Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21713 | 18 Sep 2025
Klinis : Pasien dypsnea post hd
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI\b0\fs24
\par
\par
\b Kondisi: Pasien Dyspnea Post Hemodialisis (HD)\b0
\par
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0
\par Gangguan Pertukaran Gas (00030) berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi sekunder akibat komplikasi hemodialisis
\par
\par
\b SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) - 00030:\b0
\par \b Definisi:\b0 Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang adekuat pada tingkat seluler.
\par \b Karakteristik Mayor:\b0 Dyspnea, takipnea, penurunan saturasi oksigen, sianosis, gelisah.
\par \b Faktor yang Berhubungan:\b0 Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, gangguan membran alveolar-kapiler, hipovolemia/hipotensi post HD.
\par
\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0
\par \b Kode & Luaran:\b0
\par 0402: \i Status Pernapasan: Pertukaran Gas\i0
\par - Saturasi oksigen dalam rentang normal (95-100%)
\par - Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (16-20x/menit)
\par - Tidak terdapat dyspnea
\par - Tidak terdapat sianosis
\par
\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0
\par \b Kode & Intervensi:\b0
\par 3320: \i Manajemen Jalan Napas\i0
\par - Posisikan pasien semi-Fowler atau Fowler untuk memaksimalkan ekspansi paru
\par - Auskultasi suara napas setiap 2-4 jam
\par - Berikan oksigen sesuai indikasi dan resep dokter
\par - Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan
\par
\par 6680: \i Manajemen Cairan\i0
\par - Monitor status cairan dan elektrolit secara ketat
\par - Timbang berat badan harian
\par - Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai kondisi hemodinamik
\par - Monitor tanda-tanda kelebihan cairan atau dehidrasi
\par
\par \b Catatan Klinis:\b0 Pada pasien post hemodialisis, dyspnea dapat terjadi akibat multiple faktor termasuk ketidakseimbangan cairan (kelebihan cairan atau hipovolemia), gangguan asam-basa, atau komplikasi dialisis seperti hipotensi. Pemantauan ketat parameter hemodinamik dan status pernapasan merupakan hal yang esensial.
\par
\par
\b Referensi:\b0 PPNI (2017). \i Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Edisi 1-6.\i0
\par
\par
\b \i \fs20 Dokumen ini disusun untuk keperluan akademik dan praktik keperawatan. Implementasi klinis harus disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien dan kebijakan institusi.\i0\b0\fs24
\par
\par
\par
} -
Article No. 21714 | 18 Sep 2025
Klinis : tuliskan tindakan terapi murratal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN\b0 \par
\par
\b Kondisi: Tindakan Terapi Murratal\b0 \par
\par
Berdasarkan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut adalah diagnosis keperawatan dan intervensi yang relevan untuk kondisi yang memerlukan tindakan terapi murratal. Terapi murratal merupakan salah satu bentuk terapi komplementer yang mungkin digunakan dalam praktik keperawatan, dan pendekatan asuhan harus disesuaikan dengan kebutuhan holistik klien.\par
\par
\b 1. Diagnosis Keperawatan (SDKI):\b0 \par
\b Kode: D.0016\b0 - \i Ansietas\i0 \par
\b Definisi:\b0 Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang samar-samar disertai dengan respons otonom (sumber respons seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya yang memungkinkan individu untuk mengambil tindakan untuk mengatasinya.\par
\par
\b Penjelasan Singkat:\b0 Klien yang memerlukan terapi komplementer seperti murratal seringkali mengalami peningkatan tingkat ansietas akibat kondisi kesehatannya. Tindakan terapi murratal bertujuan untuk menciptakan relaksasi dan mengurangi ketegangan, sehingga diagnosis ansietas menjadi fokus utama intervensi keperawatan.\par
\par
\b 2. Luaran Keperawatan (SLKI):\b0 \par
\b Kode: L.14016\b0 - \i Tingkat Ansietas\i0 \par
\b Definisi Luaran:\b0 Tingkat keparahan dari kekhawatiran, ketakutan, gelisah, atau kecemasan yang dialami secara sadar atau tidak sadar oleh seorang individu.\par
\b Kriteria Luaran (NOC):\b0 \par
- Menurunnya perilaku gelisah.\par
