H 0.00 - 0.60 | . Bilirubin Indirek 12.61 mg/dL H 0.10 - 0.80 | - Gamma GT = 181 - SGOT = 41 . SGPT = 21 terpaparnya sinar fototerapi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Hiperbilirubinemia Neonatal
Definisi: Peningkatan kadar bilirubin di dalam darah pada bayi baru lahir yang dapat menyebabkan kulit dan sklera tampak kuning.
Karakteristik Definisi:
- Kulit dan sklera bayi tampak kuning
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan kadar bilirubin total, bilirubin direk, dan bilirubin indirek
- Bayi memerlukan terapi fototerapi
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Penurunan Kadar Bilirubin
- Kriteria Hasil:
- Kadar bilirubin total turun menjadi <13 mg/dL
- Kadar bilirubin direk turun menjadi <1 mg/dL
- Kadar bilirubin indirek turun menjadi <12 mg/dL
- Indikator:
- Pemeriksaan kadar bilirubin total, direk, dan indirek
- Warna kulit dan sklera bayi
2. Thermoregulasi Efektif
- Kriteria Hasil:
- Suhu tubuh bayi dalam rentang normal (36,5-37,5°C)
- Nilai tanda-tanda vital (nadi, RR) dalam batas normal
- Indikator:
- Pemantauan suhu tubuh bayi
- Pemantauan tanda-tanda vital
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hiperbilirubinemia
- Pemantauan kadar bilirubin total, direk, dan indirek secara berkala
- Pemberian terapi fototerapi sesuai indikasi
- Pemberian obat-obatan sesuai resep dokter (misalnya fenobarbital)
- Pemantauan tanda-tanda vital dan tanda-tanda komplikasi (letargi, iritabilitas, kejang)
2. Manajemen Termoregulasi
- Pengaturan suhu inkubator sesuai dengan suhu tubuh bayi
- Pemantauan suhu tubuh bayi secara berkala
- Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat untuk mempertahankan homeostasis
3. Edukasi kepada Orang Tua
- Menjelaskan tentang kondisi hiperbilirubinemia pada bayi
- Menjelaskan tentang pentingnya terapi fototerapi dan tindakan keperawatan yang dilakukan
- Mengajarkan teknik perawatan bayi selama proses terapi fototerapi
- Membantu orang tua dalam memonitor perkembangan bayi selama perawatan
Penjelasan yang rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan Hiperbilirubinemia Neonatal dipilih karena sesuai dengan kondisi yang dijelaskan, yaitu adanya peningkatan kadar bilirubin total, bilirubin direk, dan bilirubin indirek yang menyebabkan kulit bayi tampak kuning. Hal ini memerlukan intervensi keperawatan yang komprehensif untuk menurunkan kadar bilirubin dan menjaga homeostasis.
Luaran/Output yang diharapkan adalah penurunan kadar bilirubin total, bilirubin direk, dan bilirubin indirek, serta thermoregulasi yang efektif. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengevaluasi luaran tersebut adalah pemeriksaan laboratorium, pemantauan tanda-tanda vital, dan pengamatan klinis.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen hiperbilirubinemia (pemantauan kadar bilirubin, pemberian terapi fototerapi, dan pemberian obat-obatan) serta manajemen termoregulasi (pengaturan suhu inkubator, pemantauan suhu tubuh, dan pemberian cairan/nutrisi yang adekuat). Selain itu, edukasi kepada orang tua juga penting untuk memastikan mereka memahami kondisi bayi, tindakan keperawatan yang dilakukan, dan peran mereka dalam memantau perkembangan bayi selama perawatan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan kadar bilirubin dan thermoregulasi yang efektif, sehingga dapat membantu pemulihan kondisi bayi. -
Article No. 12929 | 26 Feb 2025
Klinis : Tn. A dirawat di RS Qamarul Huda dengan keluhan nyeri dada bagian kiri menjelar ke lengan, nyeri dirasakan terus menerus dengan skala nyeri 8. Hasil pemeriksaan fisik TTV 190/100 mmHg, Nadi 110x/menit, RR 24 x/menit, suhu 37◦C. Hasil EKG terdapat ST Elevasi pada lead II, III, aVF.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. A.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit jantung iskemik, ditandai dengan nyeri dada bagian kiri yang menjalar ke lengan, skala nyeri 8.
