Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21670 | 12 Sep 2025
Klinis : Seorang perempuan, usia 38 tahun memiliki dengan keluhan sering tremor di seluruh tubuh, lemas, tidak kuat berdiri lama dan jantung terasa berdebar-debar. Hasil pemeriksaan didapatkan frekuensi nadi 140 x/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit, TD 130/85 mmHg, suhu 36.4 oC, pembesaran kelenjar tyroid di leher. Kondisi saat ini emosi pasien tidak stabil, mudah marah dengan hal-hal kecil dan sensitive terhadap udara dingin. Pasien mengeluh sering berkeringat, BAB 4 kali sehari, nafsu makan meningkat signifikan namun terjadi penurunan berat badan >2 kg dalam 1 bulan. Hasil pemeriksaan laboratorium di dapatkan nilai FT4 > 8 ng/dL dan FSH <0.02 uIU/mL. Riwayat melahirkan 3 kali dengan ASI yang banyak. Terakhir melahirkan 4 tahun yang lalu. Pasien mendapatkan terapi farmakologi thyrozol dan bisoprolol.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs24 Berdasarkan data klinis yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan utama yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI PPNI:
\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b Diagnosa Keperawatan:\b0 \b Intoleransi Aktivitas\b0 (Kode SDKI: B.3.1)
\par
\b Penjelasan SDKI:\b0 Kondisi dimana individu mengalami ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas yang diinginkan atau diperlukan. Data pendukung: keluhan lemas, tidak kuat berdiri lama, tremor, dan takikardia (nadi 140x/menit).
\par
\b SLKI yang Direkomendasikan:\b0
\par 1. \b Kemandirian dalam Aktivitas\b0 (Kode SLKI: L.14016) - Tingkat kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari
\par 2. \b Toleransi Aktivitas\b0 (Kode SLKI: L.14017) - Kemampuan untuk melakukan aktivitas dengan respons fisiologis yang normal
\par
\b SIKI yang Direkomendasikan:\b0
\par 1. \b Manajemen Energi\b0 (Kode SIKI: I.13001) - Pemantauan dan pengaturan energi untuk memperlancar pelaksanaan aktivitas yang diinginkan
\par 2. \b Manajemen Kelelahan\b0 (Kode SIKI: I.13002) - Meminimalkan kelelahan dan mempertahankan fungsi optimal
\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b Diagnosa Keperawatan:\b0 \b Ansietas\b0 (Kode SDKI: C.2.1)
\par
\b Penjelasan SDKI:\b0 Perasaan gelisah, ketegangan, atau kekhawatiran yang tidak jelas sumbernya disertai dengan respons otonom (jantung berdebar). Data pendukung: emosi tidak stabil, mudah marah, jantung berdebar-debar.
\par
\b SLKI yang Direkomendasikan:\b0
\par \b Kontrol Ansietas\b0 (Kode SLKI: L.07001) - Kemampuan mengendalikan respons terhadap berbagai situasi yang menimbulkan kecemasan
\par
\b SIKI yang Direkomendasikan:\b0
\par \b Pengurangan Ansietas\b0 (Kode SIKI: I.06001) - Meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, dan kegelisahan yang berkaitan dengan stresor yang tidak diketahui
\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b Diagnosa Keperawatan:\b0 \b Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh\b0 (Kode SDKI: B.1.3)
\par
\b Penjelasan SDKI:\b0 Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik. Data pendukung: nafsu makan meningkat signifikan, penurunan berat badan >2kg dalam 1 bulan meski intake meningkat (efek metabolik hipertiroid).
\par
\b SLKI yang Direkomendasikan:\b0
\par \b Status Nutrisi\b0 (Kode SLKI: L.11001) - Kecukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolik
\par
\b SIKI yang Direkomendasikan:\b0
\par \b Manajemen Nutrisi\b0 (Kode SIKI: I.11004) - Pemberian makanan melalui mulut dan pemantauan asupan nutrisi
\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b Catatan Klinis:\b0 Data klinis (pembesaran tiroid, FT4 meningkat, TSH suppressed, gejala hipermetabolisme) mengonfirmasi kondisi \b Hipertiroidisme/Graves' Disease\b0. Terapi thyrozol (antitiroid) dan bisoprolol (kontrol respons adrenergik) telah sesuai. Perlu pemantauan ketat terhadap respons terapi dan efek samping obat.