- Menurunnya keluhan verbal tentang kekhawatiran.\par
- Meningkatnya kemampuan untuk beristirahat dan tidur.\par
- Menurunnya respons fisiologis (seperti takikardia atau diaforesis).\par
- Meningkatnya ekspresi perasaan tenang.\par
\par
\b 3. Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0 \par
\b Kode: I.11270\b0 - \i Terapi Relaksasi\i0 \par
\b Definisi Intervensi:\b0 Pemberian bantuan untuk mengurangi ketegangan fisik dan mental seseorang.\par
\b Tindakan Keperawatan (NIC):\b0 \par
- Lakukan penilaian terhadap tingkat ansietas klien sebelum dan sesudah intervensi.\par
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk pelaksanaan terapi.\par
- Ajarkan teknik pernapasan dalam untuk mendukung relaksasi.\par
- Lakukan atau fasilitasi tindakan terapi murratal sesuai dengan protokol yang ditetapkan dan kompetensi perawat.\par
- Anjurkan klien untuk fokus pada sensasi positif selama terapi.\par
- Monitor respons klien terhadap terapi, termasuk perubahan tanda-tanda vital dan laporan subjektif perasaan tenang.\par
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan untuk pendekatan holistik.\par
\par
\b Catatan Akademis:\b0 Pelaksanaan terapi murratal harus didasarkan pada evidence-based practice dan dilakukan oleh perawat yang telah terlatih dan kompeten dalam terapi komplementer tersebut. Pendokumentasian asuhan keperawatan harus lengkap, mencakup assessment, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi luaran sesuai standar PPNI.\par
\par
\i Sumber: Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Terkini.\i0 \par
} -
Article No. 21715 | 18 Sep 2025
Klinis : sesak nafas 3 hari, NRM 10 lpm, Dyspnea, ec suspek TB paru
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi klinis yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).\par
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0\par
\cf2\ul \cf2\ul Gangguan Pertukaran Gas (Kode: 00030)\cf0\ulnone\par
\par
\b Definisi (SDKI):\b0\par
Keadaan ketika seseorang mengalami kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada membran alveolus-kapiler.\par
\par
\b Kriteria Hasil (SLKI):\b0\par
\cf2\ul \cf2\ul Pernapasan Efektif (Kode: 0400)\cf0\ulnone\par
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal yang diharapkan.\par
- Irama pernapasan teratur.\par
- Tidak ada dispnea atau orthopnea.\par
- Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.\par
- Suara napas bersih di kedua lapang paru.\par
- Status mental dalam rentang normal.\par
\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0\par
\cf2\ul \cf2\ul Manajemen Jalan Napas (Kode: 3140)\cf0\ulnone\par
- Mempertahankan jalan napas paten.\par
- Memonitor status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman, dan usaha napas).\par
- Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan (seperti wheezing, ronki).\par
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (misalnya, posisi semi-Fowler atau Fowler).\par
- Ajarkan teknik batuk efektif dan napas dalam.\par
- Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi dan resep dokter.\par
- Kolaborasi pemberian terapi nebulizer atau inhaler sesuai indikasi.\par
- Monitor saturasi oksigen (SpO2) secara berkala.\par
- Kolaborasi pemeriksaan penunjang seperti foto toraks atau pemeriksaan dahak.\par
- Lakukan edukasi kesehatan mengenai pentingnya kepatuhan pengobatan dan pencegahan penularan (mengingat suspek TB paru).\par
\par
\b Rasional Singkat:\b0\par
Kondisi sesak napas dengan dyspnea dan penggunaan otot bantu pernapasan (NRM 10 lpm) menunjukkan gangguan dalam pertukaran gas, yang sering terkait dengan proses infeksi seperti suspek TB paru. TB paru dapat menyebabkan konsolidasi jaringan paru, mengurangi luas permukaan pertukaran gas, dan memicu respons inflamasi yang memperburuk oksigenasi. Intervensi difokuskan pada optimasi ventilasi, mempertahankan jalan napas, dan kolaborasi terapi medis untuk mengatasi penyebab dasar, sambil mempertimbangkan aspek pencegahan penularan mengingat sifat infeksius TB.\par
\par
Demikian respons akademis ini disampaikan dengan mengacu pada standar profesional PPNI.\par
} -
