Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16836 | 06 May 2025
Klinis : Seorang bayi laki-laki, umur 5 bulan dirawat dengan atresia ani dan telah dilakukan kolostomi. Hasil pengkajian: saat ini kantung kolostomi tampak penuh dan bayi tampak tidak nyaman. Pertanyaan: a. Tuliskan SOP perawatan kolostomi pada bayi tersebut dan praktikan saat bimbingan laboratorium? b. Tuliskan tanda-tanda infeksi yang mungkin terjadi/muncul pada stoma & area sekitar stoma? c. Lakukan pengelompokan data kasus dan tegakkan diagnosis keperawatan yang sesuai pada anak sesuai kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda tanyakan.
a. Prosedur Standar Operasional (SOP) Perawatan Kolostomi pada Bayi:
1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan, seperti kantung kolostomi baru, klem/jepit, gunting steril, sabun, air hangat, dan handuk.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian keringkan.
3. Lepaskan kantung kolostomi lama dengan hati-hati, perhatikan kondisi kulit di sekitar stoma.
4. Bersihkan area stoma dan kulit di sekitarnya dengan air hangat menggunakan kain lembut. Hindari menggosok terlalu keras.
5. Keringkan area stoma dan kulit di sekitarnya dengan handuk bersih.
6. Pasang kantung kolostomi baru dengan memastikan stoma terletak di tengah kantung.
7. Fiksasi kantung kolostomi dengan klem/jepit untuk mencegah kebocoran.
8. Buang kantung kolostomi lama dan limbah lainnya dengan aman.
9. Cuci tangan kembali dengan sabun dan air mengalir.
10. Observasi kebocoran, iritasi kulit, atau tanda-tanda infeksi.
11. Catat dan dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
b. Tanda-tanda Infeksi pada Stoma dan Area Sekitar Stoma:
1. Kemerahan, bengkak, atau nyeri di area stoma.
2. Peningkatan suhu atau demam.
3. Adanya eksudat atau cairan bernanah dari stoma.
4. Perubahan warna atau konsistensi konten stoma.
5. Perubahan bau pada konten stoma.
6. Iritasi atau kerusakan pada kulit di sekitar stoma.
7. Adanya perdarahan atau perdarahan yang sulit berhenti.
c. Pengelompokan Data Kasus dan Diagnosis Keperawatan:
Pengelompokan Data Kasus:
1. Data Subjektif:
- Bayi tampak tidak nyaman.
2. Data Objektif:
- Bayi laki-laki, usia 5 bulan.
- Telah dilakukan kolostomi.
- Kantung kolostomi tampak penuh.
Diagnosis Keperawatan (SDKI):
1. Risiko Infeksi Stoma Berhubungan dengan Perubahan Integritas Kulit Sekitar Stoma.
2. Ketidakefektifan Pembuangan Urin/Fekal Berhubungan dengan Penurunan Fungsi Eliminasi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Integritas Kulit: Tidak Ada Tanda Infeksi
2. Eliminasi: Pembuangan Urin/Fekal Efektif
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perawatan Stoma
- Lakukan perawatan kolostomi sesuai SOP.
- Observasi tanda-tanda infeksi pada stoma dan area sekitar stoma.
- Edukasi keluarga tentang perawatan kolostomi yang benar.
2. Manajemen Eliminasi
- Pantau pola eliminasi bayi.
- Lakukan intervensi untuk memfasilitasi eliminasi yang efektif, seperti pemberian cairan yang adekuat.
- Edukasi keluarga tentang manajemen eliminasi pada bayi dengan kolostomi.
Saya harap penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami dan menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada bayi dengan atresia ani dan kolostomi. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 16837 | 06 May 2025
Klinis : pasien datang dengan pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan pilek, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (D0007)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari jalan napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- SLKI: Peningkatan kemampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- SIKI: Intervensi untuk membantu membersihkan sekresi atau obstruksi dari jalan napas.
2. Penjelasan singkat:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (D0007)
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari jalan napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti peningkatan produksi sekresi, penurunan kemampuan batuk, atau obstruksi jalan napas.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Peningkatan kemampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas, yang meliputi kemampuan untuk mengeluarkan sekresi, menjaga permeabilitas jalan napas, dan mempertahankan fungsi pernafasan yang optimal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi untuk membantu membersihkan sekresi atau obstruksi dari jalan napas, seperti pengisapan lendir, nebulisasi, postural drainage, dan latihan batuk efektif.
