Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18454 | 11 Jun 2025
Klinis : tiap malam sering buang air kecil, susah tidur , pusing sebelah kanan, sulit bab
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu tiap malam sering buang air kecil, susah tidur, pusing sebelah kanan, dan sulit buang air besar, diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Inkontinensia urin: Kehilangan kemampuan untuk menahan urin secara sukarela. Ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan fungsi kandung kemih, obstruksi saluran kemih, atau masalah neurologis.
2. Gangguan pola tidur: Perubahan dalam jumlah, kualitas, atau pola tidur yang menyebabkan distres dan gangguan fungsi sehari-hari. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres, kondisi medis, atau gaya hidup.
3. Nyeri kronis: Nyeri yang persisten atau berulang dan berlangsung lebih dari 3 bulan. Dalam kasus ini, pusing sebelah kanan dapat merupakan manifestasi dari nyeri kronis.
4. Konstipasi: Penurunan frekuensi, volume, atau kesulitan dalam buang air besar.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Inkontinensia urin:
- Pasien dapat mengontrol eliminasi urin secara adekuat.
- Pasien tidak mengalami episode inkontinensia urin.
- Pasien dapat mempertahankan pola eliminasi urin yang normal.
2. Gangguan pola tidur:
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak dan teratur.
- Pasien tidak mengalami kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur.
- Pasien merasa segar dan bugar setelah tidur.
3. Nyeri kronis:
- Pasien dapat mengelola nyeri dengan efektif.
- Intensitas nyeri pasien berkurang.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
4. Konstipasi:
- Pasien dapat buang air besar secara teratur dan lancar.
- Pasien tidak mengalami kesulitan atau nyeri saat buang air besar.
- Pasien merasa lega setelah buang air besar.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Inkontinensia urin:
- Kaji pola eliminasi urin pasien, termasuk frekuensi, jumlah, dan karakteristik urin.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi inkontinensia urin, seperti kondisi medis, obat-obatan, atau gaya hidup.
- Ajarkan pasien teknik kontraksi otot dasar panggul (Kegel) untuk meningkatkan kontrol eliminasi urin.
- Berikan edukasi tentang manajemen inkontinensia urin, termasuk penggunaan alat bantu yang sesuai.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter atau fisioterapis, untuk penanganan yang komprehensif.
2. Gangguan pola tidur:
- Kaji pola tidur pasien, termasuk durasi tidur, kualitas tidur, dan faktor-faktor yang memengaruhi.
- Identifikasi dan atasi faktor-faktor yang mengganggu tidur, seperti nyeri, kecemasan, atau kondisi medis lainnya.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk membantu pasien memperoleh tidur yang nyenyak.
- Berikan edukasi tentang kebersihan tidur (sleep hygiene), seperti pengaturan lingkungan tidur yang nyaman.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk penanganan yang komprehensif.
3. Nyeri kronis:
- Kaji karakteristik nyeri pasien, termasuk lokasi, intensitas, durasi, dan faktor-faktor yang memengaruhi.
- Identifikasi dan atasi penyebab nyeri, seperti kondisi medis atau masalah muskuloskeletal.
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk manajemen nyeri, seperti analgesik atau terapi modalitas.
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri, seperti distraksi, relaksasi, atau terapi panas/dingin.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter atau fisioterapis, untuk penanganan yang komprehensif.
4. Konstipasi:
- Kaji pola eliminasi pasien, termasuk frekuensi, konsistensi, dan kesulitan buang air besar.
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi konstipasi, seperti diet, aktivitas, atau kondisi medis.
- Berikan edukasi tentang peningkatan asupan cairan dan serat dalam diet untuk mencegah konstipasi.
- Ajarkan pasien teknik relaksasi dan posisi yang tepat saat buang air besar.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter atau ahli gizi, untuk penanganan yang komprehensif.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan. Saya berharap informasi ini dapat membantu Anda dalam memahami dan menerapkan asuhan keperawatan yang sesuai. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 18416 | 11 Jun 2025
Klinis : Asites
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis asites beserta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R18
- Deskripsi: Asites
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 54.91
- Deskripsi: Parasentesis abdominal, untuk tindakan drainase cairan asites.