Article No. 21716 | 18 Sep 2025
Klinis : Ny. A mengeluh selera makan menurun, nyeri saat mengunyah, gigi seri depan atas tanggal 2, gigi geraham kiri bawah berlubang, gigi geraham kanan tanggal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Ny. A, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\par
\textb Diagnosa Keperawatan:\par
\textb Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan ketidaknyamanan oral dan gangguan fungsi pengunyahan (Kode: B.3.1.1)\par
\par
\textb Penjelasan Singkat:\par
\par
\textb 1. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):\par
Kode: B.3.1.1\par
Definisi: Kondisi di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.\par
Faktor yang Berhubungan: Ketidaknyamanan oral (nyeri saat mengunyah, gigi berlubang) dan gangguan fungsi pengunyahan (kehilangan gigi).\par
\par
\textb 2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):\par
Kode: B.3.1.1.1 - Status Nutrisi membaik\par
Indikator:\par
- Asupan nutrisi oral meningkat\par
- Berat badan stabil atau meningkat sesuai target\par
- Nilai laboratorium terkait nutrisi dalam batas normal\par
\par
\textb 3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):\par
Kode: B.3.1.1.1 - Manajemen Nutrisi\par
Aktivitas:\par
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi\par
- Anjurkan diet dengan tekstur lunak atau cair\par
- Monitor asupan dan output nutrisi\par
- Berikan edukasi perawatan oral dan pentingnya nutrisi\par
\par
Kode: B.2.1.1.1 - Manajemen Nyeri\par
Aktivitas:\par
- Assess karakteristik dan intensitas nyeri\par
- Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi\par
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi\par
\par
Kode: B.1.1.1.1 - Edukasi Kesehatan\par
Aktivitas:\par
- Berikan informasi tentang perawatan gigi dan mulut\par
- Ajarkan teknik hygiene oral yang tepat\par
- Anjurkan kontrol rutin ke dokter gigi\par
\par
\textb Rekomendasi:\par
Perlu rujuk ke dokter gigi untuk penanganan masalah gigi (tambal gigi, gigi palsu) guna mengatasi penyebab utama gangguan nutrisi.\par
} -
Article No. 21717 | 18 Sep 2025
Klinis : Ny. A LANSIA mengeluh selera makan menurun, nyeri saat mengunyah, gigi seri depan atas tanggal 2, gigi geraham kiri bawah berlubang, gigi geraham kanan tanggal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;\red0\green128\blue0;\red128\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Ny. A, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar PPNI:\par
\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0\par
Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002) berhubungan dengan penurunan selera makan dan gangguan integritas gigi (nyeri saat mengunyah, gigi tanggal, dan gigi berlubang).\par
\par
\b PENJELASAN SDKI, SLKI, DAN SIKI:\b0\par
\par
\b 1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) - Kode: 00002\b0\par
\i Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh\i0\par
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.\par
Karakteristik utama: Penurunan berat badan, asupan makanan kurang dari kebutuhan harian, laporan asupan tidak adekuat, kelemahan otot pengunyah, dan masalah oral (misalnya nyeri, gigi tanggal, atau karies).\par
\par
\b 2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) - Kode: 1403\b0\par
\i Status Nutrisi\i0\par
Definisi: Kecukupan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.\par
Indikator yang dapat dimonitor:\par
- Asupan makanan dan cairan (140301)\par
- Berat badan (140302)\par
- Nilai laboratorium terkait nutrisi (140306)\par
- Kesehatan gigi dan mulut (140312)\par
\par
\b 3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) - Kode: 1120\b0\par
\i Manajemen Nutrisi\i0\par
Definisi: Memfasilitasi asupan nutrisi yang seimbang.\par
Aktivitas keperawatan yang dapat dilakukan:\par
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi (112004)\par
- Monitor asupan makanan dan cairan (112008)\par
- Anjurkan makanan dengan tekstur yang sesuai (lunak, cair) (112014)\par
- Kolaborasi dengan dokter atau dokter gigi untuk penanganan masalah gigi dan mulut (112020)\par
- Ajarkan teknik oral hygiene (112022)\par
\par
