Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17381 | 16 May 2025
Klinis : pasien dengan gejala distosia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons dalam format RTF yang sesuai dengan permintaan Anda:
{\rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
\viewkind4\uc1\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk pasien dengan \b distosia\b0 , disusun dengan pendekatan akademis dan persona pakar keperawatan:\par
\par
\b 1. Diagnosa Keperawatan:\b0 \par
\cf2\ul Nyeri Akut\ulnone\cf1 (SDKI Code: 00132)\par
\b Penjelasan SDKI:\b0 Distosia (persalinan sulit/lama) menyebabkan nyeri akibat kontraksi uterus intensif, iskemia jaringan, atau trauma jalan lahir. Kriteria mayor: ekspresi wajah kesakitan, gelisah, dan laporan verbal.\par
\b SLKI:\b0 \par
- \cf2\ul Tingkat Nyeri Menurun\ulnone\cf1 (Code: L-04021)\par
Indikator: Skala nyeri ?3, ekspresi wajah rileks, mampu menggunakan teknik non-farmakologis.\par
\b SIKI:\b0 \par
- \cf2\ul Manajemen Nyeri\ulnone\cf1 (Code: I-09023)\par
Intervensi: Ajarkan teknik pernapasan, reposisi maternal, kolaborasi analgesik sesuai protokol obstetri.\par
\par
\b 2. Diagnosa Keperawatan:\b0 \par
\cf2\ul Risiko Kelelahan Ibu\ulnone\cf1 (SDKI Code: 00204)\par
\b Penjelasan SDKI:\b0 Prolonged labour meningkatkan risiko deplesi energi. Faktor risiko: durasi persalinan >12 jam, asupan nutrisi tidak adekuat.\par
\b SLKI:\b0 \par
- \cf2\ul Status Energi Membaik\ulnone\cf1 (Code: L-03002)\par
Indikator: Tanda vital stabil, mampu berpartisipasi dalam proses persalinan.\par
\b SIKI:\b0 \par
- \cf2\ul Manajemen Energi\ulnone\cf1 (Code: I-06010)\par
Intervensi: Atur posisi semi-Fowler, berikan cairan IV/nutrisi parenteral, batasi pengunjung.\par
\par
\b 3. Diagnosa Keperawatan:\b0 \par
\cf2\ul Ansietas\ulnone\cf1 (SDKI Code: 00146)\par
\b Penjelasan SDKI:\b0 Ansietas terkait persalinan yang tidak progresif. Kriteria: ketakutan akan outcome janin, verbalisasi kekhawatiran.\par
\b SLKI:\b0 \par
- \cf2\ul Koping Efektif\ulnone\cf1 (Code: L-14001)\par
Indikator: Mengajukan pertanyaan relevan, menggunakan teknik relaksasi.\par
\b SIKI:\b0 \par
- \cf2\ul Edukasi Proses Persalinan\ulnone\cf1 (Code: I-05012)\par
Intervensi: Jelaskan perkembangan persalinan secara objektif, dampingi keluarga.\par
\par
\b Catatan Akademis:\b0 \par
- Kode mengacu pada \i PPNI Edition 3 (2019)\i0 .\par
- Distosia memerlukan pendekatan holistik dengan mempertimbangkan faktor mekanik (janin/panggul), psikologis, dan intervensi klinis.\par
- Rekomendasi literatur: \i Varney's Midwifery\i0 (edisi terkini) untuk manajemen distosia komprehensif.\par
} -
Article No. 17382 | 16 May 2025
Klinis : Identifikasi Keluarga: Keluarga Bapak T (34 tahun) dan Ibu W (30 tahun) merupakan keluarga inti yang tinggal di lingkungan perkotaan di sebuah perumahan padat penduduk. Mereka memiliki dua anak, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun (A) dan seorang bayi perempuan berusia 2 minggu (B). Ibu W baru saja melahirkan anak kedua melalui operasi sesar dan sedang dalam masa pemulihan. Bapak T bekerja sebagai pegawai swasta dengan jam kerja yang cukup panjang, sedangkan Ibu W adalah ibu rumah tangga yang sebelumnya berjualan online secara kecil-kecilan. Masalah Utama: Ibu W mengalami kelelahan fisik dan mental setelah persalinan, kurangnya dukungan dalam perawatan bayi baru lahir, dan adanya kecemasan terkait kesejahteraan anak-anaknya. Selain itu, anak pertama (A) menunjukkan tanda-tanda kecemburuan dan regresi perilaku sejak kelahiran adiknya. 