} -
Article No. 21671 | 12 Sep 2025
Klinis : Seorang perempuan, usia 38 tahun memiliki dengan keluhan sering tremor di seluruh tubuh, lemas, tidak kuat berdiri lama dan jantung terasa berdebar-debar. Hasil pemeriksaan didapatkan frekuensi nadi 140 x/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit, TD 130/85 mmHg, suhu 36.4 oC, pembesaran kelenjar tyroid di leher. Kondisi saat ini emosi pasien tidak stabil, mudah marah dengan hal-hal kecil dan sensitive terhadap udara dingin. Pasien mengeluh sering berkeringat, BAB 4 kali sehari, nafsu makan meningkat signifikan namun terjadi penurunan berat badan >2 kg dalam 1 bulan. Hasil pemeriksaan laboratorium di dapatkan nilai FT4 > 8 ng/dL dan FSH <0.02 uIU/mL. Riwayat melahirkan 3 kali dengan ASI yang banyak. Terakhir melahirkan 4 tahun yang lalu. Pasien mendapatkan terapi farmakologi thyrozol dan bisoprolol.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs24 Berdasarkan data klinis yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan utama yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI PPNI:
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0
\par Ketidakefektifan Termoregulasi (SDKI Code: 00007) berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh sekunder terhadap hipertiroid.
\par
\b Definisi (SDKI):\b0 Ketidakmampuan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
\par
\b Kriteria Hasil (SLKI Code: 1403):\b0 \i Termoregulasi\i0
\par - Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5 – 37,5°C)
\par - Kulit hangat dan kering
\par - Tidak menggigil atau berkeringat berlebihan
\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI Code: 2250):\b0 \i Manajemen Hipertermia\i0
\par - Memantau suhu tubuh secara berkala
\par - Memberikan lingkungan yang sejuk dan nyaman
\par - Menganjurkan intake cairan yang adekuat
\par - Kolaborasi pemberian terapi farmakologis (antipiretik jika diperlukan, terapi antitiroid)
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0
\par Intoleransi Aktivitas (SDKI Code: 00092) berhubungan dengan kelemahan otot dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
\par
\b Definisi (SDKI):\b0 Kurangnya energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diperlukan atau yang diinginkan.
\par
\b Kriteria Hasil (SLKI Code: 0005):\b0 \i Toleransi Aktivitas\i0
\par - Mampu melakukan aktivitas sesuai tingkat kemampuan
\par - Tanda-tanda vital dalam rentang normal selama dan setelah aktivitas
\par - Melaporkan peningkatan energi
\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI Code: 0200):\b0 \i Manajemen Energi\i0
\par - Mengajarkan teknik penghematan energi
\par - Menjadwalkan periode istirahat yang cukup
\par - Memantau respons fisiologis terhadap aktivitas (denyut nadi, pernapasan, tekanan darah)
\par - Kolaborasi dalam pemberian terapi untuk mengontrol takikardia (contoh: Bisoprolol)
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0
\par Kecemasan (SDKI Code: 00146) berhubungan dengan stimulasi berlebihan sistem saraf pusat sekunder terhadap kondisi hipertiroid.
\par
\b Definisi (SDKI):\b0 Perasaan tidak nyaman yang samar-samar atau takut yang disertai respons otonom (sumber sering tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu).
\par
\b Kriteria Hasil (SLKI Code: 1302):\b0 \i Pengendalian Kecemasan\i0
\par - Melaporkan penurunan perasaan cemas
\par - Ekspresi wajah dan tubuh yang rileks
\par - Tanda-tanda vital dalam rentang normal
\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI Code: 5820):\b0 \i Pengurangan Kecemasan\i0
\par - Menciptakan lingkungan yang tenang dan suportif
\par - Menggunakan pendekatan yang menenangkan dan empatik
\par - Mengajarkan teknik relaksasi sederhana
\par - Memberikan informasi yang akurat tentang kondisi dan pengobatannya
\par
\b Catatan Akademis:\b0 Data klinis (tremor, takikardia, intoleransi aktivitas, emosi labil, pembesaran tiroid, peningkatan FT4, penurunan TSH) sangat konsisten dengan gambaran \i Thyrotoxicosis\i0 pada \i Graves' Disease\i0 , yang merupakan penyebab hipertiroid tersering pada kelompok usia ini. Terapi Thyrozol (antitiroid) dan Bisoprolol (penghambat beta untuk kontrol simptom kardiovaskular) merupakan tata laksana farmakologis yang tepat. Pendekatan keperawatan harus berfokus pada manajemen gejala, pencegahan komplikasi, dan edukasi kesehatan untuk mendukung kepatuhan terapi jangka panjang dan pemantauan.
\par
} -
Article No. 21672 | 12 Sep 2025
Klinis : Anemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN UNTUK ANEMIA\b0\fs24
\par
\par Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut adalah beberapa diagnosis keperawatan yang relevan untuk kondisi anemia, disertai penjelasan singkat dan kode terkait.