Penjelasan Singkat:
SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat melakukan aktivitas tanpa nyeri, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan nyeri, pemberian analgesik, teknik relaksasi, dan kolaborasi dengan tim medis.
2. Risiko perfusi jaringan jantung tidak efektif berhubungan dengan penyakit jantung iskemik, ditandai dengan ST elevasi pada EKG, tekanan darah 190/100 mmHg, dan denyut nadi 110 x/menit.
Penjelasan Singkat:
SDKI: Risiko perfusi jaringan jantung tidak efektif adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami pengurangan aliran darah ke jantung, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan jantung.
SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah pasien tidak mengalami komplikasi, dapat mempertahankan perfusi jaringan jantung yang efektif, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, pemberian obat-obatan sesuai instruksi dokter, dan kolaborasi dengan tim medis.
Harapan saya penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. A. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 12930 | 26 Feb 2025
Klinis : Tn. A dirawat di RS Qamarul Huda dengan keluhan nyeri dada bagian kiri menjelar ke lengan, nyeri dirasakan terus menerus dengan skala nyeri 8. Hasil pemeriksaan fisik TTV 190/100 mmHg, Nadi 110x/menit, RR 24 x/menit, suhu 37◦C. Hasil EKG terdapat ST Elevasi pada lead II, III, aVF.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, terima kasih atas permintaan Anda. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci terkait kondisi pasien Tn. A.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Tn. A adalah "Nyeri Akut" (SDKI). Tn. A mengalami nyeri dada yang dirasakan terus-menerus dengan skala nyeri 8, serta adanya perubahan pada hasil EKG yang menunjukkan adanya elevasi segmen ST pada lead II, III, aVF, yang mengindikasikan adanya gejala infark miokard akut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tujuan Jangka Pendek: Dalam waktu 1-2 hari, Tn. A akan melaporkan penurunan nyeri dada dengan skala nyeri ≤ 4.
2. Tujuan Jangka Menengah: Dalam waktu 3-5 hari, Tn. A akan mendemonstrasikan strategi manajemen nyeri yang efektif.
3. Tujuan Jangka Panjang: Dalam waktu 1 minggu, Tn. A akan melaporkan tidak adanya keluhan nyeri dada.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan skala nyeri.
b. Berikan analgesik sesuai dengan instruksi medis untuk mengurangi nyeri.
c. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengelola nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
d. Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
2. Pemantauan Hemodinamik:
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, denyut nadi, laju pernapasan, dan suhu tubuh.
b. Lakukan pemeriksaan EKG untuk memantau perubahan segmen ST.
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk melakukan intervensi medis yang diperlukan.
3. Edukasi dan Dukungan Psikologis:
a. Berikan edukasi kepada Tn. A dan keluarga tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan yang diperlukan.
b. Dukung Tn. A secara psikologis untuk mengatasi kecemasan dan stress yang mungkin timbul akibat kondisinya.
c. Libatkan keluarga dalam proses asuhan keperawatan untuk memberikan dukungan emosional.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi yang baik dengan tim medis, diharapkan Tn. A dapat mencapai tujuan luaran yang diharapkan, yaitu penurunan nyeri dada, pengelolaan nyeri yang efektif, dan tidak adanya keluhan nyeri dada dalam jangka waktu yang telah ditentukan. -
Article No. 12931 | 26 Feb 2025
Klinis : Tn. A dirawat di RS Qamarul Huda dengan keluhan nyeri dada bagian kiri menjelar ke lengan, nyeri dirasakan terus menerus dengan skala nyeri 8. Hasil pemeriksaan fisik TTV 190/100 mmHg, Nadi 110x/menit, RR 24 x/menit, suhu 37◦C. Hasil EKG terdapat ST Elevasi pada lead II, III, aVF.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan untuk Tn. A, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit jantung koroner, ditandai dengan keluhan nyeri dada bagian kiri yang menjalar ke lengan, nyeri dirasakan terus-menerus dengan skala nyeri 8.