2. Identifikasi Data Keluarga - Identitas Kepala Keluarga: - Nama: Bapak T (34 tahun) - Pendidikan: Sarjana Ekonomi - Pekerjaan: Pegawai Swasta (pulang pukul 20.00 setiap hari) - Penghasilan: Cukup untuk kebutuhan pokok namun terbatas untuk biaya tambahan seperti layanan kesehatan dan pembantu. - Istri: - Nama: Ibu W (30 tahun) - Pendidikan: SMA - Pekerjaan: Ibu rumah tangga dan penjual online kecil-kecilan (tidak aktif sejak melahirkan). - Anak: - Anak pertama: A, laki-laki, 5 tahun. - Anak kedua: B, perempuan, 2 minggu. - Kondisi Kesehatan: - Ibu W masih dalam masa pemulihan pasca-operasi sesar. - Bayi B lahir prematur dengan berat badan lahir rendah (BBLR) 2.200 gram dan perlu pemantauan rutin. - Anak pertama, A, sehat namun mengalami perubahan perilaku (menjadi lebih rewel dan sering mengompol). 3. Data Lingkungan Keluarga - Tempat Tinggal: Rumah kontrakan berukuran 36 mē dengan 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, dan dapur kecil. Ventilasi terbatas, pencahayaan kurang optimal, dan sering kali pengap. - Kebersihan Lingkungan: Kebersihan rumah cukup baik namun sulit dijaga optimal karena keterbatasan waktu dan energi Ibu W. - Fasilitas Kesehatan: Puskesmas terdekat berjarak 2 km dan dapat dijangkau dengan sepeda motor. Tidak ada klinik 24 jam di sekitar lingkungan mereka. - Sumber Air Bersih: Menggunakan air PDAM namun terkadang berbau kaporit. 4. Pola dan Proses Komunikasi Keluarga - Komunikasi: - Pola komunikasi antara anggota keluarga lebih bersifat satu arah. Bapak T sering memberi instruksi atau nasihat, namun jarang mendengarkan perasaan atau keluhan Ibu W dan anak-anak. - Ibu W lebih banyak berkomunikasi dengan anak pertama, namun komunikasi ini kerap diwarnai dengan nada tinggi karena kondisi lelah. - Anak pertama (A) lebih sering menyendiri dan tampak kurang ingin berkomunikasi. - Proses Komunikasi: Keluarga jarang melakukan diskusi terbuka, terutama saat ada masalah. Isu-isu cenderung ditahan oleh masing-masing anggota keluarga. 5. Kekuasaan dan Pembuatan Keputusan Keluarga - Pengambil Keputusan Utama: Bapak T memegang peran utama dalam pengambilan keputusan, terutama terkait masalah finansial dan kesehatan anak. - Partisipasi Istri: Ibu W memiliki sedikit kontribusi dalam pengambilan keputusan karena sering dianggap kurang memahami masalah keuangan. - Anak: Tidak dilibatkan dalam keputusan keluarga. 