Dalam kondisi ini, pasien datang dengan keluhan pilek, sehingga diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan bersihan jalan napas (D0007). Perawat dapat melakukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk membantu membersihkan jalan napas pasien dan meningkatkan kemampuannya dalam mempertahankan bersihan jalan napas. -
Article No. 16838 | 06 May 2025
Klinis : pasien datang dengan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, yaitu pasien datang dengan demam, maka berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang dapat ditetapkan:
1. Diagnosa Keperawatan:
- Hipertermia (Kode SDKI: 00007)
Definisi: Suhu tubuh di atas normal karena kegagalan mekanisme regulasi suhu.
2. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Hipertermia (Kode SDKI: 00007)
Definisi: Suhu tubuh di atas normal karena kegagalan mekanisme regulasi suhu.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Suhu Tubuh Terkendali (Kode SLKI: 00401)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Demam (Kode SIKI: 3210)
Definisi: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas normal.
Penjelasan singkat:
- Hipertermia adalah kondisi di mana suhu tubuh berada di atas normal karena adanya gangguan pada mekanisme regulasi suhu tubuh.
- Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) merupakan acuan baku dalam menentukan diagnosa keperawatan, salah satunya adalah Hipertermia.
- Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) merupakan acuan baku dalam menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan, salah satunya adalah Suhu Tubuh Terkendali.
- Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan acuan baku dalam menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, salah satunya adalah Manajemen Demam.
Dengan persona "pakar" dan "nurse", diharapkan dapat memberikan pemahaman yang komprehensif dan profesional terkait diagnosa keperawatan dan standar-standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 16839 | 06 May 2025
Klinis : pasien datang dengan gatal-gatal disekitar payudara
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang datang dengan gatal-gatal di sekitar payudara.
Diagnosa Keperawatan:
Gatal-gatal (Pruritus) (00013)
Definisi: Sensasi tidak nyaman pada kulit yang mendorong keinginan untuk menggaruk.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00013
Definisi: Sensasi tidak nyaman pada kulit yang mendorong keinginan untuk menggaruk.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS - 00013
Judul: Bebas Gatal
Definisi: Pasien mencapai kondisi bebas dari sensasi gatal pada kulit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: NI - 00013
Judul: Manajemen Gatal
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan sensasi gatal pada kulit.
Dalam kondisi ini, perawat akan melakukan pengkajian terhadap pasien, mengidentifikasi penyebab gatal-gatal, dan kemudian merencanakan serta melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah gatal-gatal yang dialami oleh pasien. Tujuannya adalah agar pasien dapat mencapai kondisi bebas dari sensasi gatal pada kulit. -
Article No. 16840 | 06 May 2025
Klinis : gatal gatal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi gatal-gatal, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Pruritus (00287)
Definisi: Sensasi tidak nyaman atau tidak menyenangkan pada kulit yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00287
Definisi: Sensasi tidak nyaman atau tidak menyenangkan pada kulit yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS-001
Judul: Kontrol Pruritus
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan rasa gatal pada kulit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP-001
Judul: Manajemen Pruritus
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa gatal pada kulit.
Penjelasan singkat:
Pruritus adalah sensasi tidak nyaman atau tidak menyenangkan pada kulit yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk. Diagnosa ini merupakan salah satu diagnosa keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) menyediakan definisi yang jelas dan terstruktur untuk diagnosa keperawatan Pruritus. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menetapkan luaran yang diharapkan, yaitu Kontrol Pruritus, yang didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk mengendalikan rasa gatal pada kulit. Sementara itu, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk Manajemen Pruritus, yaitu serangkaian tindakan keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa gatal pada kulit.
Dengan menggunakan kerangka SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang terstruktur dan terstandar dalam menangani kondisi pruritus atau gatal-gatal pada pasien. -
Article No. 16841 | 06 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan lemas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan pasien yaitu lemas, maka diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan adalah:
1. Kelelahan (00093)
Definisi: Sensasi terus-menerus dan berkepanjangan dari kelelahan fisik dan/atau mental yang tidak sebanding dengan aktivitas yang dilakukan dan mengganggu fungsi sehari-hari.
2. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00093
- Definisi: Sensasi terus-menerus dan berkepanjangan dari kelelahan fisik dan/atau mental yang tidak sebanding dengan aktivitas yang dilakukan dan mengganggu fungsi sehari-hari.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 1608
- Judul: Tingkat Kelelahan
- Definisi: Tingkatan berdasarkan persepsi individu tentang keletihan yang dialami.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 6480
- Judul: Manajemen Kelelahan
- Definisi: Pemberian bantuan untuk mengatasi atau mengurangi kelelahan yang dialami.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Kelelahan" menggambarkan kondisi pasien yang merasa terus-menerus dan berkepanjangan lelah secara fisik dan/atau mental. Hal ini tidak sebanding dengan aktivitas yang dilakukan dan dapat mengganggu fungsi sehari-hari. Luaran yang diharapkan adalah penurunan tingkat kelelahan yang dialami pasien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen kelelahan, yaitu pemberian bantuan untuk mengatasi atau mengurangi kelelahan yang dialami. -
Article No. 16842 | 06 May 2025
Klinis : Data Subjektif : Ny.S mengatakan bahwa ia pernah merasa tidak ada harapan dalam beberapa kondisi Data Objektif Perilaku pasif dan minimnya kontak mata. etiologi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, maka dapat diterapkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
D.0089 Depresi
Definisi: Perasaan sedih, putus asa, kehilangan semangat, dan kehilangan minat dalam hidup yang berlangsung lama.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
D.0089 Depresi
Kode: D.0089
Definisi: Perasaan sedih, putus asa, kehilangan semangat, dan kehilangan minat dalam hidup yang berlangsung lama.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
L.0047 Mood Positif
Kode: L.0047
Definisi: Kemampuan untuk merasakan dan mengekspresikan emosi positif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
I.0189 Terapi Perilaku Kognitif
Kode: I.0189
Definisi: Intervensi untuk membantu klien mengidentifikasi dan mengubah pola pikir disfungsional serta perilaku yang maladaptif.
Etiologi:
Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan depresi pada Ny. S antara lain:
1. Riwayat depresi sebelumnya
2. Perubahan gaya hidup atau kehilangan yang signifikan
3. Masalah psikososial seperti konflik interpersonal atau isolasi sosial
Dengan pendekatan akademis dan persona sebagai pakar keperawatan, dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Depresi (D.0089) dengan intervensi utama berupa Terapi Perilaku Kognitif (I.0189) untuk membantu Ny. S dalam meningkatkan mood positif (L.0047). -
Article No. 16843 | 06 May 2025
Klinis : Tn T, usia 78 tahun dirawat di ruang ICU hari kedua dengan gagal nafas. Pasien mempunyai riwayat kemoterapi 3 kali et causa Limfoma Malignant Non Hodgkin. Pasien masuk rumah sakit dengan demam disertai sesak nafas dan penurunan kesadaran sejak dua hari sebelumnya. Hasil pengkajian menunjukkan frekuensi nadi 121 x/menit, lemah, akral dingin, tekanan darah 92/54 mmHg, frekuensi napas 32 x/menit, terdengar suara rochi di paru kanan dan kiri, suhu 38,1°C, Sp02 90%, GCS E1M1V1, sopor, pitting oedema ekstremitas bawah +3/+2, GDS 92 mg/dL. Pasien terpasang HENC T 34 Flow 60 FiO2 90%, NGT hari kedua dengan residu kehitaman 150 cc, dan folley catheter hari kedua urine pekat produksi urine/ 24 jam 100 cc, balans cairan +980 cc. Keluarga menyatakan pasien DNR. Hasil lab menunjukkan leukosit 1,2 x 103 nL, Hb 8,6 g/dL, procalsitonin 14 ng/L, CRP 4 mg/L, laktat 10 mmol/L, pH: 7,2, pCO2 28 mmHG, p02 88, HC03 15 U/L BE -6, SO2 90%, FiO2 100%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus Tn T.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Berhubungan dengan: Penyakit paru, kondisi kritis, dan gangguan pertukaran gas
Ditandai dengan: Frekuensi napas 32 x/menit, terdengar suara rochi di paru kanan dan kiri, Sp02 90%, dan penggunaan alat bantu nafas HFNC.
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
Berhubungan dengan: Kondisi kritis, syok sepsis, dan gangguan kardiovaskular
Ditandai dengan: Nadi lemah 121 x/menit, akral dingin, tekanan darah 92/54 mmHg, pitting edema +3/+2 di ekstremitas bawah, dan laktat 10 mmol/L.
3. Ketidakseimbangan Cairan
Berhubungan dengan: Kondisi kritis, gangguan asupan/output, dan gangguan metabolisme
Ditandai dengan: Produksi urin 100 cc/24 jam, balans cairan +980 cc, dan hasil laboratorium menunjukkan asidosis metabolik (pH 7,2, HCO3 15 U/L, BE -6).