\b RINGKASAN:\b0\par
Masalah utama adalah gangguan nutrisi akibat masalah gigi dan mulut. Tujuannya adalah meningkatkan status nutrisi melalui intervensi manajemen nutrisi dan kolaborasi penanganan masalah oral.\par
} -
Article No. 21706 | 17 Sep 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \par
\pard\plain\ql\fi0\li0\ri0\sb0\sa0\itap0 \fs24\kerning2\f0\cf0 \outl0\strokewidth0 \strokec2 \uc0\u8232 \u8232 \b Berdasarkan data klinis yang disampaikan, berikut adalah analisis diagnosa keperawatan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk pasien dengan dugaan tuberkulosis paru:\b0 \line \line \b 1. Diagnosa Keperawatan Utama:\b0 \line \b \u1600 SDKI: B.1.1.1.1 - Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif\b0 \line \b \u1600 Definisi:\b0 Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan patensi jalan napas. \line \b \u1600 Faktor yang Berhubungan:\b0 \'b7 Peningkatan produksi sputum (dahak) yang kental dan purulen akibat infeksi \i Mycobacterium tuberculosis\i0 \'b7 Gangguan mekanisme pertahanan jalan napas (miselium silia) \'b7 Kelemahan otot pernapasan sekunder akibat kelelahan dan malnutrisi \line \b 2. Kriteria Hasil (SLKI):\b0 \line \b \u1600 SLKI: B.0101 - Status Pernapasan: Ventilasi\b0 \line \b \u1600 Indikator yang Diharapkan:\b0 \'b7 (B.010101) Frekuensi pernapasan dalam rentang normal \'b7 (B.010104) Irama pernapasan reguler \'b7 (B.010107) Tidak terdapat suara napas adventisius (mengi, ronki) atau suara napas adventisius berkurang \'b7 (B.010108) Tidak terdapat batuk atau batuk produktif efektif \line \b 3. Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0 \line \b \u1600 SIKI: B.2200 - Manajemen Jalan Napas\b0 \line \b \u1600 Aktivitas Keperawatan:\b0 \'b7 (B.220001) Kaji fungsi pernapasan (suara napas, frekuensi, irama, kedalaman) \'b7 (B.220002) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (misalnya, posisi semi-Fowler) \'b7 (B.220004) Ajarkan dan bantu teknik batuk efektif \'b7 (B.220008) Lakukan fisioterapi dada (postural drainage dan perkusi) jika diindikasikan \'b7 (B.220012) Kolaborasi pemberian obat mukolitik dan bronkodilator sesuai resep \line \line \b Diagnosa Keperawatan Pendukung:\b0 \line \b \u1600 SDKI: B.5.1.1 - Risiko Infeksi\b0 (Kode: 00004) terkait dengan adanya patogen virulen dan penurunan status imun. \line \b \u1600 SDKI: C.1.4.1 - Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh\b0 (Kode: 00002) terkait anoreksia, peningkatan metabolisme akibat proses infeksi, dan kelemahan. \line \line \b Catatan Penting:\b0 Penetapan diagnosa ini bersifat \i preliminary\i0 dan harus dikonfirmasi serta dikembangkan lebih lanjut melalui \i pengkajian keperawatan yang komprehensif\i0 secara langsung, termasuk anamnesis yang mendetail dan pemeriksaan fisik lengkap. Rencana asuhan keperawatan harus disusun secara \i holistik\i0 dan \i individual\i0 , dengan mempertimbangkan seluruh kebutuhan pasien. Intervensi kolaboratif, khususnya terkait \i regimen pengobatan anti-tuberkulosis (OAT)\i0 dan \i isolasi droplet\i0 , merupakan komponen kritis dalam manajemen kasus ini. \line \line } -
Article No. 21707 | 17 Sep 2025
Klinis : mual mutah dehidrasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1057{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl ;\red0\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.19041}\viewkind4\uc1
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\cf1\f0\fs24\lang1057 Berdasarkan kondisi klinis \i mual muntah dehidrasi\i0 , berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0\par
\b Kode:\b0 B.3.1.1\par
\b Label Diagnosa:\b0 Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan\par
\b Definisi:\b0 Berisiko mengalami penurunan, peningkatan, atau perpindahan cepat cairan intravaskular, interstitial, dan/atau intraselular.\par
\b STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA (SLKI):\b0\par
\b Kode:\b0 L.040201\par
\b Label Luaran:\b0 Status Keseimbangan Cairan\par
\b Definisi:\b0 Kemampuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.\par
\b Indikator:\b0\par
\hich\af0\dbch\af0\loch\f0 - L.040201.001: Turgor kulit elastis\par