6. Struktur Peran Keluarga - Peran Ayah: Pencari nafkah utama. Namun, jarang berperan dalam perawatan anak dan pekerjaan rumah tangga karena jam kerja yang padat. - Peran Ibu: Mengurus rumah tangga, merawat anak-anak, dan sementara ini bertanggung jawab penuh terhadap perawatan bayi baru lahir. - Peran Anak Pertama (A): Awalnya bermain mandiri, tetapi setelah kelahiran adiknya, cenderung mencari perhatian lebih dan menunjukkan perilaku regresi seperti rewel dan mengompol. - Bayi Baru Lahir (B): Menjadi pusat perhatian keluarga saat ini. 7. Nilai Keluarga - Nilai Utama: Keluarga menghargai kesehatan dan pendidikan anak sebagai prioritas utama. - Kepercayaan: Keluarga percaya bahwa perawatan ibu dan anak baru lahir dapat dilakukan sendiri di rumah tanpa bantuan pihak ketiga, seperti perawat atau pembantu. - Kesehatan Tradisional: Ibu W sering menggunakan jamu untuk pemulihan pasca-melahirkan. 8. Fungsi Afeksi Keluarga - Hubungan Emosional: Hubungan antara suami-istri mengalami ketegangan akibat beban pekerjaan dan kelelahan fisik. Dukungan emosional dari suami kepada istri masih minim. - Interaksi Orang Tua-Anak: Ibu W memberikan lebih banyak perhatian pada bayi baru lahir, sehingga anak pertama merasa kurang diperhatikan dan menunjukkan kecemburuan. - Ekspresi Kasih Sayang: Terbatas karena situasi lelah dan fokus pada bayi. 9. Fungsi Sosialisasi Keluarga - Lingkungan Sosial: Keluarga jarang berinteraksi dengan tetangga sekitar akibat kesibukan masing-masing. - Perkembangan Anak: Anak pertama (A) tidak memiliki teman bermain di lingkungan sekitar, sehingga ia lebih banyak bermain sendiri di rumah. - Bayi Baru Lahir: Masih dalam masa adaptasi dengan lingkungan keluarga. 10. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga - Perawatan Ibu Pasca-Melahirkan: Ibu W merawat dirinya sendiri dengan terbatas. Ia hanya rutin minum jamu dan mengonsumsi makanan sederhana. - Perawatan Bayi Baru Lahir: Bayi B mendapat ASI eksklusif, namun karena berat lahir rendah, ia membutuhkan perhatian ekstra seperti kunjungan rutin ke puskesmas untuk memantau pertumbuhannya. - Anak Pertama: Tidak ada masalah kesehatan serius, namun perilaku regresi belum diatasi dengan baik. - Upaya Pencegahan: Keluarga belum memiliki kebiasaan rutin memeriksakan kesehatan secara menyeluruh (general check-up). 11. Stres, Koping, dan Adaptasi Keluarga - Sumber Stres: - Kelelahan fisik dan mental Ibu W. - Tekanan pekerjaan Bapak T. - Perilaku anak pertama yang berubah sejak kelahiran adik. - Kondisi bayi dengan berat badan lahir rendah. - Strategi Koping: - Ibu W cenderung memendam masalah dan mengatasinya sendiri. - Bapak T fokus pada pekerjaan untuk menghindari konflik di rumah. - Adaptasi Keluarga: - Proses adaptasi masih berlangsung, namun belum optimal. - Dukungan dari keluarga besar tidak ada karena mereka tinggal jauh.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan identifikasi keluarga dan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output SLKI, serta intervensi keperawatan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kelelahan (00093)
2. Ketidakefektifan Peran (00064)
3. Ansietas (00146)
4. Perubahan Proses Keluarga (00060)
5. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
Luaran/Output SLKI:
1. Kelelahan (0007):
- Pemulihan Kelelahan (000703)
- Kontrol Energi (000705)
- Pemeliharaan Kesehatan (000707)
2. Peran Keluarga (2600):
- Fungsi Peran (260001)
- Kepuasan Peran (260002)
- Keseimbangan Peran (260003)
3. Tingkat Kecemasan (1211):
- Kontrol Kecemasan (121105)
- Relaksasi (121108)
- Dukungan Emosional (121101)