4. Risiko Infeksi
Berhubungan dengan: Sistem imun yang terganggu, prosedur invasif, dan kondisi kritis
Ditandai dengan: Leukopenia 1,2 x 103 /nL, procalcitonin 14 ng/L, dan CRP 4 mg/L.
5. Ketidakefektifan Perfusi Serebral
Berhubungan dengan: Kondisi kritis, gangguan kardiovaskular, dan penurunan oksigenasi
Ditandai dengan: Penurunan kesadaran (GCS E1M1V1), dan hipoksemia (pO2 88 mmHg).
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
2. Perfusi Jaringan Adekuat
3. Keseimbangan Cairan Terpelihara
4. Bebas Infeksi
5. Perfusi Serebral Adekuat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif:
- Atur pemberian oksigen melalui HFNC
- Pantau status respirasi dan oksigenasi
- Berikan suction endotrakeal jika diperlukan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk terapi pernapasan
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif:
- Pantau tanda-tanda vital dan perfusi perifer
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk terapi vasopressor
- Pertahankan posisi semi-fowler untuk meningkatkan perfusi
3. Ketidakseimbangan Cairan:
- Pantau intake dan output cairan
- Hitung kebutuhan cairan dan elektrolit
- Berikan cairan sesuai kebutuhan
- Monitoring hasil laboratorium
4. Risiko Infeksi:
- Lakukan perawatan luka dan pencegahan infeksi
- Pantau tanda-tanda infeksi
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk memantau proses infeksi
5. Ketidakefektifan Perfusi Serebral:
- Pantau status neurologis
- Pertahankan posisi kepala elevasi 30-45 derajat
- Pantau oksigenasi dan perfusi serebral
- Berikan terapi untuk meningkatkan perfusi serebral
Dengan penerapan rencana asuhan keperawatan yang komprehensif ini, diharapkan dapat membantu dalam mencapai luaran yang diinginkan bagi pasien Tn T. -
Article No. 16844 | 06 May 2025
Klinis : Tn T, usia 78 tahun dirawat di ruang ICU hari kedua dengan gagal nafas. Pasien mempunyai riwayat kemoterapi 3 kali et causa Limfoma Malignant Non Hodgkin. Pasien masuk rumah sakit dengan demam disertai sesak nafas dan penurunan kesadaran sejak dua hari sebelumnya. Hasil pengkajian menunjukkan frekuensi nadi 121 x/menit, lemah, akral dingin, tekanan darah 92/54 mmHg, frekuensi napas 32 x/menit, terdengar suara rochi di paru kanan dan kiri, suhu 38,1°C, Sp02 90%, GCS E1M1V1, sopor, pitting oedema ekstremitas bawah +3/+2, GDS 92 mg/dL. Pasien terpasang HENC T 34 Flow 60 FiO2 90%, NGT hari kedua dengan residu kehitaman 150 cc, dan folley catheter hari kedua urine pekat produksi urine/ 24 jam 100 cc, balans cairan +980 cc. Keluarga menyatakan pasien DNR. Hasil lab menunjukkan leukosit 1,2 x 103 nL, Hb 8,6 g/dL, procalsitonin 14 ng/L, CRP 4 mg/L, laktat 10 mmol/L, pH: 7,2, pCO2 28 mmHG, p02 88, HC03 15 U/L BE -6, SO2 90%, FiO2 100%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien Tn T yang telah Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan beban kerja pernapasan dan gangguan pertukaran gas akibat gagal napas.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan penurunan asupan nutrisi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan penurunan kapasitas fungsional.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun dan prosedur invasif.
5. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola napas efektif: pasien menunjukkan peningkatan frekuensi napas, kedalaman napas, dan nilai saturasi oksigen yang memadai.
2. Asupan nutrisi adekuat: pasien menunjukkan peningkatan berat badan dan kadar albumin/prealbumin dalam batas normal.
3. Toleransi aktivitas meningkat: pasien mampu melakukan aktivitas harian dengan bantuan minimal.
4. Bebas infeksi: tidak ada tanda-tanda infeksi dan nilai parameter infeksi (misalnya, leukosit, CRP, procalcitonin) dalam batas normal.
5. Keseimbangan cairan dan elektrolit terpelihara: pasien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat dan hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen jalan napas:
- Mempertahankan jalan napas paten dengan bantuan ventilasi mekanik (HFNC).