\par
\par \b 1. Intoleransi Aktivitas (Kode: D.0006)\b0
\par \b SDKI:\b0 Ketidakmampuan individu untuk bertahan atau melakukan aktivitas sehari-hari yang diperlukan karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
\par \b SLKI:\b0
\par - Tingkat energi membaik
\par - Klien mampu melakukan aktivitas sesuai toleransi
\par - Tanda vital dalam rentang normal selama aktivitas
\par \b SIKI:\b0
\par - Monitor tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas
\par - Ajarkan teknik penghematan energi
\par - Bantu klien dalam aktivitas sesuai kebutuhan
\par - Kolaborasi pemberian terapi oksigen jika diperlukan
\par
\par \b 2. Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (Kode: D.0010)\b0
\par \b SDKI:\b0 Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
\par \b SLKI:\b0
\par - Asupan nutrisi adekuat
\par - Nilai laboratorium (Hb, hematokrit) dalam rentang normal
\par - Tidak menunjukkan tanda malnutrisi
\par \b SIKI:\b0
\par - Monitor asupan nutrisi dan cairan
\par - Berikan pendidikan kesehatan tentang diet kaya zat besi, vitamin B12, dan folat
\par - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penatalaksanaan diet
\par - Kolaborasi pemberian suplemen nutrisi sesuai indikasi
\par
\par \b 3. Kelelahan (Kode: D.0006)\b0
\par \b SDKI:\b0 Perasaan lelah yang overwhelming dan menetap serta penurunan kapasitas untuk kerja fisik dan mental.
\par \b SLKI:\b0
\par - Klien melaporkan penurunan keluhan kelelahan
\par - Mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan
\par \b SIKI:\b0
\par - Kaji tingkat kelelahan klien
\par - Bantu identifikasi faktor yang memperberat kelelahan
\par - Rencanakan periode istirahat yang adekuat
\par - Anjurkan aktivitas bertahap sesuai toleransi
\par
\par \b 4. Risiko Infeksi (Kode: D.0026)\b0
\par \b SDKI:\b0 Peningkatan risiko invasi patogen, terutama pada anemia dengan gangguan fungsi leukosit.
\par \b SLKI:\b0
\par - Bebas dari tanda dan gejala infeksi
\par - Parameter laboratorium dalam batas normal
\par \b SIKI:\b0
\par - Monitor tanda-tanda infeksi
\par - Ajarkan cara pencegahan infeksi (cuci tangan, hindari kerumunan)
\par - Kolaborasi pemantauan hasil laboratorium
\par - Kolaborasi pemberian terapi jika terjadi infeksi
\par
\par \b 5. Gangguan Pertukaran Gas (Kode: D.0011)\b0
\par \b SDKI:\b0 Kelebihan atau kekurangan oksigenasi/ventilasi pada membran alveolus-kapiler.
\par \b SLKI:\b0
\par - Gasa darah dalam batas normal
\par - Pernapasan efektif
\par - Tidak ada sianosis
\par \b SIKI:\b0
\par - Monitor status pernapasan dan oksigenasi
\par - Berikan posisi yang meningkatkan ekspansi paru
\par - Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi
\par - Ajarkan teknik pernapasan dalam
\par
\par \b Catatan:\b0 Pemilihan diagnosis keperawatan harus didasarkan pada pengkajian holistik dan komprehensif pada setiap klien, mengingat anemia dapat memiliki etiologi dan manifestasi klinis yang bervariasi.
\par
\par \b Referensi:\b0 Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2016-2019). \i Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).\i0 Jakarta: Pengurus Pusat PPNI.