- L.040201.002: Membran mukosa lembab\par
- L.040201.003: Asupan dan haluan cairan seimbang\par
- L.040201.004: Berat badan stabil\par
- L.040201.005: Tidak ada rasa haus berlebihan\par
- L.040201.006: Urine output dalam batas normal\par
\b STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (SIKI):\b0\par
\b Kode:\b0 I.09220\par
\b Label Intervensi:\b0 Manajemen Mual Muntah\par
\b Definisi:\b0 Pencegahan dan penanganan mual dan muntah.\par
\b Aktivitas:\b0\par
\hich\af0\dbch\af0\loch\f0 - I.09220.001: Identifikasi faktor penyebab mual dan muntah\par
- I.09220.002: Monitor frekuensi, durasi, dan volume muntah\par
- I.09220.003: Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi\par
- I.09220.004: Kolaborasi pemberian obat antiemetik sesuai indikasi\par
- I.09220.005: Anjurkan posisi semi-Fowler setelah makan\par
- I.09220.006: Anjurkan makan sedikit tapi sering\par
\b Kode:\b0 I.09010\par
\b Label Intervensi:\b0 Manajemen Keseimbangan Cairan\par
\b Definisi:\b0 Promosi keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi akibat kekurangan atau kelebihan cairan.\par
\b Aktivitas:\b0\par
\hich\af0\dbch\af0\loch\f0 - I.09010.001: Monitor tanda-tanda dehidrasi\par
- I.09010.002: Monitor intake dan output cairan\par
- I.09010.003: Anjurkan peningkatan asupan cairan oral (jika toleran)\par
- I.09010.004: Kolaborasi pemberian terapi cairan intravena sesuai indikasi\par
- I.09010.005: Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, kreatinin)\par
\b PENJELASAN SINGKAT:\b0\par
Kondisi mual dan muntah yang berkepanjangan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara signifikan, sehingga berisiko tinggi menimbulkan dehidrasi. Diagnosa keperawatan "Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan" dipilih karena kondisi ini menunjukkan kerentanan terhadap defisit cairan sebelum defisit tersebut benar-benar terjadi. Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk mencegah terjadinya dehidrasi (SLKI: Status Keseimbangan Cairan) melalui intervensi spesifik yang terfokus pada pengendalian mual muntah (Manajemen Mual Muntah) dan pemantauan serta pemeliharaan status hidrasi (Manajemen Keseimbangan Cairan). Pendekatan ini bersifat holistik, mencakup aspek edukasi, monitorisasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan outcomes keperawatan yang optimal.\par
} -
Article No. 21708 | 17 Sep 2025
Klinis : pasien mual mutah 2 hari lalu lemas dan dehidrasi, riwayat dm tidak suntik insulin 2 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 \pard\fs24\qj Berdasarkan data klinis yang Anda berikan, berikut adalah analisis keperawatan yang disusun sesuai dengan standar asuhan keperawatan Indonesia (SDKI, SLKI, SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
\b Diagnosa Keperawatan Utama:
\b 00002: Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan\b0 berhubungan dengan kehilangan cairan aktif sekunder dari mual dan muntah.
\b\ul Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):\ul0
\b DX: 00002 - Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan
\b0 Definisi: Rentan terhadap penurunan, peningkatan, atau perpindahan cepat dari intravaskuler ke interstitial, atau intraseluler, yang dapat kompromi kesehatan. Status ini merupakan risiko dari dehidrasi, kehilangan cairan, atau overhidrasi.
Faktor Risiko (Pada kasus ini): \i Faktor biologis: muntah.\i0
\b\ul Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):\ul0
\b LO: 1401 - Status Hidrasi
\b0 \trowd \trgaph0
\cellx1000 \cellx6000 \intbl Kriteria Luaran:\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl \cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 1. Turgor kulit baik\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 2. Membran mukosa lembab\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 3. Tidak ada rasa haus yang berlebihan\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 4. Keseimbangan asupan dan haluaran\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 5. Tekanan darah dalam rentang normal\cell
\row
\pard Nilai Luaran yang diharapkan: Meningkat (Score: 4 pada skala 1-5).