Penjelasan:
Asites adalah akumulasi abnormal cairan di dalam rongga perut. Hal ini sering terkait dengan penyakit hati kronis, seperti sirosis, atau kondisi lain yang menyebabkan peningkatan tekanan vena portal atau penurunan tekanan osmotik dalam darah. Kode ICD-10 R18 mencakup semua jenis asites, terlepas dari penyebabnya.
Tindakan medis yang sering dilakukan untuk mengatasi asites adalah parasentesis abdominal, yang merupakan pengambilan cairan asites melalui penusukan dinding perut. Kode ICD-9-CM 54.91 mencakup tindakan ini, yang dapat membantu mengurangi gejala dan tekanan pada organ-organ dalam. -
Article No. 18417 | 11 Jun 2025
Klinis : Asites
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi asites, sesuai dengan tone akademis dan persona pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan Volume Cairan (00026)
Definisi: Akumulasi berlebihan cairan isotonis di dalam ruang interstisial dan/atau rongga tubuh.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kelebihan Volume Cairan (00026)
Kode: 00026
Definisi: Akumulasi berlebihan cairan isotonis di dalam ruang interstisial dan/atau rongga tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan (0601)
Kode: 0601
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan dalam tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan (6680)
Kode: 6680
Definisi: Pemantauan dan pengaturan asupan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
Penjelasan singkat:
Asites merupakan kondisi akumulasi berlebihan cairan isotonis di dalam rongga peritoneum, yang dapat menyebabkan kelebihan volume cairan dalam tubuh. Diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi ini adalah "Kelebihan Volume Cairan (00026)". Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) mencakup definisi dan kode untuk diagnosis ini. Selanjutnya, Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menyediakan luaran keperawatan yang relevan, yaitu "Keseimbangan Cairan (0601)". Untuk intervensi keperawatan, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan intervensi "Manajemen Cairan (6680)" yang fokus pada pemantauan dan pengaturan asupan serta pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan. -
Article No. 18418 | 11 Jun 2025
Klinis : Diangnosa asites
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis asites dan kode ICD-9-CM untuk prosedur terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R18
- Deskripsi: Asites
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 54.91
- Deskripsi: Parasentesis abdominal, aspiration of ascitic fluid
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R18 (Asites):
- Asites adalah akumulasi cairan dalam rongga peritoneal. Ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti sirosis hati, gagal jantung, kanker, atau infeksi.
- Gejala utama asites adalah pembengkakan perut, peningkatan berat badan, dan gangguan pernafasan.
- Diagnosis asites dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pencitraan seperti ultrasonografi atau CT scan.
2. Kode ICD-9-CM 54.91 (Parasentesis abdominal, aspirasi cairan asites):
- Prosedur ini dilakukan untuk mengeluarkan cairan asites dari rongga peritoneal.
- Tindakan ini dapat dilakukan untuk mengurangi tekanan pada abdomen, memperbaiki fungsi pernapasan, atau untuk analisis cairan asites.
- Prosedur ini melibatkan penusukan dinding abdomen dengan jarum atau kateter untuk mengeluarkan cairan asites.
- Tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari komplikasi seperti perdarahan atau infeksi.
Jadi, kode ICD-10 untuk diagnosis asites adalah R18, dan kode ICD-9-CM untuk prosedur parasentesis abdominal adalah 54.91. -
Article No. 18419 | 11 Jun 2025
Klinis : Asites
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan untuk Asites**
**1. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit (SDKI: B.1.1)**
**Penjelasan:**
Asites menyebabkan akumulasi cairan dalam rongga peritoneum, mengganggu keseimbangan cairan intravaskular dan elektrolit seperti natrium serta kalium. Kondisi ini dapat memicu hipovolemia relatif, hiponatremia, atau gangguan fungsi ginjal.
**SLKI:**
- **B.1.1.1:** Keseimbangan cairan dan elektrolit tercapai (ditandai dengan output urine adekuat, kadar elektrolit dalam batas normal, dan tidak ada edema/ascites memberat).
- **B.1.1.2:** Tanda vital stabil (TD, nadi, dan CVP dalam rentang normal).
**SIKI:**
- **B.1.1.1.1:** Memantau intake-output cairan.
- **B.1.1.1.2:** Kolaborasi pemberian terapi diuretik dan restriksi natrium.