} -
Article No. 21673 | 12 Sep 2025
Klinis : pasien mengeluh nyeri kepala, ada kelemahan tubuh sebelah kanan, terasa keram TD 120/ 70, HR 86 x/menit Saturasi oksigen 98%,RR 20 , GCS 15
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan data klinis yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b Diagnosa Keperawatan Utama:\b0\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b Nyeri Akut\b0 (Kode SDKI: 0016)\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b Definisi:\b0 Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau lambat yang intensitasnya ringan hingga berat.\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0\par
\pard\sa200\sl276\slmult1 - Nyeri terkontrol (Kode: 080101)\par
- Tingkat nyeri menurun (Kode: 080102)\par
- Koping terhadap nyeri efektif (Kode: 080104)\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0\par
\pard\sa200\sl276\slmult1 - Manajemen Nyeri (Kode: 0810)\par
- Pemberian Analgesik (Kode: 0814)\par
- Terapi Nonfarmakologis Nyeri (Kode: 0815)\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b Diagnosa Keperawatan Potensial:\b0\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b Gangguan Mobilitas Fisik\b0 (Kode SDKI: 0007)\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b Definisi:\b0 Keterbatasan dalam pergerakan fisik independen yang disebabkan oleh kelemahan tubuh sebelah kanan dan keluhan kram.\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b SLKI:\b0\par
\pard\sa200\sl276\slmult1 - Mobilitas fisik membaik (Kode: 020201)\par
- Kekuatan otot meningkat (Kode: 020203)\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b SIKI:\b0\par
\pard\sa200\sl276\slmult1 - Latihan Rentang Gerak (Kode: 0211)\par
- Bantuan Mobilisasi (Kode: 0215)\par
- Terapi Aktivitas (Kode: 0220)\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b Catatan Klinis:\b0\par
Meskipun tanda-tanda vital dalam batas normal (TD: 120/70 mmHg, HR: 86x/menit, SpO2: 98%, RR: 20x/menit) dan GCS 15 menunjukkan kesadaran penuh, kombinasi nyeri kepala, kelemahan hemibody kanan, dan kram memerlukan evaluasi neurologis menyeluruh untuk menyingkirkan kondisi serius seperti cerebrovascular accident atau gangguan neurologis lainnya.\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\i\fs18 Catatan: Diagnosa keperawatan harus divalidasi lebih lanjut melalui pengkajian lengkap dan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi.\i0\fs22\par
} -
Article No. 21660 | 11 Sep 2025
Klinis : Tn. A adalahh seorang petani berusia 58th yg datang ke puskesmas dengan keluhan penglihatan kabur pada kedua mata sejak 2 tahun terakhir, ia mengatakan bahwa kondisinya semakin memburuk dalam 8 bulan terakhir. Ia mengalami silau dan melihat lingkaran cahaya di sekitar lampu pada malam hari, sehingga kesulitan mengendarai sepeda motor saat pulang dari sawah. ia juga merasa sulit membaca, dan mengenali wajah dari jarak jauh. Tn .a memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 selama 12 tahun yang terkontrol dengan obat oral, serta hipertensi sejak 7 tahun terakhir. ia bekerja di luar ruangan setiap hari sehingga sering terpapar sinar matahari. pada pemeriksaan mata ditemukan kekeruhan lensa pada kedua mata, lebih berat pada mata kanan serta penurunan tajam pengelihatan. Dokter menjelaskan bahwa Tn.A mengalami katarak bilateral dan merekomendasikan operasi katarak pada mata kanan. Tn. A tetap cemas, menyatakan kekhawatirannya mengenai biaya oprasi dan apakah dia masih dapat bekerja setelah prosedur tersebut. Ia juga mengungkapkan rasa takut akan menjadi beban bagi keluarganya jika pengelihatannya semakin menurun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b DIAGNOSIS KEPERAWATAN\b0
\b Kode: 00146\b0
\b Nama Diagnosa: Ansietas\b0
\b Definisi: Perasaan gelisah, khawatir, atau ketakutan yang tidak pasti terkait dengan suatu kejadian atau situasi tertentu.\b0
\b SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):\b0
\b1.1\b0 Mengungkapkan perasaan cemas
\b1.2\b0 Mengungkapkan kekhawatiran terhadap perubahan status kesehatan
\b1.3\b0 Mengungkapkan ketakutan terhadap prosedur medis
\b1.4\b0 Mengungkapkan kekhawatiran terhadap dampak finansial
\b1.5\b0 Mengungkapkan kekhawatiran terhadap peran dan tanggung jawab
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0
\b2.1\b0 Tingkat ansietas menurun
\b2.2\b0 Koping efektif terhadap stresor
\b2.3\b0 Ekspresi perasaan cemas berkurang
\b2.4\b0 Partisipasi dalam perencanaan perawatan
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0
\b3.1\b0 \i Manajemen Ansietas\i0 (Kode: 5820)
- Dengarkan keluhan dan kekhawatiran pasien dengan empati
- Berikan informasi yang akurat tentang prosedur operasi katarak
- Jelaskan manfaat dan risiko prosedur secara realistis
- Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam
- Kolaborasi dengan tim medis untuk konseling pra-operasi
\b3.2\b0 \i Edukasi Kesehatan\i0 (Kode: 5510)
- Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit katarak
- Jelaskan faktor risiko progresivitas katarak
- Informasikan tentang pentingnya kontrol DM dan hipertensi
- Ajarkan perlindungan mata dari paparan sinar matahari
\b3.3\b0 \i Dukungan Emosional\i0 (Kode: 5270)
- Validasi perasaan dan kekhawatiran pasien
- Fasilitasi komunikasi dengan keluarga tentang dukungan yang dibutuhkan
- Rujuk ke pekerja sosial untuk bantuan finansial jika diperlukan
- Berikan reinforcement positif tentang kemampuan adaptasi
\b PENJELASAN SINGKAT:\b0
Kondisi Tn. A menunjukkan ansietas yang terkait dengan diagnosis katarak, prosedur operasi, dampak finansial, dan ketidakpastian kemampuan bekerja pasca-operasi. Intervensi keperawatan difokuskan pada manajemen ansietas, edukasi kesehatan, dan dukungan emosional untuk meningkatkan koping dan partisipasi pasien dalam perawatan.
