Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 14335 | 17 Mar 2025
Klinis : pasien anemis, hb 8.4, capilari refill > 3
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
- Pasien mengalami anemia dengan kadar hemoglobin (Hb) 8,4 g/dL, yang menunjukkan kekurangan nutrisi, khususnya zat besi.
- Tanda-tanda seperti capillary refill time > 3 detik dan nadi yang akademis (tidak dapat dijelaskan) juga mengindikasikan adanya gangguan perfusi jaringan terkait anemia.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Domain: Nutrisi
- Kelas: Asupan
- Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Domain: Nutrisi
- Kelas: Asupan Nutrisi
- Luaran Keperawatan: Keseimbangan Nutrisi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Domain: Nutrisi
- Kelas: Manajemen Nutrisi
- Intervensi Keperawatan:
1. Pemantauan Status Nutrisi
2. Terapi Nutrisi
3. Edukasi Nutrisi
Sebagai perawat dengan persona pakar, dapat memberikan intervensi yang komprehensif untuk mengatasi masalah anemia pada pasien, termasuk pemantauan status nutrisi, pemberian terapi nutrisi yang sesuai, serta edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya asupan nutrisi yang adekuat. -
Article No. 14201 | 16 Mar 2025
Klinis : Seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan utama demam yang tidak kunjung sembuh selama tiga minggu terakhir. Selain itu, ia mengalami artralgia migratori yang dominan pada artikulasi pergelangan tangan dan lutut, serta eritema malar yang memburuk akibat fotosensitivitas. Orang tua pasien melaporkan bahwa anaknya sering mengeluh lemas, mengalami rambut rontok, dan nafsu makannya menurun. Sebelum keluhan ini muncul, pasien memiliki riwayat sering mengalami sakit tenggorokan berulang. Saat diperiksa, ditemukan ruam malar, efusi pada kedua sendi lutut, serta petekie yang tidak menghilang dengan tekanan. Anak juga mengeluhkan nyeri dada ringan saat menarik napas dalam dan mengalami sariawan berulang. Hasil laboratorium awal menunjukkan: Hb: 9,5 g/dL (rendah), Leukosit: 3.200/mm³ (rendah, Trombosit: 110.000/mm³ (rendah), LED: meningkat, Proteinuria: (+2), Tes ANA: (+). Riwayat keluarga pasien tidak menunjukkan adanya lupus, tetapi ada anggota keluarga dengan riwayat rematik. diagnosa apa yang mungkin muncul pada kasus tersebut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang paling mungkin muncul adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M32.10
- Deskripsi: Lupus eritematosus sistemik dengan gangguan organ atau sistem
Penjelasan:
- Pasien mengalami gejala-gejala yang khas dengan lupus eritematosus sistemik (SLE), termasuk demam yang berkepanjangan, artralgia migratori, eritema malar, fotosensitivitas, kelelahan, dan rambut rontok.
- Hasil pemeriksaan laboratorium juga mendukung diagnosis SLE, dengan adanya anemia, leukopenia, trombositopenia, peningkatan laju endap darah (LED), dan hasil positif pada tes ANA.
- Riwayat keluarga dengan penyakit rematik juga dapat mendukung diagnosis SLE, karena penyakit ini memiliki komponen genetik yang kuat.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.23
- Deskripsi: Pemeriksaan dan evaluasi medis rutin
Penjelasan:
- Pada kasus ini, tidak disebutkan adanya tindakan medis spesifik yang dilakukan. Namun, pasien akan memerlukan evaluasi dan pemeriksaan rutin untuk memantau perkembangan penyakitnya dan menentukan pengobatan yang sesuai.