- Melakukan suction untuk mengeluarkan sekret.
- Memantau parameter pernapasan (frekuensi, kedalaman, saturasi oksigen).
2. Manajemen nutrisi:
- Memberikan nutrisi enteral melalui NGT sesuai kebutuhan.
- Memantau intake dan output nutrisi serta tanda-tanda malnutrisi.
- Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang optimal.
3. Manajemen aktivitas dan latihan:
- Memfasilitasi mobilisasi pasien sesuai toleransi.
- Memberikan latihan pernapasan dan latihan untuk meningkatkan kekuatan otot.
- Memantau tanda-tanda intoleransi aktivitas.
4. Manajemen infeksi:
- Memantau tanda-tanda infeksi dan melakukan kultur/pemeriksaan laboratorium.
- Memberikan terapi antibiotik sesuai rekomendasi tim medis.
- Menjaga kebersihan lingkungan dan mencegah transmisi infeksi.
5. Manajemen cairan dan elektrolit:
- Memantau status hidrasi dan keseimbangan cairan.
- Memberikan cairan intravena sesuai kebutuhan dan memantau intake/output.
- Melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memantau elektrolit.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang ditetapkan berdasarkan data pasien mencakup permasalahan utama yang dihadapi, yaitu ketidakefektifan pola napas, malnutrisi, intoleransi aktivitas, risiko infeksi, dan hipovolemia. Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah kondisi optimal yang diharapkan tercapai, seperti pola napas efektif, asupan nutrisi adekuat, toleransi aktivitas meningkat, bebas infeksi, dan keseimbangan cairan terpelihara. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup tindakan spesifik untuk mengatasi setiap masalah keperawatan, seperti manajemen jalan napas, nutrisi, aktivitas, infeksi, serta cairan dan elektrolit. Keseluruhan rencana asuhan keperawatan ini bertujuan untuk memulihkan kondisi pasien secara holistik dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 16845 | 06 May 2025
Klinis : Tn A, laki-laki 56 tahun, wiraswata dirawat dirumah sakit sejak 1 hari yang lalu dengan keluhan batuk dengan sekret berwarna putih yang sulit dikeluarkan terutama pada pagi hari disertai pusing dan sesak napas sejak 2 hari yang lalu. Sumber informasi adalah pasien sendiri dan istri Ny.B 52 tahun, ibu rumah tangga yang mendampingi. Sesak semakin memburuk saat beraktivitas ringan. Pasien tidak mampu berjalan lebih dari 100 meter dan harus berhenti karena sesak. Pasien lelah dan merasa tidak nyaman setelah beraktivitas. Sesak napas yang dialami pasien mengakibatkan tubuh terasa lemah, sehingga aktivitas sehari-hari harus dibantu oleh keluarga dan perawat. Pasien merasakan gejala memburuk dalam 1 bulan terakhir. Pasien mengalami Riwayat Bronkitis sejak usia 10 tahun. Merokok 10 batang per hari sejak usia 18 tahun, tidak ada hemoptisis dan mengalami kekambuhan yang ditangani dengan antibiotik, steroid, dan salbutamol. Pasien didiagnosis PPOK sejak 3 tahun lalu berdasarkan Riwayat medis dan spirometri rasio FEV1/FVC 57%. Keluarga lain dalam kondisi sehat, namun kedua orang tua telah meninggal dunia. Bapak meninggal diusia 65 tahun karena penyakit jantung dan ibu meninggal di usia 60 tahun karena komplikasi diabetes. Hasil anamneses lain: tidak ada keluhan mual dan muntah. Selama ini tidak ada keluhan saat buang air kecil atau buang air besar. Buang air besar 1 kali dalam 2 hari, konsistensi feses lunak. Pasien mengeluh nyeri dada ringan saat batuk. Tidur sekitar 5 jam sehari terganggu akibat saat sesak. Mengalami kecemasan ringan karena ketergantungan pada orang lain, namun 2 orang anak perempuan yang masih kuliah dan tinggal bersama sangat perhatian dan selalu memberi bantuan. Anak laki-laki beserta istri dan 2 orang cucu selalu memberikan support meskipun mereka sudah tinggal terpisah. Pemeriksaan fisik, kesadaran compos mentis, Tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi istirahat 60x/menit mengalami peningkatan hingga 132x/menit jika banyak bergerak. Frekuensi pernapasan meningkat 32x/menit, suhu 37oC. Pasien kesulitan mengeluarkan dahak dan tidak mampu batuk efektif. Conjungtiva pucat, terdapat pernapasan cuping hidung. Pasien menggunakan otot bantu pernapasan. Diameter thoraks anteroposterior 2:2. Pada pemeriksaan auskultasi, ditemukan ronkhi dikedua lapang paru. Hasil pemeriksaan sputum: Streptococcus Pneumonia, Hemophylus influenza; Pemeriksaan darah: Hb 10 g/dl, Trombosit 311x10³/µL, Leukosit 15,77 x 10³/µL. Hasil analisis gas darah menunjukkan pH: 7,33, PCO₂: 71 mmHg, PO₂: 119 mmHg dan HCO₃: 38 mmol/L. Hasil thoraks foto: Hiperinflasi paru bilateral, diafragma mendatar, peningkatan transparansi paru, pola bronkovaskular menebal, dan kemungkinan atelektasis atau infiltrat segmental. Tidak tampak efusi pleura atau kardiomegali jelas. Gambaran mendukung eksaserbasi PPOK akut. Saat ini, terpasang infus RL 20 tetes/menit, terpasang kateter urine, serta oksigen Non Rebreathing Mask (NRM) 10L/menit.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tn. A:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Faktor yang berhubungan: Sekresi jalan napas yang berlebihan, ketidakmampuan untuk batuk efektif.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari.