\b CATATAN:\b0
Diagnosa keperawatan ini berdasarkan data subjektif dan objektif yang tersedia. Reassessment berkelanjutan diperlukan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai perkembangan kondisi pasien. -
Article No. 21661 | 11 Sep 2025
Klinis : Tn. A adalahh seorang petani berusia 58th yg datang ke puskesmas dengan keluhan penglihatan kabur pada kedua mata sejak 2 tahun terakhir, ia mengatakan bahwa kondisinya semakin memburuk dalam 8 bulan terakhir. Ia mengalami silau dan melihat lingkaran cahaya di sekitar lampu pada malam hari, sehingga kesulitan mengendarai sepeda motor saat pulang dari sawah. ia juga merasa sulit membaca, dan mengenali wajah dari jarak jauh. Tn .a memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 selama 12 tahun yang terkontrol dengan obat oral, serta hipertensi sejak 7 tahun terakhir. ia bekerja di luar ruangan setiap hari sehingga sering terpapar sinar matahari. pada pemeriksaan mata ditemukan kekeruhan lensa pada kedua mata, lebih berat pada mata kanan serta penurunan tajam pengelihatan.Dokter menjelaskan bahwa Tn.A mengalami katarak bilateral dan merekomendasikan operasi katarak pada mata kanan. Tn. A tetap cemas, menyatakan kekhawatirannya mengenai biaya oprasi dan apakah dia masih dapat bekerja setelah prosedur tersebut. Ia juga mengungkapkan rasa takut akan menjadi beban bagi keluarganya jika pengelihatannya semakin menurun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;\red0\green128\blue0;\red128\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057\b Berdasarkan data klinis yang disajikan pada Tn. A, berikut adalah diagnosa keperawatan utama yang dapat ditetapkan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).\b0\par
\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0\par
\cf2\b Ansietas\cf0\b0 (Kode SDKI: 1218) berhubungan dengan prosedur pembedahan, ketidakpastian hasil, dan dampak finansial.\par
\par
\b PENJELASAN SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):\b0\par
\cf3\b Definisi:\cf0\b0 Perasaan tidak nyaman atau ancaman yang samar-samar yang sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu.\par
\cf3\b Karakteristik Utama (Fokus Assessmen):\cf0\b0 Data subjektif dari Tn. A yang menunjukkan ansietas adalah pernyataan tentang \i kekhawatiran mengenai biaya operasi, ketakutan tidak dapat bekerja setelah operasi, dan kekhawatiran menjadi beban keluarga.\i0\par
\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0\par
\cf3\b Luaran yang Diharapkan (NOC):\cf0\b0 \cf2\b Pengendalian Ansietas\cf0\b0 (Kode SLKI: 1401).\par
\cf3\b Indikator yang dapat diukur (dengan skala 1-5):\cf0\b0\par
- \i Mengidentifikasi penyebab ansietas\i0 (Tn. A dapat menyebutkan dengan jelas bahwa penyebab kecemasannya adalah biaya, prospek kerja, dan masa depan).\par
- \i Melaporkan penurunan gejala ansietas\i0 (misalnya, pasien menyatakan perasaan lebih tenang).\par
- \i Menggunakan strategi koping yang efektif\i0 (misalnya, pasien mulai mencari informasi atau dukungan untuk mengatasi kekhawatirannya).\par
\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0\par
\cf3\b Intervensi Utama (NIC):\cf0\b0 \cf2\b Penurunan Kecemasan\cf0\b0 (Kode SIKI: 5820).\par
\cf3\b Aktivitas Keperawatan (Aktivitas yang dapat dilakukan perawat):\cf0\b0\par
- \i Gunakan pendekatan yang menenangkan dan memberikan rasa aman.\i0\par
- \i Dengarkan dengan penuh perhatian kekhawatiran dan ekspresi perasaan Tn. A.\i0\par
- \i Berikan informasi yang akurat tentang prosedur operasi, proses penyembuhan, dan manfaatnya bagi penglihatan dan kualitas hidupnya.\i0\par
- \i Bantu Tn. A mengidentifikasi kekuatan dan sumber koping yang dimilikinya (dukungan keluarga, pengalaman menghadapi penyakit kronis).\i0\par
- \i Kolaborasi dengan pekerja sosial atau pihak puskesmas untuk mengeksplorasi kemungkinan bantuan biaya (jika ada program seperti JKN atau bantuan lainnya).\i0\par