- **B.1.1.1.3:** Pemantauan berat badan harian dan lingkar perut.
---
**2. Nyeri Akut (SDKI: A.1.1)**
**Penjelasan:**
Distensi peritoneum akibat asites dapat menimbulkan nyeri tekan atau rasa tidak nyaman pada abdomen, terutama jika disertai inflamasi atau infeksi (misalnya pada sirosis hepatis atau peritonitis bakterial spontan).
**SLKI:**
- **A.1.1.1:** Nyeri terkontrol (skala nyeri ?3 dari 10).
- **A.1.1.2:** Pasien mampu menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
**SIKI:**
- **A.1.1.1.1:** Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
- **A.1.1.1.2:** Kolaborasi pemberian analgesik sesuai protokol.
- **A.1.1.1.3:** Evaluasi karakteristik nyeri (lokal, intensitas, durasi).
---
**3. Risiko Infeksi (SDKI: C.2.3)**
**Penjelasan:**
Asites kronis (terutama pada sirosis) meningkatkan risiko peritonitis bakterial spontan akibat translokasi bakteri usus. Cairan asites menjadi media pertumbuhan mikroorganisme.
**SLKI:**
- **C.2.3.1:** Tidak ada tanda infeksi (suhu tubuh ?37,5°C, leukosit normal, cairan asites jernih).
- **C.2.3.2:** Pasien memahami tindakan pencegahan infeksi.
**SIKI:**
- **C.2.3.1.1:** Pantau tanda vital dan leukosit.
- **C.2.3.1.2:** Kolaborasi pemeriksaan kultur cairan asites.
- **C.2.3.1.3:** Edukasi higiene personal dan lingkungan.
---
**4. Intoleransi Aktivitas (SDKI: D.1.2)**
**Penjelasan:**
Penumpukan cairan dalam abdomen menekan diafragma, mengurangi kapasitas paru, dan menyebabkan kelelahan, sehingga pasien kesulitan melakukan aktivitas fisik.
**SLKI:**
- **D.1.2.1:** Pasien mampu beraktivitas sesuai toleransi (skala Borg ?4).
- **D.1.2.2:** Tidak ada dispnea saat aktivitas.
**SIKI:**
- **D.1.2.1.1:** Rencanakan aktivitas bertahap dengan periode istirahat.
- **D.1.2.1.2:** Ajarkan teknik penghematan energi.
---
**5. Gangguan Harga Diri (SDKI: E.2.1)** *(untuk asites kronis)*
**Penjelasan:**
Perubahan bentuk tubuh dan ketergantungan pada prosedur medis (misalnya parasentesis) dapat menurunkan harga diri pasien.
**SLKI:**
- **E.2.1.1:** Pasien mengekspresikan penerimaan terhadap kondisi.
- **E.2.1.2:** Berpartisipasi dalam perawatan diri.
**SIKI:**
- **E.2.1.1.1:** Berikan dukungan psikologis.
- **E.2.1.1.2:** Libatkan keluarga dalam edukasi.
---
**Catatan:**
- Kode mengacu pada **Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 4, SLKI, dan SIKI (PPNI, 2019)**.
- Intervensi disesuaikan dengan etiologi asites (sirosis, gagal jantung, malignansi).