4. Stabilitas Keluarga (2602):
- Integrasi Keluarga (260201)
- Komunikasi Keluarga (260202)
- Pengambilan Keputusan Keluarga (260203)
5. Status Nutrisi: Asupan Makanan (1004):
- Asupan Nutrisi: Makanan dan Cairan (100403)
- Kontrol Berat Badan (100410)
- Monitoring Nutrisi (100408)
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Kelelahan (3000):
- Pengaturan Aktivitas (300001)
- Manajemen Energi (300003)
- Terapi Istirahat (300013)
2. Peningkatan Peran (7320):
- Identifikasi Peran (732001)
- Bimbingan Peran (732002)
- Mediasi Anggota Keluarga (732003)
3. Manajemen Kecemasan (5820):
- Psikoterapi (582001)
- Terapi Relaksasi (582005)
- Dukungan Emosional (582008)
4. Fasilitasi Pengambilan Keputusan Keluarga (7370):
- Identifikasi Masalah (737001)
- Fasilitasi Diskusi Keluarga (737002)
- Fasilitasi Konsensus Keluarga (737003)
5. Manajemen Nutrisi (1100):
- Pemantauan Nutrisi (110001)
- Edukasi Nutrisi (110005)
- Manajemen Berat Badan (110007)
Penjelasan Rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Kelelahan (00093): Diidentifikasi dari Ibu W yang mengalami kelelahan fisik dan mental setelah persalinan.
- Ketidakefektifan Peran (00064): Terlihat dari adanya kesulitan Ibu W dalam merawat bayi baru lahir dan mengasuh anak pertama.
- Ansietas (00146): Terkait adanya kecemasan Ibu W terhadap kesejahteraan anak-anak.
- Perubahan Proses Keluarga (00060): Ditandai oleh adanya perubahan perilaku pada anak pertama (A) setelah kelahiran adiknya.
- Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002): Berkaitan dengan kondisi Ibu W yang masih dalam masa pemulihan pasca-operasi sesar.
2. Luaran/Output SLKI:
- Pemulihan Kelelahan (000703), Kontrol Energi (000705), Pemeliharaan Kesehatan (000707): Untuk mengatasi masalah kelelahan Ibu W.
- Fungsi Peran (260001), Kepuasan Peran (260002), Keseimbangan Peran (260003): Untuk meningkatkan efektivitas peran Ibu W dalam keluarga.
- Kontrol Kecemasan (121105), Relaksasi (121108), Dukungan Emosional (121101): Untuk mengurangi kecemasan Ibu W terkait kesejahteraan anak-anak.
- Integrasi Keluarga (260201), Komunikasi Keluarga (260202), Pengambilan Keputusan Keluarga (260203): Untuk memperbaiki proses dan stabilitas keluarga.
- Asupan Nutrisi: Makanan dan Cairan (100403), Kontrol Berat Badan (100410), Monitoring Nutrisi (100408): Untuk memastikan keseimbangan nutrisi Ibu W.
3. Intervensi Keperawatan SIKI:
- Pengaturan Aktivitas (300001), Manajemen Energi (300003), Terapi Istirahat (300013): Untuk memulihkan dan meningkatkan energi Ibu W.
- Identifikasi Peran (732001), Bimbingan Peran (732002), Mediasi Anggota Keluarga (732003): Untuk membantu Ibu W dalam menjalankan perannya secara efektif.
- Psikoterapi (582001), Terapi Relaksasi (582005), Dukungan Emosional (582008): Untuk mengurangi kecemasan Ibu W dan memberikan dukungan emosional.
- Identifikasi Masalah (737001), Fasilitasi Diskusi Keluarga (737002), Fasilitasi Konsensus Keluarga (737003): Untuk memfasilitasi pengambilan keputusan keluarga yang lebih baik.
- Pemantauan Nutrisi (110001), Edukasi Nutrisi (110005), Manajemen Berat Badan (110007): Untuk memastikan keseimbangan nutrisi Ibu W selama masa pemulihan.