- \i Ajarkan teknik relaksasi sederhana (contohnya: napas dalam).\i0\par
\par
\cf4\b Catatan Akademis:\cf0\b0 Ansietas merupakan respons yang wajar dalam situasi ini. Intervensi keperawatan difokuskan pada pendekatan terapeutik untuk meningkatkan rasa kontrol dan mengurangi persepsi ancaman, sehingga Tn. A dapat menjalani prosedur dengan persiapan mental yang lebih baik dan berpartisipasi aktif dalam rencana perawatan dirinya.\par
}
-
Article No. 21662 | 11 Sep 2025
Klinis : Seorang laki-laki, usia 57 tahun di rawat di RS dengan keluahan tangan kanan dan kaki lemah dan susah digerakkan, kalau bicara pelo. Hasil pemeriksaan : wajah asimetris, TD 170/90 mmHg, frekuensi nadi 92 x/ menit, frekuensi nafas 22 x/ menit, suhu 370C. mulut tampak miring ke kanan, refleks babynsky positif di ektremitas kanan. Hasil CT scan otak menunjukkan terdapat acute infark di lobus oksipital sinistra, munculnya zona hipodens yang berbatas tegas. Hasil EKG pasien mengalami Atrial Fibrilation. Pasien diberikan cairan isotonic berupa Ringer laktat 30 ml/kkBB/hari. Pasien akan dilakukan Tindakan Trombektomi mekanik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \par
\pard\plain\ql\fi0\li0\ri0\sb0\sa0\sb100\sa100\kerning2\f0\fs24\cf0 Berdasarkan data klinis yang disajikan, berikut adalah analisis keperawatan yang disusun sesuai standar PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia):\par
\par
\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN UTAMA:\b0\par
\b Gangguan Mobilitas Fisik\b0 b.d. \i Kerusakan Neuromuskular\i0 (Kode: 00085)\par
\par
\b Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):\b0\par
Kondisi di mana individu mengalami keterbatasan kemampuan untuk bergerak secara mandiri akibat defisit motorik sekunder terhadap infark serebral akut. Data pendukung: kelemahan ekstremitas kanan, refleks Babinski positif, asimetri wajah, dan hasil CT scan menunjukkan infark akut lobus oksipital sinistra.\par
\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) - Kode: 0204:\b0\par
\b Luaran yang Diharapkan:\b0\par
1. Peningkatan kekuatan otot ekstremitas (skala target: 3-4/5)\par
2. Kemampuan melakukan rentang gerak aktif terbatas dengan bantuan\par
3. Pemeliharaan posisi tubuh yang stabil\par
\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) - Kode: 0840:\b0\par
\b Intervensi:\b0\par
1. Latihan rentang gerak pasif dan aktif pada ekstremitas yang lemah\par
2. Reposisi setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus\par
3. Kolaborasi fisioterapi dini\par
4. Monitoring status neurologis setiap 4 jam\par
\par
\b DIAGNOSIS TAMBAHAN:\b0\par
\b Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral\b0 b.d. \i Gangguan Fungsi Kardiak\i0 (Kode: 00245)\par
\par
\b Data Pendukung:\b0 Atrial Fibrilasi pada EKG (faktor risiko trombosis), hipertensi (TD 170/90 mmHg), dan rencana trombektomi mekanik.\par
\par
\b SLKI - Kode: 0402:\b0\par
Pemeliharaan perfusi serebral adekuat dengan tanda: status mental stabil, tanda vital dalam batas acceptable\par
\par
\b SIKI - Kode: 4020:\b0\par
1. Monitoring ketat tanda vital dan status neurologis\par
2. Kolaborasi pemberian terapi antikoagulan sesuai protokol\par
3. Persiapan pre-prosedural trombektomi\par
4. Manajemen balance cairan (pemantauan ketat input-output cairan RL 30 ml/kgBB/hari)\par
\par
\b Catatan Klinis:\b0 Kondisi pasien memerlukan pendekatan multidisiplin dengan fokus pada stabilisasi hemodinamik, pencegahan komplikasi immobilitas, dan optimasi outcomes pasca-intervensi trombektomi. Monitoring ketat diperlukan mengingat adanya risiko ekspansi infark atau perdarahan sekunder.\par
} -
Article No. 21663 | 11 Sep 2025
Klinis : hematemesis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI UNTUK KONDISI HEMATEMESIS\b0\par
\par
\b Kondisi: Hematemesis\b0\par
\par
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut adalah diagnosis keperawatan yang relevan untuk kondisi hematemesis:\par