\b\ul Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):\ul0
\b IC: 2120 - Manajemen Cairan
\b0 \trowd \trgaph0
\cellx1000 \cellx6000 \intbl Aktivitas Intervensi:\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl \cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 1. Pantau tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa, rasa haus).\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 2. Pantau asupan dan haluaran cairan setiap 4-8 jam.\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 3. Anjurkan intake cairan sesuai toleransi.\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 4. Kolaborasi pemberian terapi cairan intravena sesuai indikasi.\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 5. Pantau nilai laboratorium terkait (elektrolit, hematokrit, gula darah).\cell
\row
\pard
\b Diagnosa Keperawatan Pendukung (Koleboratif):
\b Masalah Kolaboratif: \i Hiperglikemia\i0 sekunder dari ketidakpatuhan terapi insulin pada Diabetes Mellitus.
\b0 \ul Penjelasan:\ul0 Riwayat Diabetes Mellitus (DM) dan tidak menyuntikkan insulin selama 2 minggu merupakan faktor pencetus yang sangat signifikan. Hiperglikemia berat dapat menyebabkan gastroparesis (lambung lumpuh) yang memicu mual dan muntah. Muntah yang terjadi kemudian memperburuk hiperglikemia dan menyebabkan dehidrasi hiperosmolar, menciptakan siklus yang memperburuk kondisi pasien. Masalah ini memerlukan intervensi medis segera (seperti pemberian insulin) dan perawat berperan dalam memantau, mengelola, dan mengevaluasi respons pasien terhadap terapi tersebut.
\b Intervensi Kolaboratif (SIKI):
\b IC: 2120 - Manajemen Cairan (seperti di atas)
\b IC: 2620 - Manajemen Hiperglikemia
\b0 \trowd \trgaph0
\cellx1000 \cellx6000 \intbl Aktivitas Intervensi:\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl \cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 1. Pantau kadar gula darah secara berkala.\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 2. Kolaborasi pemberian insulin sesuai program terapi.\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 3. Observasi tanda-tanda ketoasidosis diabetik atau status hiperglikemik hiperosmolar (SHH).\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 4. Ajarkan kembali pentingnya kepatuhan terapi insulin.\cell
\row
\pard
\b\fs24 \cf0 \kerning1\expnd0\expndtw0 \uldb \ulnone \strokec0 Kesimpulan:\b0 Kondisi pasien merupakan keadaan yang berpotensi membahayakan jiwa yang memerlukan penanganan cepat. Fokus intervensi keperawatan primer adalah mengatasi \i dehidrasi\i0 melalui manajemen cairan, sambil secara bersamaan berkolaborasi dengan tim medis untuk menangani penyebab utamanya, yaitu \i hiperglikemia\i0 . Pemantauan ketat terhadap status hidrasi dan kadar glukosa darah adalah kunci utama dalam manajemen asuhan keperawatan pada kasus ini.
\par
} -
Article No. 21709 | 17 Sep 2025
Klinis : pasien mual mutah 2 hari lalu lemas dan dehidrasi, riwayat dm tidak suntik insulin 2 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 \b0 Berdasarkan data klinis yang Anda berikan, berikut adalah analisis keperawatan yang disusun sesuai dengan standar asuhan keperawatan Indonesia (SDKI, SLKI, SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
\b\fs24 \b0 \line \line
\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN UTAMA\b0 \line
\b Kode SDKI: B.3.1.1\b0 - \i Intoleransi Aktivitas\i0 \line
\b Definisi:\b0 Kekurangan energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diperlukan atau yang diinginkan.
\b\fs20 \b0 \line
\b Data Penunjang Diagnosis:\b0
\tab - \i Subjektif:\i0 Keluhan lemas.
\tab - \i Objektif:\i0 Pasien mengalami mual muntah selama 2 hari dan dehidrasi, yang menyebabkan penurunan cadangan energi dan ketidakseimbangan elektrolit. Riwayat Diabetes Mellitus (DM) dengan manajemen yang tidak optimal (tidak suntik insulin selama 2 minggu) dapat menyebabkan kelelahan akibat hiperglikemia.