Secara keseluruhan, intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk membantu Ibu W dalam memulihkan kondisi fisik dan mental, meningkatkan efektivitas peran dalam keluarga, mengatasi kecemasan, memperbaiki proses dan stabilitas keluarga, serta memastikan keseimbangan nutrisi. Tujuannya adalah agar keluarga dapat beradaptasi dengan baik terhadap kondisi saat ini dan mencapai fungsi keluarga yang optimal. -
Article No. 17383 | 16 May 2025
Klinis : suhu tubuh 39 banyak keringat kulit teraba panas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Untuk kondisi yang Anda deskripsikan dengan suhu tubuh 39°C, banyak keringat, dan kulit teraba panas, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kode: 00007
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal, biasanya akibat peningkatan produksi panas atau penurunan kemampuan untuk mengatur suhu tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS - 05
Definisi: Pemulihan suhu tubuh ke rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP - 02.05
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
Penjelasan singkat:
Hipertermia adalah kondisi medis di mana suhu tubuh seseorang berada di atas rentang normal, biasanya disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan kemampuan untuk mengatur suhu tubuh. Gejala yang menyertai hipertermia dapat berupa banyak keringat dan kulit yang teraba panas.
Tujuan utama penanganan hipertermia adalah untuk memulihkan suhu tubuh ke rentang normal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemberian cairan, kompres air hangat/dingin, ventilasi udara yang adekuat, dan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala. -
Article No. 17384 | 16 May 2025
Klinis : suhu tubuh 39 banyak keringat kulit teraba panas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons dalam format RTF yang sesuai dengan permintaan Anda:
{\rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
\viewkind4\uc1\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI\b0\par
\par
\b Kondisi:\b0 Suhu tubuh 39\uc0\u176 C, banyak keringat, kulit teraba panas.\par
\par
\b Diagnosa Keperawatan (SDKI):\b0\par
\b Kode:\b0 00007\par
\b Label Diagnosa:\b0 Hipertermi\par
\b Definisi:\b0 Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal akibat ketidakmampuan tubuh dalam mengatur suhu sebagai respons terhadap faktor eksternal atau internal.\par
\par
\b Kriteria Hasil (SLKI):\b0\par
\b Kode:\b0 1401\par
\b Label Hasil:\b0 Pengaturan Suhu Tubuh\par
\b Indikator:\b0\par
1. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5\uc0\u176 C - 37,5\uc0\u176 C).\par
2. Kulit teraba hangat dan kering.\par
3. Tidak ada keluhan menggigil atau kepanasan.\par
\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0\par
\b Kode:\b0 3920\par
\b Label Intervensi:\b0 Manajemen Hipertermi\par
\b Aktivitas:\b0\par
1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam.\par
2. Berikan kompres hangat/dingin sesuai indikasi.\par
3. Anjurkan asupan cairan yang adekuat.\par
4. Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai resep.\par
5. Pertahankan sirkulasi udara yang adekuat di ruangan.\par
\par
\b Rasional Singkat:\b0\par
Hipertermi terjadi akibat ketidakseimbangan antara produksi dan pelepasan panas. Intervensi di atas bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh secara bertahap, mencegah dehidrasi, dan memulihkan keseimbangan termoregulasi.\par
\par
\b Referensi:\b0\par
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2017). \i Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).\i0\par
}
**Catatan:**
- Format RTF di atas siap disalin ke dokumen dengan ekstensi .rtf.
- Kode dan label mengacu pada edisi terkini PPNI (pastikan untuk memverifikasi ke sumber primer jika diperlukan).
- Penjelasan disajikan secara akademis dengan persona profesional keperawatan. -
Article No. 17385 | 16 May 2025
Klinis : ulkus diabetikum
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi ulkus diabetikum:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E10.6
- Deskripsi: Diabetes mellitus tipe 1 dengan gangguan pembuluh darah perifer
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.22
- Deskripsi: Debridemen luka, luka diabetik
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 E10.6 menggambarkan diagnosis diabetes mellitus tipe 1 dengan komplikasi gangguan pembuluh darah perifer, yang merupakan salah satu penyebab utama ulkus diabetikum.