Secara keseluruhan, kasus ini menunjukkan gambaran klinis yang sangat khas dengan lupus eritematosus sistemik (SLE) pada anak perempuan usia 11 tahun. Pemantauan dan pengobatan yang tepat akan sangat penting untuk mengelola penyakit ini dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 14202 | 16 Mar 2025
Klinis : Seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan utama demam yang tidak kunjung sembuh selama tiga minggu terakhir. Selain itu, ia mengalami artralgia migratori yang dominan pada artikulasi pergelangan tangan dan lutut, serta eritema malar yang memburuk akibat fotosensitivitas. Orang tua pasien melaporkan bahwa anaknya sering mengeluh lemas, mengalami rambut rontok, dan nafsu makannya menurun. Sebelum keluhan ini muncul, pasien memiliki riwayat sering mengalami sakit tenggorokan berulang. Saat diperiksa, ditemukan ruam malar, efusi pada kedua sendi lutut, serta petekie yang tidak menghilang dengan tekanan. Anak juga mengeluhkan nyeri dada ringan saat menarik napas dalam dan mengalami sariawan berulang. Hasil laboratorium awal menunjukkan: Hb: 9,5 g/dL (rendah), Leukosit: 3.200/mm³ (rendah, Trombosit: 110.000/mm³ (rendah), LED: meningkat, Proteinuria: (+2), Tes ANA: (+). Riwayat keluarga pasien tidak menunjukkan adanya lupus, tetapi ada anggota keluarga dengan riwayat rematik. diagnosa apa yang mungkin muncul pada kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala dan temuan klinis yang dijelaskan dalam kasus tersebut, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
1. Risiko Infeksi
Penjelasan: Pasien mengalami demam yang tidak kunjung sembuh selama 3 minggu, yang dapat mengindikasikan adanya proses infeksi. Selain itu, pasien juga memiliki riwayat sering mengalami sakit tenggorokan berulang, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi.
2. Nyeri Akut
Penjelasan: Pasien mengalami artralgia migratori yang dominan pada artikulasi pergelangan tangan dan lutut, serta nyeri dada ringan saat menarik napas dalam, yang dapat menimbulkan nyeri akut.
3. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Penjelasan: Hasil laboratorium menunjukkan adanya anemia (Hb rendah), leukopenia (Leukosit rendah), dan trombositopenia (Trombosit rendah), yang dapat mengindikasikan adanya gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Gangguan Perfusi Jaringan
Penjelasan: Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan laju endap darah (LED) dan proteinuria (+2), yang dapat mengindikasikan adanya gangguan perfusi jaringan.
5. Kelemahan
Penjelasan: Pasien mengeluhkan merasa lemas, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk anemia, malnutrisi, atau proses penyakit yang sedang berlangsung.
Berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa keperawatan tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan format SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia). Perawat dapat menggunakan format tersebut untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 14203 | 16 Mar 2025
Klinis : Seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan utama demam yang tidak kunjung sembuh selama tiga minggu terakhir. Selain itu, ia mengalami artralgia migratori yang dominan pada artikulasi pergelangan tangan dan lutut, serta eritema malar yang memburuk akibat fotosensitivitas. Orang tua pasien melaporkan bahwa anaknya sering mengeluh lemas, mengalami rambut rontok, dan nafsu makannya menurun. Sebelum keluhan ini muncul, pasien memiliki riwayat sering mengalami sakit tenggorokan berulang. Saat diperiksa, ditemukan ruam malar, efusi pada kedua sendi lutut, serta petekie yang tidak menghilang dengan tekanan. Anak juga mengeluhkan nyeri dada ringan saat menarik napas dalam dan mengalami sariawan berulang. Hasil laboratorium awal menunjukkan: Hb: 9,5 g/dL (rendah), Leukosit: 3.200/mm³ (rendah, Trombosit: 110.000/mm³ (rendah), LED: meningkat, Proteinuria: (+2), Tes ANA: (+). Riwayat keluarga pasien tidak menunjukkan adanya lupus, tetapi ada anggota keluarga dengan riwayat rematik. diagnosa apa yang mungkin muncul pada kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan pemaparan kasus tersebut, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi sendi, ditandai dengan keluhan nyeri pada sendi pergelangan tangan dan lutut.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan status fungsional, ditandai dengan keluhan lemas dan penurunan nafsu makan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, ditandai dengan riwayat sering mengalami sakit tenggorokan berulang.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia, ditandai dengan kadar hemoglobin yang rendah.
5. Gangguan pembuangan urin berhubungan dengan keterlibatan ginjal, ditandai dengan adanya proteinuria.
Berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa keperawatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi sendi, ditandai dengan keluhan nyeri pada sendi pergelangan tangan dan lutut.
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Penurunan Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan status fungsional, ditandai dengan keluhan lemas dan penurunan nafsu makan.
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Manajemen Aktivitas
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, ditandai dengan riwayat sering mengalami sakit tenggorokan berulang.