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan seperti itu.
- Penyebab: Terkait dengan penyakit jantung koroner.
- Gejala dan Tanda: Keluhan nyeri dada bagian kiri menjalar ke lengan, nyeri terus-menerus dengan skala nyeri 8.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melaporkan pengurangan rasa nyeri sampai dengan skala 2-3.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen nyeri, pemberian analgesik sesuai indikasi, relaksasi, distraksi, dan tindakan lain untuk mengurangi nyeri.
Jadi, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosa keperawatan utama adalah Nyeri akut berhubungan dengan penyakit jantung koroner, dengan luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan pengurangan rasa nyeri sampai dengan skala 2-3, serta intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, pemberian analgesik, relaksasi, dan distraksi. -
Article No. 12932 | 26 Feb 2025
Klinis : Tn. A dirawat di RS Qamarul Huda dengan keluhan nyeri dada bagian kiri menjelar ke lengan, nyeri dirasakan terus menerus dengan skala nyeri 8. Hasil pemeriksaan fisik TTV 190/100 mmHg, Nadi 110x/menit, RR 24 x/menit, suhu 37◦C. Hasil EKG terdapat ST Elevasi pada lead II, III, aVF.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menjelaskan secara rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien Tn. A.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri Akut
Pasien Tn. A mengalami nyeri dada bagian kiri yang menjalar ke lengan dengan skala nyeri 8. Nyeri yang dirasakan terus-menerus menunjukkan adanya nyeri akut.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
a. Pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri menjadi 3-4 dalam 24 jam.
b. Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri.
c. Pasien dapat menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
a. Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas).
b. Berikan analgesik sesuai indikasi dan evaluasi efektivitasnya.
c. Ajarkan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri yang komprehensif.
e. Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI "Nyeri Akut" dipilih karena pasien Tn. A mengalami nyeri dada yang terus-menerus dengan skala nyeri 8, serta adanya perubahan tanda-tanda vital yang mendukung.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah Kontrol Nyeri, dengan tujuan agar pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri, dapat mendemonstrasikan teknik non-farmakologi, dan dapat menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) adalah Manajemen Nyeri, yang mencakup pengkajian nyeri, pemberian analgesik, pengajaran teknik non-farmakologi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, dan evaluasi efektivitas intervensi.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 12933 | 26 Feb 2025
Klinis : Tn. A dirawat di RS Qamarul Huda dengan keluhan nyeri dada bagian kiri menjelar ke lengan, nyeri dirasakan terus menerus dengan skala nyeri 8. pasien tampak sesak nafas tersengal sengal. terlihat kesulitan bernafas. Hasil pemeriksaan fisik TTV 190/100 mmHg, Nadi 110x/menit, RR 24 x/menit, suhu 37◦C. Hasil EKG terdapat ST Elevasi pada lead II, III, aVF.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi Tn. A.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard, ditandai dengan nyeri dada bagian kiri yang menjalar ke lengan, skala nyeri 8, dan pasien tampak sesak napas.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi miokard, ditandai dengan tekanan darah 190/100 mmHg, nadi 110x/menit, dan hasil EKG menunjukkan ST elevasi pada lead II, III, dan aVF.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri akut:
a. Pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri menjadi ≤ 4.
b. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik pengurangan nyeri yang efektif.
c. Pasien dapat beristirahat dengan nyaman.
2. Penurunan curah jantung:
a. Pasien dapat mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
b. Pasien dapat bernapas dengan normal tanpa sesak.
c. Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri akut:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
b. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
c. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
d. Libatkan keluarga dalam manajemen nyeri.
e. Observasi tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi.
2. Penurunan curah jantung:
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
b. Berikan posisi yang nyaman untuk memfasilitasi pernapasan.