2. Kode ICD-9-CM 86.22 menunjukkan prosedur debridemen luka, yang merupakan salah satu tindakan medis yang umum dilakukan untuk perawatan ulkus diabetikum. Debridemen bertujuan untuk membersihkan jaringan nekrotik dan mempromosikan penyembuhan luka.
Dalam praktik klinis, penatalaksanaan ulkus diabetikum yang komprehensif melibatkan pendekatan multidisipliner, termasuk pengobatan medikamentosa, terapi luka, pengendalian gula darah, dan tindakan bedah jika diperlukan. Dokumentasi yang cermat menggunakan kode ICD yang tepat sangat penting untuk pengkodean yang akurat dan pemantauan hasil perawatan pasien. -
Article No. 17386 | 16 May 2025
Klinis : ulkus diabetikum
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi ulkus diabetikum.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengancam kesehatan.
2. Integritas Jaringan Rusak (00046)
Definisi: Kerusakan pada membran, kulit dan/atau jaringan yang mendasarinya.
3. Gangguan Mobilitas Fisik (00085)
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disengaja dari satu titik ke titik lain saat melakukan aktivitas sehari-hari.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi (00004)
Kode: R-INF
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengancam kesehatan.
2. Integritas Jaringan Rusak (00046)
Kode: I-JAR
Definisi: Kerusakan pada membran, kulit dan/atau jaringan yang mendasarinya.
3. Gangguan Mobilitas Fisik (00085)
Kode: G-MOB
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disengaja dari satu titik ke titik lain saat melakukan aktivitas sehari-hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Infeksi (1842)
Kode: K-INF
Definisi: Tindakan untuk mencegah atau mengurangi transmisi dan penyebaran infeksi.
2. Integritas Jaringan (1101)
Kode: I-JAR
Definisi: Pemulihan atau pemeliharaan struktur dan fungsi kulit dan jaringan yang mendasarinya.
3. Mobilitas (0208)
Kode: M-MOB
Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan terkoordinasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Infeksi (6540)
Kode: M-INF
Definisi: Minimalisasi risiko dan pencegahan penyebaran infeksi.
2. Perawatan Luka (3660)
Kode: P-LUK
Definisi: Perawatan untuk mempromosikan penyembuhan luka.
3. Peningkatan Mobilitas (0210)
Kode: P-MOB
Definisi: Fasilitasi gerakan fisik dan aktivitas untuk meningkatkan fungsi.
Dalam kondisi ulkus diabetikum, diagnosa keperawatan yang relevan adalah Risiko Infeksi, Integritas Jaringan Rusak, dan Gangguan Mobilitas Fisik. Masing-masing diagnosa memiliki kode dan definisi yang sesuai dengan sistem SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI. -
Article No. 17387 | 16 May 2025
Klinis : 1. Keluhan Utama Lemas anggota gerak kiri 2. Riwayat Kesehatan Sekarang a. Alasan masuk RS Pasien datang diantar keluarganya dengan keluhan lemah anggota gerak kiri secara tiba-tiba kesemutan, bicara terasa berat namun sulit berbicara, nyeri kepala, mual, dan muntah TD:222/126 mmHg N:161 x/menit RR:20 x/menit S:36,3 C SPO2:100%
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Perubahan Perfusi Perifer Terganggu
b. Nyeri Akut
c. Risiko Aspirasi
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Perubahan Perfusi Perifer Terganggu:
- Pasien akan menunjukkan perfusi perifer yang membaik, ditandai dengan ekstremitas yang hangat, warna kulit kembali normal, serta nadi perifer yang teraba.
b. Nyeri Akut:
- Pasien akan melaporkan penurunan tingkat nyeri kepala dan gejala lainnya.