- SDKI: Risiko Infeksi
- SLKI: Pencegahan Infeksi
- SIKI: Pencegahan Infeksi
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia, ditandai dengan kadar hemoglobin yang rendah.
- SDKI: Perubahan Perfusi Jaringan
- SLKI: Perbaikan Perfusi Jaringan
- SIKI: Manajemen Perfusi Jaringan
5. Gangguan pembuangan urin berhubungan dengan keterlibatan ginjal, ditandai dengan adanya proteinuria.
- SDKI: Gangguan Pembuangan Urin
- SLKI: Perbaikan Pembuangan Urin
- SIKI: Manajemen Pembuangan Urin
Diagnosa-diagnosa keperawatan tersebut membutuhkan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah kesehatan pasien secara komprehensif. -
Article No. 14204 | 16 Mar 2025
Klinis : Seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan utama demam yang tidak kunjung sembuh selama tiga minggu terakhir. Selain itu, ia mengalami artralgia migratori yang dominan pada artikulasi pergelangan tangan dan lutut, serta eritema malar yang memburuk akibat fotosensitivitas. Orang tua pasien melaporkan bahwa anaknya sering mengeluh lemas, mengalami rambut rontok, dan nafsu makannya menurun. Sebelum keluhan ini muncul, pasien memiliki riwayat sering mengalami sakit tenggorokan berulang. Saat diperiksa, ditemukan ruam malar, efusi pada kedua sendi lutut, serta petekie yang tidak menghilang dengan tekanan. Anak juga mengeluhkan nyeri dada ringan saat menarik napas dalam dan mengalami sariawan berulang. Hasil laboratorium awal menunjukkan: Hb: 9,5 g/dL (rendah), Leukosit: 3.200/mm³ (rendah, Trombosit: 110.000/mm³ (rendah), LED: meningkat, Proteinuria: (+2), Tes ANA: (+). Riwayat keluarga pasien tidak menunjukkan adanya lupus, tetapi ada anggota keluarga dengan riwayat rematik. diagnosa apa yang mungkin muncul pada kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu demam yang berkepanjangan, artralgia migratori, eritema malar, fotosensitivitas, kelelahan, penurunan nafsu makan, sariawan berulang, serta hasil laboratorium yang menunjukkan anemia, leukopenia, trombositopenia, peningkatan laju endap darah (LED), proteinuria, dan hasil tes ANA positif, maka diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada kasus ini adalah:
1. Diagnosis Keperawatan SDKI: Resiko Infeksi Sistemik Berhubungan dengan Penurunan Sistem Imun.
Penjelasan: Pasien mengalami gejala-gejala yang mengarah pada penurunan sistem imun, seperti demam yang berkepanjangan, artralgia, dan penurunan kadar sel darah. Hal ini meningkatkan risiko pasien untuk mengalami infeksi sistemik.
2. Diagnosis Keperawatan SLKI: Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Kelelahan.
Penjelasan: Pasien mengeluhkan kelelahan dan penurunan nafsu makan, yang dapat menyebabkan intoleransi terhadap aktivitas sehari-hari.