**Referensi:**
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2019). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*. Jakarta: PPNI. -
Article No. 18420 | 11 Jun 2025
Klinis : Klien mengatakan tidak ada keluhan kesehatan datang karena di suruh oleh prabowo untuk melawak dan semua orang BNN itu saudaranya. Klien nampak tertawa sendiri, tidak kooperatif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Resiko Perilaku Kekerasan
Penjelasan Singkat:
Klien menunjukkan perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain, seperti tertawa sendiri, tidak kooperatif, dan menunjukkan persona yang tidak sesuai dengan situasi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00147
Definisi: Suatu keadaan di mana individu menunjukkan perilaku atau tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS 04.01
Definisi: Keadaan di mana individu menunjukkan kemampuan untuk mengendalikan perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP 04.01
Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membantu individu dalam mengendalikan perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain. -
Article No. 18421 | 11 Jun 2025
Klinis : Klien mengatakan tidak ada keluhan kesehatan datang karena di suruh oleh prabowo untuk melawak dan semua orang BNN itu saudaranya. Klien nampak tertawa sendiri, tidak kooperatif
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan gejala dan kondisi yang dipaparkan, diagnosis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F22
- Deskripsi: Gangguan waham persisten
Penjelasan:
Gejala yang dialami klien, seperti tidak adanya keluhan kesehatan, tertawa sendiri, serta tidak kooperatif, mengarah pada diagnosis gangguan waham persisten (F22) dalam Klasifikasi Internasional Penyakit Edisi Kesepuluh (ICD-10). Gangguan ini ditandai dengan munculnya satu atau lebih waham yang menetap, tidak sesuai dengan budaya, dan tidak dapat dikoreksi, meskipun klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang tercatat dalam informasi yang diberikan
Dalam kasus ini, tidak ada informasi tentang tindakan medis yang dilakukan, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang dapat diberikan. Penanganan yang mungkin diperlukan adalah evaluasi klinis yang komprehensif, termasuk pemeriksaan fisik, mental, dan penilaian psikososial, serta pertimbangan intervensi terapeutik yang sesuai, seperti terapi psikologis atau farmakologis, berdasarkan penilaian dan rencana perawatan yang ditetapkan oleh tim medis yang terlibat. -
Article No. 18422 | 11 Jun 2025
Klinis : Klien mengatakan tidak ada keluhan kesehatan datang karena di suruh oleh prabowo untuk melawak dan semua orang BNN itu saudaranya. Klien nampak tertawa sendiri, tidak kooperatif suka melamun. Klien mengatakan hanya punya waktu 1 jam untuk di asesmen karena mau mandi dan bertemu anak dan istri. Vital sign dalam batas normal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan dengan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Halusinasi
- SDKI: Halusinasi
- Definisi: Persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita eksternal yang dialami individu.
- SLKI: Pengendalian Halusinasi
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan halusinasi yang dialaminya.
- SIKI: Terapi Halusinasi
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk membantu individu mengendalikan halusinasi yang dialaminya.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Perilaku Kekerasan
- SDKI: Risiko Perilaku Kekerasan
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan cidera fisik pada diri sendiri atau orang lain.
- SLKI: Pengendalian Perilaku Kekerasan
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan perilaku kekerasan yang dialaminya.
- SIKI: Manajemen Perilaku Kekerasan
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk membantu individu mengendalikan perilaku kekerasan yang dialaminya.
3. Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
- SDKI: Defisit Perawatan Diri
- Definisi: Ketidakmampuan individu untuk melakukan atau menyelesaikan satu atau lebih aktivitas perawatan diri.
- SLKI: Perawatan Diri
- Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
- SIKI: Perawatan Diri
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk membantu individu melakukan aktivitas perawatan diri.
Berdasarkan keterangan yang diberikan, klien menunjukkan gejala halusinasi, risiko perilaku kekerasan, dan defisit perawatan diri. Diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan adalah Halusinasi, Risiko Perilaku Kekerasan, dan Defisit Perawatan Diri. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Terapi Halusinasi, Manajemen Perilaku Kekerasan, dan Perawatan Diri. -
Article No. 18423 | 11 Jun 2025
Klinis : Seorang remaja putri ngamuk dan membanting barang. Sebutkan diagnosa Icd, sdki, slki, siki, pemeriksaan penunjang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai untuk kondisi seorang remaja putri yang mengamuk dan membanting barang.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Perilaku Kekerasan" berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia). Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, atau lingkungan secara fisik, verbal, atau psikologis. Kondisi remaja putri yang mengamuk dan membanting barang menunjukkan adanya perilaku kekerasan.
Diagnosa ICD (International Classification of Diseases):
Berdasarkan ICD-10, diagnosa yang sesuai adalah F91.1 Perilaku Agresif Terganggu.
Pemeriksaan Penunjang:
Untuk mendukung diagnosa, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti:
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, suhu, respirasi)
2. Pemeriksaan mental status (orientasi, mood, afek, persepsi, proses berpikir, dan lain-lain)
3. Tes psikologis (tes kepribadian, tes intelegensi, tes proyektif, dan lain-lain)
4. Pemeriksaan laboratorium (jika diperlukan)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat menunjukkan:
1. Penurunan perilaku kekerasan yang ditandai dengan tidak adanya insiden kekerasan selama periode perawatan.
2. Peningkatan kemampuan klien dalam mengontrol perilaku kekerasan yang ditandai dengan tidak adanya perilaku membanting barang atau melukai diri sendiri/orang lain.
3. Peningkatan kemampuan klien dalam mengenali dan mengungkapkan perasaan secara verbal yang ditandai dengan klien dapat mengidentifikasi dan menyampaikan emosi yang dirasakan.
4. Peningkatan kemampuan klien dalam menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengatasi stres yang ditandai dengan klien mampu menggunakan teknik relaksasi atau teknik lain untuk mengelola emosinya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Ciptakan lingkungan yang aman dan terapeutik
- Memastikan ruangan bebas dari benda-benda yang dapat membahayakan
- Mempertahankan rasio perawat-klien yang memadai
- Menjaga privasi dan kerahasiaan klien
2. Kaji faktor penyebab perilaku kekerasan
- Menggali riwayat kesehatan mental klien
- Mengidentifikasi pemicu atau stresor yang menyebabkan perilaku kekerasan
3. Lakukan intervensi untuk mengendalikan perilaku kekerasan
- Memberikan intervensi farmakologis sesuai indikasi (misalnya obat antipsikotik)
- Mengajarkan teknik relaksasi (napas dalam, distraksi, imagery)
- Memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan secara verbal
- Membantu klien mengidentifikasi dan menggunakan strategi koping yang efektif
4. Libatkan keluarga dalam asuhan keperawatan
- Memberikan edukasi kepada keluarga terkait kondisi klien dan peran keluarga
- Memfasilitasi keterlibatan keluarga dalam proses perawatan
5. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan
- Memantau perkembangan klien secara berkala
- Melakukan penyesuaian intervensi berdasarkan respon klien
Dengan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada klien, diharapkan kondisi remaja putri dengan perilaku kekerasan dapat membaik dan klien dapat mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 18424 | 11 Jun 2025
Klinis : Seorang remaja putri ngamuk dan membanting barang. Sebutkan diagnosa Icd, sdki, slki, siki, pemeriksaan penunjang
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis, dan kode ICD-9-CM procedure/tindakan medis jika ada, untuk kondisi seorang remaja putri yang ngamuk dan membanting barang, serta memberikan penjelasan detail dengan poin-poin.
1. Kode ICD-10:
- Kode: F91.8
- Deskripsi: Gangguan perilaku tidak terklasifikasi secara lain (Oppositional defiant disorder)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.62
- Deskripsi: Pemberian obat antipsikotik, tidak spesifik
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, kode ICD-10 yang sesuai adalah F91.8 (Gangguan perilaku tidak terklasifikasi secara lain). Kondisi ini dikenal sebagai Oppositional Defiant Disorder (ODD), yang merupakan gangguan perilaku ditandai dengan perilaku pembangkangan, permusuhan, dan penentangan terhadap otoritas.
Gejala-gejala yang mungkin muncul pada pasien ini antara lain:
- Perilaku ngamuk dan membanting barang
- Permusuhan dan penentangan terhadap orang tua atau figur otoritas lainnya
- Perilaku yang sering marah, mudah tersinggung, dan tidak kooperatif
Terkait dengan tindakan medis, jika diperlukan, kode ICD-9-CM yang sesuai adalah 94.62 (Pemberian obat antipsikotik, tidak spesifik). Obat antipsikotik mungkin diindikasikan untuk membantu mengelola gejala-gejala yang muncul dan menstabilkan kondisi pasien.
Pemeriksaan penunjang yang mungkin diperlukan untuk mengevaluasi kondisi pasien ini antara lain:
- Pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan tanda-tanda vital
- Anamnesis riwayat kesehatan dan riwayat perkembangan
- Pemeriksaan psikologis, termasuk tes kepribadian dan tes kognitif
- Pemeriksaan laboratorium darah, jika diperlukan untuk menyingkirkan penyebab medis lainnya
Selain itu, pasien mungkin membutuhkan intervensi psikologis, seperti konseling atau terapi perilaku, untuk membantu mengelola gejala-gejala dan meningkatkan kemampuan adaptasi.