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi medis.
e. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit jantung dan manajemen perawatan.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang ditetapkan berdasarkan kondisi Tn. A adalah nyeri akut berhubungan dengan infark miokard dan penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi miokard. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri, bernapas normal tanpa sesak, dan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pengkajian nyeri, pemberian analgesik, teknik relaksasi, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, serta edukasi pasien dan keluarga. Semua intervensi ini bertujuan untuk mencapai luaran yang diharapkan dan mengatasi masalah kesehatan Tn. A. -
Article No. 12934 | 26 Feb 2025
Klinis : Tn. A dirawat di RS Qamarul Huda dengan keluhan nyeri dada bagian kiri menjelar ke lengan, nyeri dirasakan terus menerus dengan skala nyeri 8. pasien tampak sesak nafas tersengal sengal. terlihat kesulitan bernafas. Hasil pemeriksaan fisik TTV 190/100 mmHg, Nadi 110x/menit, RR 24 x/menit, suhu 37◦C. spo2 94%. Hasil EKG terdapat ST Elevasi pada lead II, III, aVF.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kasus yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan informasi yang Anda berikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tn. A adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit kardiovaskular (infark miokard akut) ditandai dengan keluhan nyeri dada kiri menjalar ke lengan, skala nyeri 8, dan tampak sesak nafas.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan kardiovaskular (infark miokard akut) ditandai dengan sesak nafas dan kesulitan bernapas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit kardiovaskular:
a. Pasien dapat melaporkan penurunan skala nyeri dari 8 menjadi ≤4.
b. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
c. Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan kardiovaskular:
a. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
b. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik konservasi energi yang efektif.
c. Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal saat beraktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit kardiovaskular:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, skala nyeri, dan faktor yang memperberat/memperingan).
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi analgesik yang adekuat.
c. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
d. Monitor tanda-tanda vital secara berkala.
e. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pengelolaan nyeri.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan kardiovaskular:
a. Kaji tingkat toleransi aktivitas pasien.
b. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.
c. Ajarkan teknik konservasi energi, seperti mengatur ulang jadwal aktivitas dan istirahat.
d. Monitor tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
e. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen intoleransi aktivitas.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang pertama, "Nyeri akut berhubungan dengan penyakit kardiovaskular (infark miokard akut)", didasarkan pada keluhan utama pasien yaitu nyeri dada kiri menjalar ke lengan dengan skala nyeri 8. Infark miokard akut dapat menyebabkan nyeri dada yang sering dirasakan sebagai nyeri tekan atau rasa terbakar.
Diagnosa keperawatan SDKI yang kedua, "Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan kardiovaskular (infark miokard akut)", didasarkan pada gejala sesak napas, napas tersengal-sengal, dan kesulitan bernapas yang dialami pasien. Infark miokard akut dapat menyebabkan gangguan pada sistem kardiovaskular, sehingga pasien mengalami intoleransi terhadap aktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) mencakup tujuan yang ingin dicapai untuk kedua diagnosa keperawatan tersebut. Untuk nyeri akut, tujuannya adalah mengurangi skala nyeri, meningkatkan kemampuan manajemen nyeri, dan menjaga tanda-tanda vital dalam batas normal. Untuk intoleransi aktivitas, tujuannya adalah meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, menerapkan teknik konservasi energi, dan menjaga tanda-tanda vital saat beraktivitas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI) mencakup tindakan-tindakan keperawatan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan. Untuk nyeri akut, intervensi meliputi pengkajian nyeri secara komprehensif, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik, ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, monitor tanda-tanda vital, dan edukasi pasien/keluarga. Untuk intoleransi aktivitas, intervensi meliputi pengkajian toleransi aktivitas, bantuan dalam aktivitas sehari-hari, ajarkan teknik konservasi energi, monitor tanda-tanda vital saat aktivitas, dan edukasi pasien/keluarga.
Secara keseluruhan, pendekatan keperawatan yang komprehensif, termasuk pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi, sangat penting untuk membantu pasien Tn. A dalam mengatasi masalah nyeri akut dan intoleransi aktivitas yang terkait dengan infark miokard akut.