3. Diagnosis Keperawatan SIKI: Nyeri Akut Berhubungan dengan Inflamasi Sendi.
Penjelasan: Pasien mengalami artralgia migratori yang dominan pada sendi pergelangan tangan dan lutut, serta nyeri dada ringan saat menarik napas dalam, yang menunjukkan adanya inflamasi sendi dan menyebabkan nyeri akut.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada kasus ini adalah Resiko Infeksi Sistemik, Intoleransi Aktivitas, dan Nyeri Akut. -
Article No. 14205 | 16 Mar 2025
Klinis : Seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan utama demam yang tidak kunjung sembuh selama tiga minggu terakhir. Selain itu, ia mengalami artralgia migratori yang dominan pada artikulasi pergelangan tangan dan lutut, serta eritema malar yang memburuk akibat fotosensitivitas. Orang tua pasien melaporkan bahwa anaknya sering mengeluh lemas, mengalami rambut rontok, dan nafsu makannya menurun. Sebelum keluhan ini muncul, pasien memiliki riwayat sering mengalami sakit tenggorokan berulang. Saat diperiksa, ditemukan ruam malar, efusi pada kedua sendi lutut, serta petekie yang tidak menghilang dengan tekanan. Anak juga mengeluhkan nyeri dada ringan saat menarik napas dalam dan mengalami sariawan berulang. Hasil laboratorium awal menunjukkan: Hb: 9,5 g/dL (rendah), Leukosit: 3.200/mm³ (rendah, Trombosit: 110.000/mm³ (rendah), LED: meningkat, Proteinuria: (+2), Tes ANA: (+). Riwayat keluarga pasien tidak menunjukkan adanya lupus, tetapi ada anggota keluarga dengan riwayat rematik. diagnosa apa yang mungkin muncul pada kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Setelah mengevaluasi informasi yang diberikan, saya menyimpulkan bahwa kasus tersebut kemungkinan besar merupakan Lupus Eritematosus Sistemik (LES) pada anak perempuan berusia 11 tahun.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
b. Nyeri Akut
c. Intoleransi Aktivitas
d. Risiko Infeksi
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Stabilitas Tanda-Tanda Vital
b. Kontrol Rasa Nyeri
c. Toleransi Aktivitas Meningkat
d. Tidak Terjadi Infeksi
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
b. Manajemen Nyeri
c. Manajemen Energi
d. Pencegahan Infeksi
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital: Pasien mengalami demam, yang merupakan salah satu tanda-tanda vital yang tidak stabil.
b. Nyeri Akut: Pasien mengalami artralgia migratori pada pergelangan tangan dan lutut, serta nyeri dada ringan saat menarik napas dalam.
c. Intoleransi Aktivitas: Pasien sering mengeluh lemas dan mengalami penurunan nafsu makan, yang menunjukkan adanya intoleransi aktivitas.
d. Risiko Infeksi: Pasien memiliki riwayat sering mengalami sakit tenggorokan berulang, menunjukkan adanya risiko infeksi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Stabilitas Tanda-Tanda Vital: Diharapkan setelah mendapatkan asuhan keperawatan, tanda-tanda vital pasien akan stabil, terutama suhu tubuh.
b. Kontrol Rasa Nyeri: Diharapkan setelah mendapatkan asuhan keperawatan, pasien dapat mengontrol rasa nyeri pada sendi dan dada.
c. Toleransi Aktivitas Meningkat: Diharapkan setelah mendapatkan asuhan keperawatan, pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas dan mengatasi keluhan kelelahan.
d. Tidak Terjadi Infeksi: Diharapkan setelah mendapatkan asuhan keperawatan, pasien tidak mengalami infeksi lebih lanjut.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Melakukan pemantauan suhu tubuh, denyut nadi, dan tanda-tanda vital lainnya secara berkala.
b. Manajemen Nyeri: Mengkaji nyeri, memberikan analgesik sesuai indikasi, dan mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis.
c. Manajemen Energi: Mengatur aktivitas dan istirahat pasien, memberikan nutrisi yang sesuai, dan membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
d. Pencegahan Infeksi: Melakukan cuci tangan, menggunakan alat pelindung diri, dan memantau tanda-tanda infeksi.
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang paling mungkin adalah Lupus Eritematosus Sistemik (LES) pada anak perempuan. Upaya keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk mengelola kondisi pasien, memantau perkembangan, dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 14206 | 16 Mar 2025
Klinis : Seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan utama demam yang tidak kunjung sembuh selama tiga minggu terakhir. Selain itu, ia mengalami artralgia migratori yang dominan pada artikulasi pergelangan tangan dan lutut, serta eritema malar yang memburuk akibat fotosensitivitas. Orang tua pasien melaporkan bahwa anaknya sering mengeluh lemas, mengalami rambut rontok, dan nafsu makannya menurun. Sebelum keluhan ini muncul, pasien memiliki riwayat sering mengalami sakit tenggorokan berulang. Saat diperiksa, ditemukan ruam malar, efusi pada kedua sendi lutut, serta petekie yang tidak menghilang dengan tekanan. Anak juga mengeluhkan nyeri dada ringan saat menarik napas dalam dan mengalami sariawan berulang. Hasil laboratorium awal menunjukkan: Hb: 9,5 g/dL (rendah), Leukosit: 3.200/mm³ (rendah, Trombosit: 110.000/mm³ (rendah), LED: meningkat, Proteinuria: (+2), Tes ANA: (+). Riwayat keluarga pasien tidak menunjukkan adanya lupus, tetapi ada anggota keluarga dengan riwayat rematik. ds dan do dari diagnosa nyeri akut dari kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien tersebut dapat didiagnosis sebagai Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau Lupus Sistemik. Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Data Subjektif (DS):
- Pasien mengeluhkan nyeri pada sendi pergelangan tangan dan lutut yang bersifat bermigrasi.
