Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15290 | 11 Apr 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang Bapak/Ibu. Dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri akut.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut
Penjelasan:
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut biasanya memiliki onset yang tiba-tiba, durasi yang singkat, dan intensitas yang dapat diprediksi.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), karakteristik utama dari nyeri akut adalah:
1. Keluhan nyeri
2. Ekspresi wajah menunjukkan nyeri
3. Perubahan tanda-tanda vital
4. Menghindari aktivitas yang menyebabkan nyeri
5. Gangguan pola tidur
Terkait Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan pada pasien dengan nyeri akut adalah:
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang
2. Pasien menunjukkan perilaku untuk mengurangi nyeri
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
4. Pasien dapat beristirahat dan tidur dengan baik
Sedangkan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi nyeri akut meliputi:
1. Manajemen nyeri
2. Distraksi
3. Relaksasi
4. Terapi sentuhan
5. Pemberian analgesik sesuai indikasi
Demikian penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan nyeri akut beserta standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang berlaku di Indonesia. Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan disampaikan. Sekian dan terima kasih. -
Article No. 15291 | 11 Apr 2025
Klinis : Pasien dengan diagnosa asma bronchial datang dengan sesak napas, permintaan nebulizer, berikan intervensi bersihan jalan napas secara singkat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien dengan diagnosa asma bronchial.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien dengan asma bronchial yang mengalami sesak napas dan membutuhkan nebulizer, diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
Penyebab: Edema mukosa, hipersekresi, dan spasme otot bronkus.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang paten.
Indikator:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal
b. Irama napas teratur
c. Suara napas bersih
d. Batuk efektif
e. Tidak ada sianosis
Intervensi Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
Tujuan: Mempertahankan jalan napas yang paten.
Aktivitas:
a. Pantau tanda-tanda vital, terutama frekuensi napas dan saturasi oksigen
b. Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
c. Berikan bronkodilator dan mukolitik melalui nebulizer atau inhaler
d. Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam
e. Lakukan suction bila diperlukan untuk mengeluarkan sekret
f. Posisikan pasien dalam posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ventilasi
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dipilih karena pasien dengan asma bronchial mengalami penyempitan jalan napas akibat edema, hipersekresi, dan spasme otot bronkus, sehingga menyebabkan sesak napas. Intervensi keperawatan yang diprioritaskan adalah manajemen jalan napas, yang bertujuan untuk mempertahankan jalan napas yang paten melalui pemberian oksigen, nebulizer, latihan pernapasan, dan tindakan suction jika diperlukan. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mencapai bersihan jalan napas yang efektif, dengan frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, suara napas bersih, batuk efektif, dan tidak ada sianosis. -
Article No. 15292 | 11 Apr 2025
Klinis : Pasien dengan diagnosa asma bronchial datang dengan sesak napas, permintaan nebulizer, berikan intervensi bersihan jalan napas secara singkat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien dengan diagnosa asma bronchial.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan asma bronchial yang datang dengan keluhan sesak napas dan membutuhkan pemberian nebulizer adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif". Diagnosa ini dipilih karena pasien menunjukkan adanya hambatan pada jalan napas yang menyebabkan masalah dalam proses ventilasi dan oksigenasi.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien menunjukkan jalan napas yang bebas dari sumbatan.
2. Pasien menunjukkan pola napas yang efektif.
3. Pasien menunjukkan oksigenasi yang adekuat.
4. Pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, maka diperlukan intervensi keperawatan yang komprehensif, antara lain:
1. Monitoring tanda-tanda vital, termasuk frekuensi napas, pola napas, dan saturasi oksigen.
2. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien, misalnya melalui nasal kanul atau masker oksigen.
3. Memberikan bronkodilator melalui nebulizer atau inhaler sesuai dengan instruksi dokter.
4. Memposisikan pasien dalam posisi semi fowler atau fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru.
5. Mengajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan kepada pasien.
6. Memfasilitasi drainase sekret dengan postural drainage dan clapping (bila perlu).
7. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait manajemen asma, termasuk penggunaan obat-obatan, pencegahan faktor pencetus, dan pengenalan tanda-tanda memburuknya kondisi.
8. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter dan ahli gizi, untuk mengoptimalkan penatalaksanaan asma pasien.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" dipilih karena pasien dengan asma bronchial mengalami hambatan pada jalan napas yang disebabkan oleh inflamasi dan peningkatan produksi sekret di saluran pernapasan. Hal ini menyebabkan pasien mengalami sesak napas dan membutuhkan pemberian nebulizer untuk membantu membuka jalan napas.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah agar pasien dapat menunjukkan jalan napas yang bebas dari sumbatan, pola napas yang efektif, oksigenasi yang adekuat, dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan. Hal ini akan memastikan bahwa pasien dapat bernapas dengan baik dan tidak mengalami komplikasi lebih lanjut.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut mencakup monitoring tanda-tanda vital, pemberian oksigen dan bronkodilator, memposisikan pasien dengan tepat, memberikan edukasi, serta melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Tujuan dari intervensi-intervensi ini adalah untuk memfasilitasi bersihan jalan napas, meningkatkan ventilasi dan oksigenasi, serta membantu pasien dalam mengelola kondisi asma bronchialnya.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan memperoleh hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 15293 | 11 Apr 2025
Klinis : Pasien dengan diagnosa abses mamae, tampak luka pada daerah payudara, dan pasien merasa nyeri berikan tiga diagnosa keperawatan yang bisa menunjukkan pasien tersebut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan kondisi abses mamae, luka pada payudara, dan nyeri.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut
- Pasien mengeluhkan nyeri pada daerah payudara yang merupakan gejala dari abses mamae.
- Nyeri akut ditandai dengan pernyataan pasien mengenai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya potensi atau aktual kerusakan jaringan.
2. Integritas Kulit Terganggu
- Pasien menunjukkan adanya luka pada daerah payudara sebagai akibat dari abses mamae.
- Integritas kulit terganggu ditandai dengan perubahan pada kulit dan/atau membran mukosa.
3. Peradangan
- Abses mamae menimbulkan peradangan pada payudara pasien.
- Peradangan ditandai dengan adanya tanda-tanda inflamasi seperti kemerahan, pembengkakan, dan peningkatan suhu pada daerah payudara.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
- Pasien dapat melaporkan penurunan nyeri pada skala nyeri.
- Pasien dapat mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif.
2. Integritas Kulit Membaik
- Luka pada payudara pasien menunjukkan perbaikan, ditandai dengan pengurangan tanda-tanda inflamasi dan penutupan luka.
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam perawatan luka.
3. Kontrol Peradangan
- Tanda-tanda peradangan pada payudara pasien menurun, ditandai dengan berkurangnya kemerahan, pembengkakan, dan peningkatan suhu.
- Pasien dapat mendemonstrasikan upaya-upaya untuk mengendalikan peradangan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pengelolaan Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan nyeri yang efektif.
2. Perawatan Luka
- Lakukan pengkajian luka secara rutin.
- Bersihkan dan balut luka sesuai prosedur.
- Ajarkan pasien dan keluarga cara perawatan luka yang benar.
-Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk perawatan luka yang optimal.
3. Manajemen Peradangan
- Lakukan pengkajian tanda-tanda peradangan secara rutin.
- Berikan kompres hangat atau dingin sesuai kebutuhan.
- Ajarkan pasien dan keluarga upaya-upaya untuk mengendalikan peradangan, seperti menjaga kebersihan dan menghindari iritasi.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan peradangan yang efektif.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dengan abses mamae, luka pada payudara, dan nyeri dapat memperoleh asuhan keperawatan yang komprehensif dan mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 15294 | 11 Apr 2025
Klinis : Pasien dengan diagnosa abses mamae, tampak luka pada daerah payudara, dan pasien merasa nyeri berikan tiga diagnosa keperawatan pada ruang IGD yang bisa menunjukkan pasien tersebut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci sesuai dengan permintaan Anda.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis pada payudara (abses mamae)
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pada daerah payudara
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk dan penampilan payudara
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien melaporkan penurunan nyeri
- Pasien dapat menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif
- Pasien dapat menunjukkan perilaku yang menunjukkan penurunan nyeri
2. Kerusakan Integritas Kulit:
- Luka pada payudara mulai menunjukkan perbaikan
- Tidak terjadi komplikasi luka (infeksi, perdarahan, dll.)