\par
\b 1. Diagnosis Keperawatan (SDKI):\b0\par
\b Kode: D.0016\b0\par
\b Judul: Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan\b0\par
\b Definisi:\b0 Kondisi dimana individu berisiko mengalami penurunan volume sirkulasi intravaskular, interstitial, dan/atau intraselular.\par
\b Faktor Risiko (Domain Etiologi):\b0 Kehilangan cairan aktif (hematemesis).\par
\par
\b 2. Luaran Keperawatan (SLKI):\b0\par
\b Kode: L.03016\b0\par
\b Judul: Keseimbangan Cairan\b0\par
\b Definisi:\b0 Tingkat keseimbangan antara cairan yang masuk dan keluar dari tubuh.\par
\b Indikator yang Relevan:\b0\par
- \i Tekanan darah dalam rentang normal yang diharapkan\i0\par
- \i Denyut nadi dalam rentang normal yang diharapkan\i0\par
- \i Turgor kulit elastis\i0\par
- \i Membran mukosa lembab\i0\par
- \i Tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif\i0\par
\par
\b 3. Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0\par
\b Kode: I.09129\b0\par
\b Judul: Manajemen Perdarahan\b0\par
\b Definisi:\b0 Membatasi komplikasi pada pasien dengan perdarahan aktif atau risiko perdarahan.\par
\b Aktivitas:\b0\par
- \i Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan) setiap 1-2 jam atau sesuai kondisi pasien\i0\par
- \i Observasi warna, jumlah, dan karakteristik muntah darah\i0\par
- \i Kolaborasi pemberian terapi cairan intravena sesuai resep\i0\par
- \i Kolaborasi pemberian transfusi darah jika diperlukan\i0\par
- \i Anjurkan tirah baring dan hindari aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan intra-abdomen\i0\par
- \i Kolaborasi pemberian obat hemostatik sesuai resep\i0\par
\par
\b Penjelasan Singkat:\b0\par
Hematemesis merupakan kondisi kegawatdaruratan medis yang memerlukan penanganan cepat dan tepat. Diagnosis keperawatan \i Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan\i0 dipilih karena kehilangan darah melalui muntah dapat menyebabkan hipovolemia dan syok hipovolemik. Tujuan utama (luaran) adalah mencapai dan mempertahankan \i Keseimbangan Cairan\i0 dengan parameter hemodinamik yang stabil. Intervensi keperawatan \i Manajemen Perdarahan\i0 difokuskan pada pemantauan ketat, resusitasi cairan, dan kolaborasi medis untuk mengontrol sumber perdarahan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.\par
\par
\i \cf2\ul Sumber:\cf0\ulnone PPNI. (2017). \i Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).\i0 Edisi 1. Jakarta: Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.\i0\par
}
-
Article No. 21664 | 11 Sep 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 53 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan mati rasa di tangan kiri dan kaki kanan, serta mengeluh pusing dan muntah serta tampak mengalami penurunan kesadaran setelah jatuh dikamar mandi. Pasien sempat dibawa ke puskesmas terdekat, namun dokter menyarankan segera dibawa ke IGD RS X. Hasil pengkajian menunjukkan tidak ada sumbatan jalan napas, pasien sesak napas dengan frekuensi pernapasan 24x/menit, batuk non produktif, sputum ada, bunyi napas ronchi di lobus kanan. Nadi 88x/menit, irama teratur, denyut nadi tidak kuat, tekanan darah 140/90 MmHg, Suhu : 36,5 C, ekstremitas hangat, warna kulit pucat, tidak ada nyeri dada. Saat dikaji pasien hanya terbaring di tempat tidur, sulit bergerak karena mati rasa kedua anggota gerak badan, sulit berbicara. Hasil pemeriksaan GCS: E4M3V1, pupil isokor. Keluarga mengatakan bahwa pasien mempunyai riwayat hipertensi. Kekuatan otot ekstremitas atas bagian dekstra bernilai 2 dan ekstremitas bagian bawah dekstra 1, ekstremitas bagian atas dan bawah sinistra.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN\b0\fs24
\par
\par
\b Kondisi Pasien:\b0 Perempuan, 53 tahun, dengan keluhan mati rasa tangan kiri dan kaki kanan, pusing, muntah, penurunan kesadaran pasca jatuh, riwayat hipertensi, GCS E4M3V1, kelemahan otot ekstremitas, dan gangguan bicara.