- Pasien mengeluhkan nyeri dada ringan saat menarik napas dalam.
Data Objektif (DO):
- Ditemukan efusi pada kedua sendi lutut.
- Ditemukan petekie yang tidak menghilang dengan tekanan.
Penjelasan Singkat:
Nyeri akut pada pasien dengan SLE dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti inflamasi sendi, efusi sendi, dan peradangan pada pleura yang menyebabkan nyeri dada. Pasien dengan SLE sering mengalami artralgia migratori yang dominan pada artikulasi pergelangan tangan dan lutut, sehingga perlu adanya pengkajian dan intervensi yang tepat untuk mengelola nyeri.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan.
- Karakteristik mayor: Pasien melaporkan nyeri, Pasien menunjukkan perubahan ekspresi wajah.
- Karakteristik minor: Pasien menunjukkan perilaku protektif, Pasien menunjukkan ketegangan otot.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melaporkan nyeri terkontrol, Pasien dapat menunjukkan perilaku untuk mengatasi nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan: Manajemen nyeri, Terapi relaksasi, Pemberian analgesik, Terapi modalitas.
Dengan memahami diagnosa keperawatan, data subjektif dan objektif, serta standar SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan pasien dengan SLE. -
Article No. 14207 | 16 Mar 2025
Klinis : Seorang pria berusia 35 tahun, sebut saja Tn. A, dibawa ke unit gawat darurat setelah disengat lebah saat berkebun di halaman rumahnya. Sekitar 10 menit setelah sengatan, Tn. A mengalami gatal-gatal di seluruh tubuh, pembengkakan pada wajah dan bibir, serta kesulitan bernapas. Pengkajian Identitas Pasien Nama: Tn. A Usia: 35 tahun Jenis Kelamin: Laki-laki Pekerjaan: Petani Keluhan Utama Pasien mengeluhkan gatal-gatal di seluruh tubuh, pembengkakan pada wajah dan bibir, serta kesulitan bernapas setelah disengat lebah sekitar 10 menit sebelum tiba di rumah sakit. Riwayat Kesehatan Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien disengat lebah saat berkebun, segera mengalami gatal-gatal, pembengkakan, dan sesak napas. Riwayat Penyakit Dahulu: Tidak ada riwayat alergi atau reaksi serupa sebelumnya. Pemeriksaan Fisik Airway (Jalan Napas): Terdapat pembengkakan pada bibir dan lidah, suara napas mengi, indikasi obstruksi jalan napas. Breathing (Pernapasan): Frekuensi napas 28 kali per menit, penggunaan otot bantu napas, suara napas mengi. Circulation (Sirkulasi): Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 110 kali per menit, lemah dan cepat, pengisian kapiler >3 detik. Disability (Tingkat Kesadaran): GCS 14 (E4V4M6), pasien tampak gelisah. Exposure (Pemeriksaan Luka & Gejala Lokal): Terdapat urtikaria (ruam kemerahan) di seluruh tubuh, area sengatan di lengan kanan tampak bengkak dan kemerahan. Tanda - Tanda Vital Tekanan Darah: 90/60 mmHg Nadi: 110 kali/menit Frekuensi Napas: 28 kali/menit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) untuk kasus Tn. A.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perburukan Pernapasan Berhubungan Dengan Obstruksi Jalan Napas
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan kemampuan untuk mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
- Faktor Risiko: Obstruksi jalan napas akibat pembengkakan pada bibir dan lidah.
2. Kecemasan Berhubungan Dengan Ancaman Terhadap Integritas Fisik
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh persepsi ancaman, baik yang diketahui maupun tidak diketahui.