c. Risiko Aspirasi:
- Pasien akan menunjukkan tidak ada tanda-tanda aspirasi, seperti tidak ada batuk, suara napas yang bersih, dan tidak ada perubahan saturasi oksigen.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Perubahan Perfusi Perifer Terganggu:
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Lakukan pemeriksaan fisik untuk menilai perfusi perifer
- Berikan posisi yang meningkatkan sirkulasi, seperti elevasi ekstremitas
- Pastikan asupan cairan yang adekuat
- Berikan obat-obatan yang dapat memperbaiki perfusi, sesuai instruksi medis
b. Nyeri Akut:
- Kaji intensitas, karakteristik, dan lokasi nyeri
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi dan distraksi
- Monitor efektivitas penanganan nyeri
c. Risiko Aspirasi:
- Posisikan pasien dalam posisi yang aman untuk mencegah aspirasi
- Pertahankan jalan napas yang terbuka
- Berikan suction jika diperlukan
- Berikan nutrisi dan cairan sesuai kebutuhan, dengan memperhatikan konsistensi dan kecepatan pemberian
- Awasi pasien secara ketat untuk mendeteksi tanda-tanda aspirasi dini
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang terkait dengan kondisi pasien ini meliputi Perubahan Perfusi Perifer Terganggu, Nyeri Akut, dan Risiko Aspirasi. Luaran yang diharapkan adalah memulihkan perfusi perifer, mengurangi nyeri, dan mencegah terjadinya aspirasi. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik, pemberian posisi yang tepat, manajemen cairan, penanganan nyeri, dan tindakan pencegahan aspirasi. Semua intervensi ini bertujuan untuk mencapai luaran yang diharapkan dan membantu pasien pulih secara optimal. -
Article No. 17388 | 16 May 2025
Klinis : 1. Keluhan Utama Lemas anggota gerak kiri 2. Riwayat Kesehatan Sekarang a. Alasan masuk RS Pasien datang diantar keluarganya dengan keluhan lemah anggota gerak kiri secara tiba-tiba kesemutan, bicara terasa berat namun sulit berbicara, nyeri kepala, mual, dan muntah TD:222/126 mmHg N:161 x/menit RR:20 x/menit S:36,3 C SPO2:100%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan keluhan utama dan riwayat kesehatan sekarang yang Anda sampaikan, maka dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI-nya, seperti berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Gangguan Mobilitas Fisik (Kode: 00085)
SDKI: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terkontrol pada tubuh atau salah satu anggota gerak.
SLKI: Mempertahankan/meningkatkan kemampuan mobilitas fisik.
SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terkontrol pada tubuh atau salah satu anggota gerak.
b. Nyeri Akut (Kode: 00132)
SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam kaitannya dengan kerusakan tersebut.
SLKI: Mengatasi/mengontrol nyeri.
SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi pasien dalam mengatasi atau mengontrol nyeri.
c. Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital (Kode: 00039)
SDKI: Berisiko mengalami perubahan dalam fungsi kardiovaskular, respirasi, dan/atau suhu tubuh yang dapat mengancam kesehatan.
SLKI: Mempertahankan stabilitas tanda-tanda vital.
SIKI: Intervensi untuk mempertahankan stabilitas tanda-tanda vital pasien.
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Mobilitas Fisik: Pasien mengalami kelemahan pada anggota gerak kiri yang menyebabkan keterbatasan dalam melakukan pergerakan.
2. Nyeri Akut: Pasien mengeluhkan nyeri kepala dan diduga ada kerusakan jaringan yang menyebabkan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan.
3. Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital: Pasien memiliki tanda-tanda vital yang tidak stabil, seperti tekanan darah tinggi, nadi cepat, dan suhu tubuh yang tidak normal, sehingga berisiko mengalami perubahan yang dapat mengancam kesehatan. -
Article No. 17389 | 16 May 2025
Klinis : Hb 8
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Hb 8:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Hb 8 adalah "Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh". Hal ini dikarenakan kadar hemoglobin (Hb) yang rendah menunjukkan adanya anemia, yang merupakan indikasi dari ketidakseimbangan nutrisi. Anemia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti asupan nutrisi yang tidak adekuat, malabsorpsi, atau kehilangan darah. Diagnosa ini mencerminkan kebutuhan untuk memantau dan mengelola status nutrisi pasien dalam rangka mencapai kadar Hb yang optimal.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Peningkatan kadar hemoglobin (Hb) ke dalam rentang normal (12-16 g/dL untuk wanita, 14-18 g/dL untuk pria).