\b\fs24 \b0 \line \line
\b KRITERIA HASIL (SLKI)\b0 \line
\b Kode SLKI: L.04016\b0 - \i Kemandirian dalam Aktivitas\i0 \line
\b Definisi:\b0 Kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.
\b Indikator yang Diharapkan:\b0
\tab - L.04016.010: Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat kemampuannya.
\tab - L.04016.040: Pasien melaporkan peningkatan energi untuk beraktivitas.
\b\fs24 \b0 \line \line
\b INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI)\b0 \line
\b Kode SIKI: J.4.2.2\b0 - \i Manajemen Energi\i0 \line
\b Definisi:\b0 Pengaturan penggunaan energi untuk memperlakukan atau mencegah kelelahan dan meningkatkan fungsi.
\b Tindakan Keperawatan yang Direkomendasikan:\b0
\tab - \b J.4.2.2.010:\b0 Kaji tingkat energi dan toleransi aktivitas pasien (skala 0-10).
\tab - \b J.4.2.2.030:\b0 Bantu pasien dalam mengidentifikasi aktivitas yang dapat memicu kelelahan.
\tab - \b J.4.2.2.050:\b0 Anjurkan teknik penghematan energi (contoh: duduk saat melakukan aktivitas, istirahat yang cukup).
\tab - \b J.4.2.2.090:\b0 Kolaborasi dengan tim gizi untuk memastikan asupan nutrisi yang adekuat sesuai toleransi.
\tab - \b J.4.2.2.170:\b0 Monitor tanda-tanda vital dan status hidrasi.
\b\fs24 \b0 \line \line
\b DIAGNOSIS DAN INTERVENSI PENUNJANG\b0 \line
Mengingat kompleksitas kondisi pasien, diagnosis keperawatan lain yang sangat mungkin muncul dan memerlukan intervensi paralel adalah:
\b 1. Kode SDKI: B.1.3\b0 - \i Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan\i0 \line
\b Kode SIKI: J.2.1.1\b0 - \i Manajemen Cairan\i0 \line
\b Rasional:\b0 Ditujukan untuk mengatasi dehidrasi akibat muntah yang berkepanjangan.
\b 2. Kode SDKI: B.5.1.1\b0 - \i Hiperglikemia\i0 \line
\b Kode SIKI: J.5.3.1\b0 - \i Manajemen Hiperglikemia\i0 \line
\b Rasional:\b0 Ditujukan untuk mengontrol kadar gula darah akibat ketidakpatuhan terapi insulin, yang dapat memperburuk lemas dan dehidrasi.
\b 3. Kode SDKI: B.4.1.1\b0 - \i Mual\i0 \line
\b Kode SIKI: J.4.1.1\b0 - \i Manajemen Mual\i0 \line
\b Rasional:\b0 Ditujukan untuk mengatasi penyebab utama dari lemas dan risiko dehidrasi.