- Pasien mampu merawat luka dengan benar
3. Gangguan Citra Tubuh:
- Pasien dapat menerima perubahan bentuk dan penampilan payudara
- Pasien mampu mengekspresikan perasaan positif terhadap citra tubuhnya
- Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sosial tanpa rasa malu
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (misalnya relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll.) untuk pengobatan nyeri yang optimal
2. Kerusakan Integritas Kulit:
- Lakukan pengkajian luka secara menyeluruh
- Bersihkan luka dan lakukan perawatan luka sesuai prosedur
- Pantau tanda-tanda infeksi dan komplikasi luka
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan luka yang benar
3. Gangguan Citra Tubuh:
- Lakukan pengkajian citra tubuh pasien
- Berikan dukungan emosional dan psikologis
- Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya terkait perubahan bentuk payudara
- Kolaborasi dengan ahli jiwa/konselor untuk intervensi yang lebih komprehensif, jika diperlukan
- Libatkan keluarga dalam proses penerimaan diri pasien
Penjelasan rinci:
Pasien dengan diagnosa abses mamae, tampak luka pada daerah payudara, dan merasa nyeri memerlukan penanganan keperawatan yang komprehensif. Diagnosa keperawatan yang sesuai mencakup nyeri akut, kerusakan integritas kulit, dan gangguan citra tubuh. Masing-masing diagnosa memiliki luaran/output yang diharapkan dan intervensi keperawatan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Pada nyeri akut, fokus utama adalah mengurangi nyeri yang dirasakan pasien, baik melalui pemberian analgesik maupun teknik manajemen nyeri non-farmakologis. Kerusakan integritas kulit memerlukan pengkajian dan perawatan luka yang tepat untuk mencegah komplikasi, serta edukasi bagi pasien dan keluarga. Gangguan citra tubuh perlu ditangani dengan dukungan emosional dan psikologis, serta kolaborasi dengan ahli jiwa/konselor jika diperlukan.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain, diharapkan pasien dapat mencapai outcome yang optimal, yaitu penurunan nyeri, perbaikan luka, dan penerimaan diri terhadap perubahan bentuk payudara. -
Article No. 15295 | 11 Apr 2025
Klinis : Utamakejang diikuti dengan demam H4, batuk dan pilek TelaahAnak datang dibawa ke IGD dengan kejang diikuti dengan demam H4, durasi <15 menit, dengan mata mendelik keatas, tangan dan kaki tonik-klonik. Setelah kejang anak menangis kuat. Diakui orangtua ada periode bebas demam 1 hari saja. Batuk (+), pilek (+), mual (-), muntah (-),nafsu makan berkurang. BAB dan BAK dbn. RPO : cefixime syr 2 x 2cc, sanmol syr, racikan, vitamin syr Riwayat Penyakit DahuluRPT : kejang demam 1 tahun yang lalu OSens CM VAS 4 BB 10,8kg HR 177 RR 20 Temp 40.4 SpO2 96% (room air) STATUS LOKALISATA Mata : CA (-/-), SI (-/-) Mulut : coated tongue (-), faring hiperemis (-), T1/T1 Leher : TVJ R-2cmHg, lymphadenopathy (-) Thoraks : sp ves (+/+), rh (-/-), wh (-/-), BJ 1,2 reg, murmur (-) Abdomen : soepel, NTE (+), normoperistaltik, normothympani, H/L tidak teraba
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI yang sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko kejang berhubungan dengan demam tinggi.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko kejang: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kontraksi otot yang tidak terkontrol dan tidak teratur.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Kejang: Individu menunjukkan kontrol terhadap kejang yang terjadi.
2. Manajemen Demam: Individu menunjukkan manajemen yang efektif terhadap demam.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Mengukur, mencatat, dan menganalisis tanda-tanda vital untuk mendeteksi perubahan kondisi.
2. Manajemen Demam: Intervensi untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
3. Terapi Antikonvulsi: Pemberian obat-obatan untuk mencegah atau menghentikan kejang.
4. Manajemen Kejang: Intervensi untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi kejang.
Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk mencegah terjadinya kejang, menurunkan demam, dan memantau tanda-tanda vital pasien. Selain itu, diperlukan juga intervensi untuk mengatasi kejang dan memberikan terapi antikonvulsi jika diperlukan. -
Article No. 15296 | 11 Apr 2025
Klinis : ISK
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan hormat, untuk kondisi Infeksi Saluran Kemih (ISK), diperoleh informasi sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N39.0
- Deskripsi: Infeksi saluran kemih, lokasi tidak ditentukan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 59.8
- Deskripsi: Prosedur diagnostik pada saluran kemih, lainnya
Penjelasan:
- Kode ICD-10 N39.0 digunakan untuk infeksi saluran kemih yang tidak ditentukan lokasi spesifiknya, seperti halnya pada kondisi ISK.
- Kode ICD-9-CM 59.8 mencakup berbagai prosedur diagnostik pada saluran kemih, termasuk pemeriksaan urin, tes kultur, maupun prosedur lainnya yang mungkin dilakukan untuk mengevaluasi dan menangani kasus ISK.
Penggunaan kode-kode ini penting untuk dokumentasi medis yang akurat dan mendukung proses penagihan dan reimbursasi yang sesuai. Selain itu, data kode diagnosis dan prosedur juga berguna untuk analisis epidemiologi dan penelitian terkait kondisi ISK. -
Article No. 15297 | 11 Apr 2025
Klinis : Risiko Jatuh b.d usia lanjut, riwayat jatuh sebelumnya, kondisi pasca operasi d.d kekuatan otot menurun, mengeluh tidak dapat berjalan tanpa bantuan, cepat lelah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Jatuh berhubungan dengan usia lanjut, riwayat jatuh sebelumnya, dan kondisi pasca operasi dengan penurunan kekuatan otot.