2. Peningkatan energi dan stamina pasien.
3. Penurunan tanda-tanda dan gejala anemia, seperti pucat, kelelahan, pusing, dan napas pendek.
4. Pemahaman pasien tentang pentingnya nutrisi yang adekuat dan peran zat besi dalam pembentukan hemoglobin.
5. Partisipasi aktif pasien dalam mengelola status nutrisi dan mengatasi anemia.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan:
1. Pengkajian komprehensif status nutrisi, termasuk asupan makanan, pola makan, dan faktor-faktor yang memengaruhi.
2. Identifikasi kebutuhan nutrisi pasien dan rekomendasi diet yang sesuai, seperti meningkatkan asupan makanan kaya zat besi (daging merah, sayuran hijau, kacang-kacangan, dll.).
3. Pemberian terapi suplementasi zat besi sesuai dengan resep dokter, dengan pemantauan kadar Hb secara berkala.
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat, sumber makanan kaya zat besi, dan cara meningkatkan penyerapan zat besi.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk memastikan perencanaan dan implementasi intervensi yang komprehensif.
6. Evaluasi dan penyesuaian rencana asuhan keperawatan berdasarkan respons pasien dan pencapaian luaran yang diharapkan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dengan Hb 8 dapat mencapai peningkatan kadar Hb, peningkatan energi dan stamina, serta pemahaman yang baik tentang pentingnya nutrisi dalam mengatasi anemia. -
Article No. 17390 | 16 May 2025
Klinis : Imt diatas 25
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi IMT di atas 25, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi IMT di atas 25, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Obesitas" (SDKI, 2016). Risiko Obesitas didefinisikan sebagai keadaan di mana seseorang memiliki peningkatan berat badan yang berlebihan, yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Indikator yang mendukung diagnosa ini adalah IMT di atas 25, yang menunjukkan adanya kelebihan berat badan. Faktor risiko yang dapat berkontribusi terhadap kondisi ini antara lain pola makan yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, serta faktor genetik dan gaya hidup.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah "Berat Badan: Terkontrol" (SLKI, 2019). Indikator dari luaran ini mencakup penurunan berat badan, IMT yang berada dalam rentang normal, serta stabilitas atau peningkatan massa otot. Selain itu, diharapkan juga adanya peningkatan pengetahuan dan motivasi klien untuk menerapkan gaya hidup sehat, serta kemampuan dalam mengelola faktor-faktor risiko yang berkontribusi terhadap obesitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Edukasi Gizi: Memberikan informasi dan pendidikan kepada klien mengenai kebutuhan gizi, pola makan yang sehat, serta pentingnya mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
2. Manajemen Aktivitas Fisik: Membantu klien dalam merencanakan dan melaksanakan program aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisinya, untuk meningkatkan kebugaran dan pembakaran kalori.
3. Konseling Perubahan Gaya Hidup: Memberikan dukungan, motivasi, dan strategi kepada klien dalam mengubah pola makan, aktivitas fisik, serta kebiasaan lain yang dapat berkontribusi terhadap penurunan berat badan.
4. Pemantauan Status Nutrisi: Melakukan pemantauan berkala terhadap status nutrisi klien, seperti berat badan, IMT, dan komposisi tubuh, sebagai dasar evaluasi dan penyesuaian intervensi.
5. Manajemen Stres: Membantu klien dalam mengelola stres dan emosi yang dapat mempengaruhi pola makan dan aktivitas fisik, sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan penurunan berat badan.
Penerapan intervensi-intervensi ini secara komprehensif dan kolaboratif dengan klien diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diinginkan, yaitu berat badan yang terkontrol dan terjaganya gaya hidup sehat dalam jangka panjang.