- Faktor Berhubungan: Ancaman terhadap keselamatan diri akibat reaksi alergi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Perburukan Pernapasan Berhubungan Dengan Obstruksi Jalan Napas
- Luaran: Pertukaran Gas
- Kriteria Hasil:
1) Frekuensi napas dalam rentang normal
2) Irama napas teratur
3) Tidak ada tanda-tanda sianosis
4) Tidak ada retraksi otot bantu napas
2. Kecemasan Berhubungan Dengan Ancaman Terhadap Integritas Fisik
- Luaran: Tingkat Kecemasan
- Kriteria Hasil:
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab kecemasan
2) Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi
3) Pasien melaporkan berkurangnya gejala kecemasan
4) Pasien tampak tenang
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Perburukan Pernapasan Berhubungan Dengan Obstruksi Jalan Napas
- Intervensi:
1) Pantau jalan napas dan pernapasan secara berkala
2) Berikan oksigen sesuai kebutuhan
3) Berikan bronkodilator dan antihistamin sesuai instruksi dokter
4) Persiapkan alat untuk tindakan intubasi atau pembukaan jalan napas darurat
2. Kecemasan Berhubungan Dengan Ancaman Terhadap Integritas Fisik
- Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dengan pasien
2) Identifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi kecemasan
3) Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, visualisasi, atau distraksi
4) Berikan dukungan emosional dan informasi yang dibutuhkan
5) Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kasus Tn. A adalah Risiko Perburukan Pernapasan Berhubungan Dengan Obstruksi Jalan Napas dan Kecemasan Berhubungan Dengan Ancaman Terhadap Integritas Fisik. Hal ini didasarkan pada gejala yang dialami Tn. A, yaitu pembengkakan pada bibir dan lidah yang menyebabkan obstruksi jalan napas, serta kecemasan akibat ancaman terhadap keselamatan dirinya.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI) mencakup pemulihan fungsi pernapasan dan penurunan tingkat kecemasan. Kriteria hasil untuk masing-masing luaran telah dijelaskan secara rinci.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) meliputi pemantauan jalan napas dan pernapasan, pemberian oksigen dan obat-obatan sesuai instruksi, serta manajemen kecemasan melalui bina hubungan, identifikasi penyebab, latihan relaksasi, dan dukungan emosional. Intervensi-intervensi ini dirancang untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi Tn. A secara komprehensif. -
Article No. 14208 | 16 Mar 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 60 tahun dirawat di ruang penyakit dalam sejak 6 bulan yang lalu. akibat DM tipe 2, hyperglycaemia dan mengalami kebas pada kaki kiri. Hasil pengkajian: pasien mengeluh lelah, sering haus, banyak BAK, dan lapar terus. TTV: 120/80. RR:18x/menit, HR: 80X/menit. Pasien memiliki riwayat obesitas. Pemeriksaan laboratorium terakhir GDS = 280 mg/dL. HbA1C= 8,2%. Pasien baru pertama mendapat injeksi insulin short acting 4u-4u-4u. 1. Sebutkan diagnosa keperawatan utama pada kasus 2. Lakukan injeksi insulin pada pasien tersebut 3. Lakukan pengkajian kaki 4. Lakukan evaluasi setelah dilakukan penyuntikan 5. Lakukan edukasi pada pasien tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: 1. Diagnosa Keperawatan Utama:
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Diabetes Melitus tipe 2 dan Hiperglikemia.
Penjelasan:
Berdasarkan kasus yang diberikan, pasien mengalami gejala-gejala khas Diabetes Melitus tipe 2, seperti sering haus, banyak BAK, dan lapar terus. Pemeriksaan laboratorium juga menunjukkan kadar gula darah yang tinggi (GDS = 280 mg/dL) dan HbA1C yang belum terkontrol dengan baik (8,2%). Hal ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara asupan nutrisi dan kebutuhan tubuh, sehingga diagnosa keperawatan yang paling tepat adalah Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh.
2. Injeksi Insulin:
Pasien baru pertama mendapat injeksi insulin short acting 4u-4u-4u. Oleh karena itu, perawat dapat melanjutkan pemberian injeksi insulin short acting sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan oleh dokter.
3. Pengkajian Kaki:
Perawat perlu melakukan pengkajian lengkap pada kaki pasien, terutama terkait adanya kebas/mati rasa pada kaki kiri. Pengkajian dapat meliputi inspeksi visual, pemeriksaan sensasi, pemeriksaan refleks, serta pemeriksaan sirkulasi darah.
4. Evaluasi Setelah Penyuntikan:
Setelah pemberian injeksi insulin, perawat perlu melakukan evaluasi terhadap tanda-tanda vital pasien, kadar gula darah, serta gejala-gejala hipoglikemia atau hiperglikemia. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa pemberian insulin telah tepat dan efektif dalam menurunkan kadar gula darah.