Penjelasan Singkat:
SDKI:
Risiko Jatuh didefinisikan sebagai rentan terhadap jatuh yang dapat menyebabkan cedera, yang disebabkan oleh karakteristik individu.
SLKI:
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan keseimbangan dan mobilitas yang aman, serta bebas dari cedera akibat jatuh.
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Identifikasi faktor risiko jatuh pada pasien.
2. Pemberian lingkungan yang aman untuk mencegah jatuh.
3. Peningkatan mobilitas dan keseimbangan pasien melalui latihan fisik.
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk penanganan komprehensif.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berpedoman pada standar praktik yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memastikan kualitas dan keamanan perawatan yang diberikan. -
Article No. 15298 | 11 Apr 2025
Klinis : nyeri lutut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi nyeri lutut, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: M25.56
- Deskripsi: Nyeri lutut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 81.47
- Deskripsi: Artroskopi lutut, diagnostic
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 M25.56 (Nyeri lutut):
- Kode M25 merupakan kategori dalam ICD-10 untuk "Kondisi sendi lainnya, tidak diklasifikasikan di tempat lain".
- Kode M25.56 secara spesifik mengacu pada nyeri yang terjadi pada sendi lutut.
2. Kode ICD-9-CM Prosedur 81.47 (Artroskopi lutut, diagnostic):
- Kode 81.47 berada dalam kategori "Prosedur operasi pada tulang, sendi, dan jaringan lunak terkait" dalam ICD-9-CM.
- Kode ini digunakan untuk tindakan artroskopi lutut yang dilakukan untuk tujuan diagnostik, yaitu untuk mengevaluasi dan memeriksa kondisi sendi lutut secara langsung menggunakan peralatan artroskopi.
Penggunaan kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang tepat sangat penting dalam dokumentasi medis, penagihan, dan pelaporan epidemiologi untuk kondisi nyeri lutut. Kode-kode ini memberikan informasi yang terstandarisasi dan memungkinkan analisis data kesehatan yang akurat. -
Article No. 15299 | 11 Apr 2025
Klinis : klien mengatakan mau buka kb iud dan mau diganti implan tetapi klien mempunyai riwayat hipertensi dan penyakit gula. usia klien 35 tahun. disarankan oleh petugas kb ibu harus tetap pasang kb iud karena bukan hormonal
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Definisi: Rentan mengalami peningkatan atau penurunan yang tidak terkontrol dalam kadar glukosa darah, yang dapat membahayakan kesehatan.
Fokus Diagnostik: Riwayat penyakit gula, usia, penggunaan KB hormonal.
2. Risiko Peningkatan Tekanan Darah
Definisi: Rentan mengalami peningkatan tekanan darah yang dapat membahayakan kesehatan.
Fokus Diagnostik: Riwayat hipertensi, usia, penggunaan KB hormonal.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Kadar Glukosa Darah
Definisi: Kemampuan mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
Indikator:
a. Kadar glukosa darah dalam batas normal
b. Tidak ada gejala hipoglikemia atau hiperglikemia
c. Tidak ada komplikasi terkait diabetes
2. Tekanan Darah Terkontrol
Definisi: Kemampuan mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal.
Indikator:
a. Tekanan darah dalam batas normal
b. Tidak ada gejala hipertensi
c. Tidak ada komplikasi terkait hipertensi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kadar Glukosa Darah
a. Monitor kadar glukosa darah secara teratur
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan dalam pengaturan diet dan terapi
c. Edukasi tentang pengelolaan diabetes
d. Monitoring dan manajemen komplikasi diabetes
2. Manajemen Hipertensi
a. Monitor tekanan darah secara teratur
b. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan dalam pengaturan terapi antihipertensi
c. Edukasi tentang gaya hidup sehat untuk menurunkan tekanan darah
d. Monitoring dan manajemen komplikasi hipertensi
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi klien yang memiliki riwayat hipertensi dan penyakit gula, serta usia 35 tahun, terdapat risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah dan peningkatan tekanan darah. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah dan Risiko Peningkatan Tekanan Darah.
Luaran/output yang diharapkan adalah Stabilitas Kadar Glukosa Darah dan Tekanan Darah Terkontrol. Ini mencakup kemampuan klien mempertahankan kadar glukosa dan tekanan darah dalam batas normal, serta mencegah komplikasi terkait diabetes dan hipertensi.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen kadar glukosa darah dan manajemen hipertensi. Ini mencakup pemantauan, kolaborasi dengan tenaga kesehatan, edukasi, dan manajemen komplikasi. Tujuannya adalah untuk membantu klien mencapai stabilitas kadar glukosa darah dan tekanan darah terkontrol, sehingga dapat mempertimbangkan penggunaan KB yang aman sesuai kondisinya.