\b\fs24 \b0 \line \line
\b CATATAN AKADEMIS:\b0 \line
Pendekatan asuhan keperawatan harus bersifat \i holistik\i0 dan \i komprehensif\i0 . Kondisi dehidrasi dan lemas merupakan masalah utama yang teramati, namun akar penyebabnya sangat mungkin berkaitan dengan hiperglikemia yang tidak terkontrol. Oleh karena itu, intervensi keperawatan untuk manajemen energi (\b J.4.2.2\b0 ) harus dilaksanakan bersamaan dengan intervensi untuk manajemen cairan (\b J.2.1.1\b0 ) dan manajemen hiperglikemia (\b J.5.3.1\b0 ). Pemantauan ketat terhadap tanda-tanda vital, kadar glukosa darah, dan balance cairan merupakan elemen kritis dalam keseluruhan rencana asuhan. Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 21710 | 17 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki berusia 33 tahun mengalami kelainan gaya berjalan dan gangguan keseimbangan postur pada usia 30 tahun. Keluhan utama: gerakan abnormal pada kedua tungkai atas dan bawah sejak 1 tahun yang lalu. Kesulitan berjalan selama 6 bulan. Kondisi umum: GCS 15/15, Fungsi Mental; Normal, Ekspresi wajah; wajah bertopeng, tanda vital; suhu; 98,2 F, denyut nadi; 78 denyut/menit, volume dan karakteristik pernapasan normal; 20 denyut/menit, teratur, tekanan darah; 120/70 mmHg, di kedua lengan, tinggi badan 154 cm, berat badan; 65 kg. Riwayat Penyakit Saat Ini: Pasien datang dengan gerakan ritmis abnormal pada tungkai atas dan tungkai bawah sejak 1 tahun. Gerakan ini dimulai pada bagian distal kedua tungkai atas secara bersamaan. Gerakan ini lebih terasa saat istirahat dan semakin parah saat bergerak. Baru-baru ini, tungkai bawah juga terpengaruh dan lebih terasa pada kedua ibu jari kaki. Pasien juga memiliki riwayat kesulitan berjalan berupa kesulitan memulai dan setelah mulai berjalan, ia membungkuk ke depan dengan langkah kecil dan cepat. Namun, ia menjadi kaku saat berputar dan cenderung jatuh ke depan (propulsi) dan ke belakang (retropulsi). Hal ini juga menyebabkan berkurangnya ayunan tangan. Tidak ada cedera akibat jatuh, gangguan memori, perubahan sensorik, perubahan perilaku, keluhan visual, kesulitan menelan, dan kelemahan pada salah satu bagian tubuh. Dalam 3 tahun berikutnya, gejalanya makin parah dan menimbulkan kekakuan, bradikinesia, gaya berjalan propulsif, tanda-tanda serebelum yang jelas seperti ataksia, ketidakseimbangan, kelelahan pada tungkai bawah, dan sering terjatuh. Penurunan kognitif juga diamati. Pasien mempertahankan kualitas hidup dengan memanfaatkan waktu luangnya untuk pekerjaan sosial dan kegiatan spiritual. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes, kanker, asma, PPOK, TB, cedera dan kecelakaan, penyakit bedah, dan masalah kejiwaan. Riwayat keluarga: tidak ada riwayat penyakit serupa, hipertensi, diabetes, TB, atau asma dalam keluarga.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b \b0 Berdasarkan data klinis yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai standar PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) untuk kondisi pasien tersebut:
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0
\par \b Kode: 00085\b0
\par \b Nama: Risiko Cedera\b0
\par \b Definisi:\b0 Rentan terhadap cedera fisik akibat kondisi internal atau eksternal yang dapat membahayakan kesehatan.
\par
\b Faktor Risiko (SDKI):\b0
\par - Gangguan keseimbangan postural (ataksia serebelum)
\par - Gaya berjalan abnormal (propulsi/retropulsi)
\par - Bradikinesia dan kekakuan otot
\par - Riwayat sering terjatuh
\par
\b Kriteria Hasil (SLKI):\b0
\par \b Kode: 1902\b0 - \i Perlindungan dari Cedera\i0
\par - Pasien bebas dari cedera fisik
\par - Mendemonstrasikan perilaku pencegahan jatuh
\par - Lingkungan fisik dimodifikasi untuk mengurangi bahaya
\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0
\par \b Kode: 6460\b0 - \i Pencegahan Jatuh\i0
\par - Mempertahankan lingkungan yang aman (pencahayaan adekuat, lantai tidak licin)
\par - Menggunakan alat bantu mobilitas sesuai indikasi
\par - Melakukan pendampingan selama ambulasi
\par - Edukasi keluarga tentang teknik pengawasan dan pencegahan jatuh
\par - Memantau tanda-tanda ketidakstabilan postural
\par
\b Rasional:\b0 Gejala ataksia serebelum, gangguan keseimbangan, dan riwayat jatuh menempatkan pasien pada risiko cedera tinggi. Intervensi difokuskan pada modifikasi lingkungan dan pengawasan untuk mencegah komplikasi fisik.
\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\qj \b Catatan:\b0 Diagnosa ini bersifat \i risiko\i0 sehingga tidak memerlukan data \i actual injury\i0, namun membutuhkan intervensi preventif yang komprehensif mengingat progresivitas kondisi neurologis pasien.
\par }