\par
\par
\b Diagnosa Keperawatan Utama:\b0
\par
\b\i Gangguan perfusi jaringan serebral b.d. interupsi aliran darah sekunder terhadap perdarahan intrakranial\i0\b0
\par
\b Kode SDKI:\b0 0501
\par
\b Definisi:\b0 Penurunan oksigenasi sel otak yang mengakibatkan ketidakmampuan mempertahankan fungsi neurologis normal.
\par
\par
\b\fs28 SLKI (STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA)\b0\fs24
\par
\b Kode dan Luaran:\b0
\par
\b 050101:\b0 Tanda-tanda vital dalam rentang normal
\par
\b 050102:\b0 Tingkat kesadaran membaik
\par
\b 050103:\b0 Fungsi sensorik dan motorik membaik
\par
\b 050104:\b0 Tidak terjadi peningkatan tekanan intrakranial
\par
\b 050105:\b0 Kognisi dan komunikasi membaik
\par
\par
\b\fs28 SIKI (STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA)\b0\fs24
\par
\b Kode dan Intervensi:\b0
\par
\b 05010401:\b0 \b Pemantauan neurologis\b0 - Pantau GCS, pupil, tanda vital, dan fungsi sensorimotor setiap 1-2 jam
\par
\b 05010402:\b0 \b Manajemen jalan napas\b0 - Pertahankan patensi jalan napas, posisi semi-fowler, dan siapkan alat suction
\par
\b 05010403:\b0 \b Manajemen tekanan intrakranial\b0 - Hindari maneuver valsava, berikan oksigen sesuai order, dan hindari fleksi leher
\par
\b 05010404:\b0 \b Manajemen hipertensi\b0 - Pantau tekanan darah secara ketat dan kolaborasi pemberian antihipertensi sesuai protokol
\par
\b 05010405:\b0 \b Manajemen aktivitas\b0 - Tirah baring absolut dengan pembatasan mobilisasi sesuai kondisi neurologis
\par
\b 05010406:\b0 \b Edukasi keluarga\b0 - Jelaskan kondisi pasien, prosedur yang dilakukan, dan tanda bahaya yang perlu dipantau
\par
\par
\b\fs28 Penjelasan Singkat:\b0\fs24
\par
Berdasarkan data klinis (penurunan kesadaran, defisit neurologis fokal, riwayat hipertensi, dan mekanisme trauma), kondisi pasien mengindikasikan \b stroke hemoragik\b0 dengan gangguan perfusi serebral. Intervensi keperawatan difokuskan pada stabilisasi neurologis, pencegahan komplikasi, dan optimasi outcomes melalui pemantauan ketat dan manajemen komprehensif sesuai standar PPNI.
\par
\par
\b Catatan:\b0 Diagnosa dan intervensi keperawatan harus selalu didukung dengan data pengkajian yang lengkap dan kolaborasi dengan tim medis.
\par
} -
Article No. 21649 | 10 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluahan batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 \cf0 Berdasarkan keluhan batuk yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (Kode: 00031)\par
\par
\b SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):\b0 \par
Definisi: Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas paten.\par
Karakteristik Mayor: Batuk tidak efektif atau tidak ada, suara napas adventisius (ronkhi, wheezing), dispnea.\par
Karakteristik Minor: Sianosis, takipnea, perubahan frekuensi dan irama pernapasan.\par
\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0 \par
Kode: 0401 - Status Pernapasan: Ventilasi\par
Indikator:\par
1. Frekuensi pernapasan dalam rentang normal\par
2. Irama pernapasan reguler\par
3. Kedalaman pernapasan adekuat\par
4. Tidak terdapat suara napas adventisius\par
5. Batuk efektif\par
6. Ekspektorasi sputum adekuat\par
\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0 \par
Kode: 3240 - Manajemen Jalan Napas\par
Aktivitas:\par
1. Auskultasi suara napas, catat adanya suara adventisius\par
2. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan usaha pernapasan\par
3. Ajarkan teknik batuk efektif dan napas dalam\par
4. Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan\par
5. Kolaborasi pemberian obat bronkodilator atau ekspektoran\par
6. Pertahankan posisi yang meningkatkan ventilasi\par
7. Berikan hidrasi adekuat untuk mengencerkan sekret\par
\par
\b Catatan:\b0 Diagnosa keperawatan ini bersifat tentatif dan harus dikonfirmasi melalui pengkajian keperawatan yang komprehensif termasuk pemeriksaan fisik, anamnesis lengkap, dan data penunjang lainnya untuk memastikan akurasi diagnosa dan intervensi yang tepat.\par
}