5. Edukasi Pasien:
Tone = Akademis, Persona = Pakar, Nurse
"Selamat siang, Ibu. Saya adalah perawat yang akan memberikan edukasi terkait kondisi Diabetes Melitus Ibu. Sebagai seorang profesional di bidang kesehatan, saya akan menjelaskan hal-hal penting yang perlu Ibu ketahui.
Ibu mengalami Diabetes Melitus tipe 2, yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi. Hal ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti kebas atau mati rasa pada kaki, yang Ibu alami saat ini. Oleh karena itu, pengaturan pola makan, aktivitas fisik, dan penggunaan obat-obatan secara teratur menjadi sangat penting untuk mengontrol kadar gula darah.
Saya akan memberikan edukasi terkait perawatan kaki, termasuk pemeriksaan rutin, perawatan kulit, dan penggunaan alas kaki yang tepat. Selain itu, Ibu juga perlu memantau tanda-tanda hipoglikemia (gula darah rendah) dan hiperglikemia (gula darah tinggi), serta segera melaporkan jika terjadi keluhan.
Saya harap penjelasan ini dapat membantu Ibu dalam mengelola Diabetes Melitus Ibu dengan baik. Jika ada pertanyaan, silakan tanyakan kapan saja. Saya akan dengan senang hati membantu Ibu." -
Article No. 14209 | 16 Mar 2025
Klinis : Seorang laki-laki 51 tahun, datang kontrol kedua kali setelah didiagnosa Diabtes melitus tipe 2. Pasien didampingi istrinya, gula darah puasa pasien 200 mg/dL, gula darah 2 jam PP 310 mg/dL. Pasien mendapatkan terapi insulin short acting 10-10-10 unit. 1. Tegakkan diagnosa keperawatan pada kasus tersebut! 2. Lakukan penkes dan demonstrasi monitoring gula darah menggunakan glukometer setelah 2 jam setelah makan siang di poli!
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: 1. Diagnosa Keperawatan:
a. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Etiologi: Penurunan asupan makanan, perubahan metabolisme, kebutuhan nutrisi yang meningkat.
b. Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif
- Definisi: Pola tindakan dan aktivitas yang tidak cukup untuk memenuhi target terapeutik yang diharapkan.
- Etiologi: Kurangnya pengetahuan, keterampilan, atau motivasi untuk mengelola regimen terapeutik.
2. Penkes dan Demonstrasi Monitoring Gula Darah:
Selamat siang, Bapak. Saya akan memberikan penkes dan demonstrasi tentang monitoring gula darah menggunakan glukometer. Sebagai seorang perawat, saya memahami betapa pentingnya kontrol gula darah yang baik bagi pasien dengan Diabetes Melitus tipe 2.
Pertama-tama, saya akan menjelaskan tentang pentingnya pemantauan gula darah secara teratur. Pemantauan gula darah membantu Bapak dan tim kesehatan untuk memastikan bahwa pengobatan yang diberikan efektif dalam mengendalikan kadar gula darah. Idealnya, pemantauan dilakukan sebelum dan 2 jam setelah makan, serta sebelum tidur. Hal ini akan membantu Bapak dan tim kesehatan memahami pola fluktuasi gula darah Bapak.
Selanjutnya, saya akan mendemonstrasikan cara menggunakan glukometer untuk memeriksa kadar gula darah. Pertama, pastikan bahwa glukometer dan strip tes dalam kondisi baik dan steril. Cuci tangan Bapak dengan sabun dan air bersih. Kemudian, masukkan strip tes ke dalam glukometer dan ikuti instruksi pada layar. Tancapkan jarum lancet pada ujung jari Bapak dan ambil sedikit darah. Sentuhkan darah tersebut ke strip tes dan tunggu hingga hasilnya muncul di layar. Catat hasil pengukuran gula darah Bapak.
Setelah demonstrasi, saya harap Bapak dapat melakukan pemantauan gula darah secara mandiri di rumah. Jangan ragu untuk menghubungi saya atau tim kesehatan jika Bapak memiliki pertanyaan atau membutuhkan bantuan lebih lanjut. Pemantauan yang teratur akan sangat membantu mengendalikan kondisi Diabetes Melitus Bapak.
Apakah ada pertanyaan yang ingin Bapak sampaikan?