- Faktor yang berhubungan: Sesak napas, kelemahan.
3. Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap persepsi ancaman yang dapat mengurangi kemampuan beradaptasi atau fungsi.
- Faktor yang berhubungan: Ketergantungan pada orang lain.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Indikator: Frekuensi pernapasan normal, pola pernapasan normal, suara napas bersih, mampu mengeluarkan sekret dengan batuk.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Indikator: Pasien dapat berjalan lebih dari 100 meter tanpa harus berhenti, mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain.
3. Kecemasan Terkontrol
- Indikator: Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemas, mampu melakukan teknik relaksasi, tampak tenang dan rileks.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Bersihan Jalan Napas Efektif:
- Manajemen Jalan Napas
- Fisioterapi Dada
- Terapi Oksigen
- Manajemen Batuk
2. Untuk Toleransi Aktivitas Meningkat:
- Manajemen Energi
- Peningkatan Aktivitas
- Latihan Fisik Terkontrol
3. Untuk Kecemasan Terkontrol:
- Manajemen Kecemasan
- Terapi Relaksasi
- Dukungan Emosional
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Pasien mengalami kesulitan dalam mengeluarkan sekret, tidak mampu batuk efektif, dan terdapat ronki di kedua lapang paru, sehingga jalan napas tidak dapat dibersihkan secara efektif.
- Intoleransi Aktivitas: Pasien mengalami sesak napas saat beraktivitas ringan, sehingga aktivitas sehari-hari harus dibantu oleh keluarga dan perawat. Hal ini menunjukkan intoleransi terhadap aktivitas.
- Kecemasan: Pasien mengalami kecemasan ringan akibat ketergantungan pada orang lain untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Bersihan Jalan Napas Efektif: Diharapkan pasien dapat mempertahankan frekuensi pernapasan normal, pola pernapasan normal, suara napas bersih, dan mampu mengeluarkan sekret dengan batuk efektif.
- Toleransi Aktivitas Meningkat: Diharapkan pasien dapat berjalan lebih dari 100 meter tanpa harus berhenti dan mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain.
- Kecemasan Terkontrol: Diharapkan pasien dapat mengungkapkan perasaan cemas, mampu melakukan teknik relaksasi, dan tampak tenang serta rileks.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Untuk Bersihan Jalan Napas Efektif:
- Manajemen Jalan Napas: Mempertahankan dan memfasilitasi jalan napas yang bersih dan terbuka.
- Fisioterapi Dada: Membantu mengeluarkan sekret dari saluran napas.
- Terapi Oksigen: Memenuhi kebutuhan oksigen pasien.
- Manajemen Batuk: Memfasilitasi batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
- Untuk Toleransi Aktivitas Meningkat:
- Manajemen Energi: Mengatur aktivitas dan istirahat pasien untuk memaksimalkan energi.
- Peningkatan Aktivitas: Meningkatkan kemampuan fisik pasien secara bertahap.
- Latihan Fisik Terkontrol: Melakukan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Untuk Kecemasan Terkontrol:
- Manajemen Kecemasan: Membantu pasien mengelola kecemasan yang dirasakan.
- Terapi Relaksasi: Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
- Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga.