Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20113 | 27 Jul 2025
Klinis : Mengeluh sesak nafas sejak kemarin, dada sakit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi mengeluh sesak nafas sejak kemarin dengan dada sakit:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Penurunan Jalan Napas Perifer" (SDKI, 2017). Kondisi ini ditandai dengan keluhan sesak nafas dan rasa sakit pada dada yang dirasakan oleh pasien. Penurunan Jalan Napas Perifer didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mempertahankan jalan napas yang efektif, yang disebabkan oleh obstruksi atau hambatan pada saluran napas di luar trakea dan bronkus, yang mengakibatkan peningkatan usaha untuk bernapas.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif: Pasien dapat menunjukkan pola napas yang teratur, irama yang stabil, dan frekuensi pernapasan yang dalam batas normal.
2. Bebas dari Gejala Pernapasan: Pasien dapat bebas dari keluhan sesak napas dan rasa sakit di dada.
3. Toleransi Aktivitas Meningkat: Pasien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari tanpa mengalami sesak napas atau gejala pernapasan lainnya.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Melakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, seperti frekuensi pernapasan, saturasi oksigen, dan tekanan darah, untuk mengevaluasi kondisi pernapasan pasien.
2. Manajemen Jalan Napas: Melakukan tindakan untuk mempertahankan dan memfasilitasi jalan napas yang efektif, seperti memberikan oksigen, melakukan suction, dan mengatur posisi pasien.
3. Terapi Inhalasi: Memberikan terapi inhalasi, seperti nebulizer atau inhaler, untuk membantu membuka dan melebarkan saluran pernapasan.
4. Manajemen Nyeri: Mengelola rasa sakit di dada yang dialami pasien dengan pemberian analgesik atau terapi lainnya yang sesuai.
5. Edukasi dan Konseling: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi kesehatan, penggunaan alat bantu pernapasan, dan strategi pengelolaan gejala pernapasan.
6. Latihan Fisik: Memberikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien untuk meningkatkan toleransi aktivitas dan kekuatan otot pernapasan.
Melalui penerapan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu pasien mencapai perbaikan kondisi pernapasan, bebas dari gejala, dan meningkatkan toleransi aktivitas secara optimal. -
Article No. 20114 | 27 Jul 2025
Klinis : saturasi O2: 91% Gas darah arteri abnormal: PH: 7,355 PCO2: 41,2 mmHg, PO2: 63,1 mmHg, pola pernapasan abnormal, laju pernapasan 26 per menit.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J96.0
- Deskripsi: Insufisiensi pernapasan akut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.19
- Deskripsi: Pemantauan gas darah arteri, termasuk pengambilan sampel darah dan analisis
Penjelasan:
1. Kode ICD-10: J96.0 (Insufisiensi pernapasan akut)
- Pasien memiliki saturasi oksigen yang rendah (91%), yang menunjukkan adanya gangguan pertukaran gas.
- Hasil gas darah arteri menunjukkan ketidakseimbangan dalam kadar pH, PCO2, dan PO2, yang juga mengindikasikan insufisiensi pernapasan.
- Pola pernapasan yang abnormal dan laju pernapasan yang cepat (26 per menit) mendukung diagnosis insufisiensi pernapasan akut.
2. Kode ICD-9-CM Procedure: 99.19 (Pemantauan gas darah arteri)
- Prosedur ini mencakup pengambilan sampel darah arteri dan analisis untuk mengevaluasi status gas darah pasien.
- Hasil gas darah arteri yang abnormal menunjukkan perlunya dilakukan pemantauan gas darah arteri untuk menilai derajat insufisiensi pernapasan dan membantu dalam penatalaksanaan pasien.
Dalam kasus ini, pemantauan gas darah arteri merupakan prosedur yang diperlukan untuk mendiagnosis dan mengelola kondisi insufisiensi pernapasan akut pada pasien. -
Article No. 20115 | 27 Jul 2025
Klinis : Pasien pria, usia 56 tahun datang dengan keluhan sesak nafas memberat sejak sehari sebelum masuk rumah sakit. Sesak nafas dirasakan terus menerus. Sesak berkurang dengan posisi duduk bertambah dengan posisi tidur terlentang atau aktivitas berat. Sesak membuat pasien dirawat inap di Rumah sakit sebelumnya kurang lebih 10 hari, pulang 1 hari di rumah, namun karena keluhan sesak nafas masih dirasakan pasien dibawa oleh keluarga ke Rumah sakit saat ini. Sekarang dirasakan sesak sudah berkurang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah Ketidakefektifan Pola Napas (00032). Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami sesak napas yang memberat sejak sehari sebelum masuk rumah sakit. Sesak napas dirasakan terus-menerus, berkurang dengan posisi duduk dan bertambah dengan posisi tidur terlentang atau aktivitas berat. Hal ini menunjukkan adanya gangguan dalam pola napas yang tidak efektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perbaikan Pola Napas (0400)
- Kriteria Hasil:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas teratur
- Kedalaman napas efektif
- Tidak ada retraksi otot bantu napas
- Tidak ada penggunaan otot bantu napas
2. Toleransi Aktivitas (0005)
- Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih
- Tidak ada tanda-tanda intoleransi aktivitas (sesak napas, nyeri dada, hipotensi, dll.)
- Pasien mampu mempertahankan aktivitas fisik sesuai kemampuan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Respirasi (6680)
- Pantau frekuensi, kedalaman, dan irama napas
- Pantau penggunaan otot bantu napas
- Pantau tanda-tanda intoleransi aktivitas
2. Manajemen Jalan Napas (3140)
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Manajemen Energi (0180)
- Kaji tingkat aktivitas pasien dan toleransi terhadap aktivitas
- Atur jadwal aktivitas dan istirahat sesuai kemampuan pasien
- Ajarkan teknik konservasi energi pada pasien
4. Edukasi Kesehatan (5510)
- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyebab, tanda, dan gejala sesak napas
- Ajarkan manajemen napas dan teknik relaksasi
- Berikan informasi tentang gaya hidup yang mendukung perbaikan kondisi
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI Ketidakefektifan Pola Napas (00032) dipilih karena data menunjukkan adanya gangguan pada pola napas pasien, yakni sesak napas yang memberat, berkurang dengan posisi duduk, dan bertambah dengan posisi tidur terlentang atau aktivitas berat. Hal ini mengindikasikan ketidakefektifan pada pola napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) mencakup Perbaikan Pola Napas (0400) dan Toleransi Aktivitas (0005). Perbaikan Pola Napas bertujuan untuk memulihkan frekuensi, irama, dan kedalaman napas yang efektif, serta mengurangi penggunaan otot bantu napas. Toleransi Aktivitas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI) meliputi Pemantauan Respirasi untuk memantau tanda-tanda vital napas, Manajemen Jalan Napas untuk memaksimalkan ventilasi, Manajemen Energi untuk mengatur aktivitas dan istirahat pasien, serta Edukasi Kesehatan untuk memberikan informasi dan edukasi terkait kondisi pasien dan manajemen diri yang tepat.
Penerapan intervensi-intervensi ini secara komprehensif diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu perbaikan pola napas yang efektif dan peningkatan toleransi aktivitas pasien. -
Article No. 20116 | 27 Jul 2025
Klinis : - Tampak kemerahan sekirat pada anus dan selangkangan - Adanya ruam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan: Dermatitis Kontak
Definisi: Peradangan pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan zat kimia, bahan iritan, atau alergen.
Karakteristik Utama:
1. Tampak kemerahan sekitar anus dan selangkangan
2. Adanya ruam
Faktor Berhubungan:
1. Iritasi kulit akibat kontak dengan zat-zat irritan
2. Reaksi alergi terhadap bahan tertentu
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit: Lesi Teratasi
- Kriteria Hasil:
a. Tidak ada tanda-tanda peradangan (kemerahan, bengkak, atau rasa panas)
b. Kulit kembali normal tanpa ada lesi
c. Kulit menunjukkan penyembuhan
2. Kenyamanan: Bebas Rasa Tidak Nyaman
- Kriteria Hasil:
a. Pasien melaporkan hilangnya rasa gatal, perih, atau terbakar pada kulit
b. Pasien menunjukkan ekspresi wajah yang rileks
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Kulit
- Identifikasi penyebab iritasi atau alergi
- Hindari kontak dengan zat-zat iritan atau alergen
- Terapkan perawatan kulit yang lembut dan hidrasi
- Berikan kompres dingin untuk mengurangi peradangan
- Berikan obat topikal sesuai resep untuk mengatasi gejala
2. Manajemen Rasa Tidak Nyaman
- Identifikasi penyebab rasa tidak nyaman (gatal, perih, terbakar)
- Terapkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi rasa tidak nyaman
- Berikan analgesik atau antipruritus sesuai resep untuk mengatasi gejala
- Edukasi pasien tentang strategi manajemen rasa tidak nyaman
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan Dermatitis Kontak didasarkan pada gejala klinis yang tampak, yaitu kemerahan di sekitar anus dan selangkangan serta adanya ruam. Hal ini mengindikasikan adanya peradangan kulit yang disebabkan oleh kontak dengan zat-zat iritan atau alergen.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan mencakup penyembuhan lesi pada kulit (Integritas Kulit: Lesi Teratasi) dan hilangnya rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh pasien (Kenyamanan: Bebas Rasa Tidak Nyaman). Kriteria hasil yang ditetapkan pada masing-masing luaran membantu mengevaluasi keberhasilan intervensi keperawatan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Kulit untuk mengatasi penyebab iritasi atau alergi serta Manajemen Rasa Tidak Nyaman untuk mengurangi gejala yang dirasakan oleh pasien. Tindakan-tindakan tersebut, seperti identifikasi penyebab, pencegahan paparan, perawatan kulit, kompres dingin, pemberian obat topikal, teknik relaksasi, dan pemberian analgesik, bertujuan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Melalui pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan asuhan keperawatan dapat membantu mengatasi kondisi dermatitis kontak yang dialami, sehingga integritas kulit dapat pulih dan pasien bebas dari rasa tidak nyaman. -
Article No. 20117 | 27 Jul 2025
Klinis : - Tampak kemerahan sekirat pada anus dan selangkangan - Adanya ruam
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L30.9
- Deskripsi: Dermatitis, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.3
- Deskripsi: Biopsi kulit
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 L30.9 (Dermatitis, tidak diklasifikasikan di tempat lain) dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi kulit yang ditandai dengan kemerahan dan ruam di area anus dan selangkangan. Kode ini digunakan untuk kondisi dermatitis yang tidak dapat diklasifikasikan secara spesifik ke dalam kategori lain.
2. Jika diperlukan, kode ICD-9-CM 86.3 (Biopsi kulit) dapat digunakan untuk prosedur pengambilan sampel kulit untuk pemeriksaan lebih lanjut, guna membantu menegakkan diagnosis yang lebih spesifik.
Perlu diperhatikan bahwa diagnosis dan tindakan medis yang tepat harus ditentukan oleh dokter setelah melakukan pemeriksaan dan evaluasi lebih lanjut terhadap pasien. Kode-kode ini hanya merupakan panduan awal berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan. -
Article No. 20118 | 27 Jul 2025
Klinis : - Tampak kemerahan sekirat pada anus dan selangkangan - Adanya ruam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda berikan, dengan nada akademis dan sebagai seorang pakar keperawatan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Kulit (00004)
Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengganggu kesehatan.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00004
Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengganggu kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS-INF-01
Definisi: Tingkat kerentanan individu terhadap infeksi kulit yang dapat diterima.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP-INF-01
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi kulit.
Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu adanya tanda-tanda kemerahan di sekitar anus dan selangkangan serta adanya ruam, maka diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Risiko Infeksi Kulit. Hal ini dikarenakan kondisi tersebut menunjukkan adanya potensi infeksi pada kulit yang perlu mendapatkan perhatian dan intervensi keperawatan yang tepat. -
Article No. 20119 | 27 Jul 2025
Klinis : Keluarga pasien mengatakan pasien lemes, bicara pelo, muntah 1x, dan batuk
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosis Keperawatan: Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan yang memberikan oksigenasi yang adekuat.
Karakteristik Utama:
1. Perubahan frekuensi napas
2. Perubahan kedalaman napas
3. Penggunaan otot bantu pernapasan
4. Produksi sekret yang berlebihan
Faktor yang Berhubungan:
1. Gangguan neuromuskular
2. Gangguan mekanis
3. Kelelahan otot pernapasan
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Status Pernapasan: Tujuan yang diharapkan adalah Pola Napas Efektif, dengan kriteria hasil:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal
b. Irama napas teratur
c. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
d. Tidak ada kelelahan otot pernapasan
e. Tidak ada produksi sekret yang berlebihan
2. Pertukaran Gas: Tujuan yang diharapkan adalah Pertukaran Gas Adekuat, dengan kriteria hasil:
a. Kadar oksigen (O2) darah dalam rentang normal
b. Kadar karbon dioksida (CO2) darah dalam rentang normal
c. Tidak ada tanda-tanda hipoksemia
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Pernapasan
a. Pantau frekuensi, irama, kedalaman, dan usaha napas pasien
b. Pantau tanda-tanda pernapasan yang tidak efektif, seperti penggunaan otot bantu pernapasan
c. Pantau produksi sekret saluran napas
2. Manajemen Jalan Napas
a. Posisikan pasien untuk memfasilitasi ventilasi yang optimal
b. Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam
c. Lakukan suction jika diperlukan untuk mengeluarkan sekret
3. Terapi Oksigen
a. Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
b. Pantau saturasi oksigen dan tanda-tanda hipoksemia
4. Manajemen Kelelahan
a. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan otot pernapasan
b. Lakukan intervensi untuk mengurangi kelelahan, seperti pengaturan aktivitas dan istirahat
Penjelasan:
Diagnosis Keperawatan "Ketidakefektifan Pola Napas" dipilih karena gejala yang dialami pasien, yaitu lemas, bicara pelo, dan batuk, menunjukkan adanya gangguan pada pola napas pasien. Luaran yang diharapkan adalah Pola Napas Efektif dan Pertukaran Gas Adekuat, yang akan dicapai melalui intervensi keperawatan seperti pemantauan pernapasan, manajemen jalan napas, terapi oksigen, dan manajemen kelelahan. Tujuan akhirnya adalah untuk memastikan pasien dapat mempertahankan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat. -
Article No. 20120 | 27 Jul 2025
Klinis : Keluarga pasien mengatakan pasien lemah anggota gerak kanan, bicara pelo, muntah 1x, dan batuk
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda kemukakan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan gejala yang dijelaskan, yaitu kelemahan anggota gerak kanan, bicara pelo, muntah, dan batuk, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kekuatan Otot Akibat Cedera Serebrovaskular
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat:
1. Mempertahankan rentang gerak sendi dalam batas normal
2. Mempertahankan kekuatan otot dalam batas normal
3. Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri
4. Menunjukkan tidak ada komplikasi akibat imobilitas
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Manajemen Aktivitas
- Lakukan mobilisasi dini dan aktivitas sesuai toleransi pasien
- Berikan latihan fisik untuk meningkatkan kekuatan otot dan rentang gerak
- Ajarkan pasien dan keluarga latihan mandiri di rumah
2. Manajemen Nyeri
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri
- Berikan analgetik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
3. Perawatan Luka
- Lakukan perawatan luka pada area yang terkena cedera
- Monitor tanda-tanda infeksi dan komplikasi lainnya
4. Edukasi Kesehatan
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai penyebab, prognosis, dan perawatan yang diperlukan
- Ajarkan strategi untuk mencegah komplikasi akibat imobilitas
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kekuatan Otot Akibat Cedera Serebrovaskular
- Gejala kelemahan anggota gerak kanan, bicara pelo, muntah, dan batuk mengarah pada kemungkinan adanya cedera serebrovaskular, seperti stroke.
- Cedera serebrovaskular dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot dan gangguan mobilitas fisik.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI)
- Mempertahankan rentang gerak sendi dan kekuatan otot dalam batas normal bertujuan untuk mencegah kontraktur dan komplikasi lainnya.
- Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai agar pasien dapat mandiri dalam perawatan diri.
- Menunjukkan tidak ada komplikasi akibat imobilitas, seperti dekubitus, pneumonia, dan Deep Vein Thrombosis (DVT), merupakan indikator keberhasilan asuhan keperawatan.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI)
- Manajemen Aktivitas: Mobilisasi dini dan latihan fisik bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kekuatan otot serta rentang gerak.
- Manajemen Nyeri: Pengelolaan nyeri diperlukan untuk memfasilitasi proses rehabilitasi dan mobilisasi.
- Perawatan Luka: Perawatan luka pada area yang terkena cedera untuk mencegah komplikasi.
- Edukasi Kesehatan: Edukasi pasien dan keluarga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan partisipasi dalam proses pemulihan.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan ditanyakan.
Wassalamualaikum. -
Article No. 20121 | 27 Jul 2025
Klinis : Keluarga pasien mengatakan pasien lemah anggota gerak kanan, bicara pelo, muntah 1x, dan batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik (kode 00085)
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00085
- Definisi: Keterbatasan yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot yang mempengaruhi gerakan fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00135
- Definisi: Keadaan individu yang menunjukkan kemampuan untuk melakukan gerakan tubuh secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10018
- Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan kemampuan gerak fisik individu.
2. Gangguan Komunikasi Verbal (kode 00051)
Definisi: Keterbatasan dalam penggunaan atau pemahaman simbol lisan.
SDKI:
- Kode: 00051
- Definisi: Keterbatasan dalam penggunaan atau pemahaman simbol-simbol lisan.
SLKI:
- Kode: 00121
- Definisi: Keadaan individu yang menunjukkan kemampuan untuk bertukar informasi secara lisan.
SIKI:
- Kode: 10005
- Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memfasilitasi komunikasi lisan.
3. Mual (kode 00134)
Definisi: Perasaan tidak nyaman di daerah perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
SDKI:
- Kode: 00134
- Definisi: Perasaan tidak nyaman di daerah perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah.
SLKI:
- Kode: 00090
- Definisi: Keadaan individu yang menunjukkan tidak adanya atau berkurangnya rasa mual.
SIKI:
- Kode: 10090
- Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau mencegah mual.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 20122 | 27 Jul 2025
Klinis : pasien mengatakan nyeri perut, mual muntah, lemas trombosit 589.000 monosit 36,6 kalium 33,38 klorida 98,74 ion kalsium 1,04
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu nyeri perut, mual muntah, lemas, serta hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan trombositosis, peningkatan monosit, hiperkalemia, dan hipokalsemia, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R10.4
- Deskripsi: Nyeri perut, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.01
- Deskripsi: Gastrostomi, endoskopik percutaneous
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R10.4 (Nyeri perut, tidak diklasifikasikan di tempat lain) dipilih karena pasien mengeluhkan nyeri perut, yang merupakan gejala umum dan tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori yang lebih spesifik berdasarkan informasi yang diberikan.
2. Kode ICD-9-CM 45.01 (Gastrostomi, endoskopik percutaneous) dapat dipertimbangkan jika diperlukan tindakan medis untuk mengatasi gejala mual dan muntah yang dialami oleh pasien. Prosedur ini melibatkan pembentukan akses ke lambung melalui dinding abdomen secara endoskopik, yang dapat membantu mengatasi masalah terkait saluran cerna.
Perlu diperhatikan bahwa diagnosis dan tindakan yang tepat harus ditentukan oleh dokter berdasarkan evaluasi komprehensif terhadap kondisi pasien, termasuk pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, dan temuan klinis lainnya.