Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2110 | 12 Oct 2024
Klinis : Tn. ndra, ;; tahun datang ke <23 dengan keluhan berdebar . ‐ debar sejak 1 jam )ang lalu.Pasien memiliki ri/a)at merokok sejak remaja. 3ari pemeriksaan fisik didapatkan pasien komposmentis, tekanan darah 1;050 mm#g, nadi 1( kali5menit, akral hangat. =)eridada . ‐ ", sianosis . ‐ ".
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: I47.1
- Deskripsi: Supraventricular tachycardia
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada tindakan medis yang disebutkan dalam kasus ini.
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Tn. Indra, usia <23 tahun, datang dengan keluhan berdebar-debar sejak 1 jam yang lalu. Pasien memiliki riwayat merokok sejak remaja. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan pasien komposmentis, tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 110 kali/menit, akral hangat, dan tidak ditemukan sianosis.
Dari gejala yang disampaikan, diagnosis yang paling sesuai adalah Supraventricular tachycardia (SVT), yang tercakup dalam kode ICD-10 I47.1. SVT adalah jenis aritmia jantung yang ditandai dengan denyut jantung yang cepat, berasal dari bagian atas jantung (atrium) dan dapat menyebabkan sensasi berdebar-debar.
Dalam kasus ini, tidak disebutkan adanya tindakan medis yang dilakukan, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM yang perlu dicantumkan. -
Article No. 2111 | 12 Oct 2024
Klinis : -eorang anak laki . ‐ laki berusia tahun diba/a ke dokter karena timbul rambut disekitar kemaluann)a, jera/at, dan suaran)a pecah. Pemeriksaan laboratoriummenunjukkan peningkatan kadar # dan -#.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi yang dialami oleh anak laki-laki berusia 13 tahun tersebut dapat didiagnosis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E34.5
- Deskripsi: Pubertas praecox (dini)
Penjelasan:
- Pubertas praecox (dini) adalah kondisi di mana tanda-tanda seksual sekunder muncul lebih awal dari usia yang normal, biasanya sebelum usia 8-9 tahun pada anak perempuan dan sebelum usia 9-10 tahun pada anak laki-laki.
- Gejala yang dialami oleh pasien, seperti timbulnya rambut di sekitar alat kelamin dan suara yang pecah, menunjukkan adanya tanda-tanda pubertas yang terjadi lebih awal dari usia yang biasanya.
- Pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan peningkatan kadar hormon dapat memperkuat diagnosis.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk tindakan medis pada kondisi ini.
- Deskripsi: Pada kasus ini, penanganan utama mungkin berupa evaluasi dan pemantauan perkembangan pubertas pasien, serta pemberian terapi hormonal atau intervensi medis lainnya jika diperlukan.
Dalam menangani kondisi ini, dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh, menentukan penyebab dan mencari solusi terbaik untuk mengatasi masalah pubertas dini pada pasien, dengan mempertimbangkan usia, kondisi kesehatan, dan faktor-faktor lainnya yang memengaruhi. -
Article No. 2113 | 12 Oct 2024
Klinis : Pasien berusia 65 tahun, memiliki riwayat merokok selama 35 tahun. Datang ke UGD dengan gejala batuk terus menerus, sputum (+) warna kuning, sesak nafas sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan sering terbangun pada malam hari, pasien mengatakan sesak berkurang jika tidur dengan 3 bantal sebagai sandaran, pagi ini pasien demam diukur oleh istrinya suhu 38,7°C. Istri pasien mengatakan BB turun 5kg sejak 2 bulan yang lalu, BB saat ini 55, TB 173 cm. Saat pemeriksaan fisik didapatkan data hasil pemeriksaan fisik: TD: 150/95 mmHg, S: 36,2°C, N: 95x/mnt, RR: 25x/mnt, Spo2: 93%, terpasang O2 4 lpm, auskultasi paru terdengar mengi, pada ro thorax didapatkan adanya hiperinflasi paru, GDS awal di IGD: 355 mg/dL. Terapi salbutamol 2x4mg (po), terapi inhalasi 3x/hari, dan Levofloxacin 1x500 mg (po).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, bronkospasme, dan penyempitan jalan nafas.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan nafas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Nafas Efektif, yang ditandai dengan pasien dapat mengontrol produksi sekret, tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan nafas, dan dapat mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Manajemen Jalan Nafas: Mengatur posisi tidur pasien, memberikan oksigen, memantau status pernapasan, dan melakukan suction bila diperlukan.
- Manajemen Hiperventilasi: Mengatur pola napas pasien, menggunakan alat bantu napas, dan memberikan edukasi tentang teknik pernapasan.
- Manajemen Bronkospasme: Memberikan bronkodilator, mempertahankan kelembaban jalan nafas, dan mengatur posisi tidur pasien.
Dengan intervensi yang tepat, diharapkan dapat meningkatkan bersihan jalan nafas pasien dan mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang dialami. -
Article No. 2114 | 12 Oct 2024
Klinis : Pasien berusia 65 tahun, memiliki riwayat merokok selama 35 tahun. Datang ke UGD dengan gejala batuk terus menerus, sputum (+) warna kuning, sesak nafas sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan sering terbangun pada malam hari, pasien mengatakan sesak berkurang jika tidur dengan 3 bantal sebagai sandaran, pagi ini pasien demam diukur oleh istrinya suhu 38,7°C. Istri pasien mengatakan BB turun 5kg sejak 2 bulan yang lalu, BB saat ini 55, TB 173 cm. Saat pemeriksaan fisik didapatkan data hasil pemeriksaan fisik: TD: 150/95 mmHg, S: 36,2°C, N: 95x/mnt, RR: 25x/mnt, Spo2: 93%, terpasang O2 4 lpm, auskultasi paru terdengar mengi, pada ro thorax didapatkan adanya hiperinflasi paru, GDS awal di IGD: 355 mg/dL. Terapi salbutamol 2x4mg (po), terapi inhalasi 3x/hari, dan Levofloxacin 1x500 mg (po).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi, infeksi saluran napas, dan pembatasan ekspansi paru ditandai dengan sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan suara napas abnormal (mengi).
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keterbatasan kapasitas fungsional, dan perubahan pernapasan ditandai dengan kelelahan dan sesak saat beraktivitas.
3. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi saluran napas ditandai dengan demam.
4. Risiko Malnutrisi berhubungan dengan penurunan berat badan, asupan nutrisi tidak adekuat, dan stres akibat penyakit kronis.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar yang memuat definisi, faktor yang berhubungan, karakteristik/tanda gejala, dan batasan karakteristik dari setiap diagnosa keperawatan. Berfungsi untuk menyamakan persepsi dan mempermudah pendokumentasian asuhan keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar yang memuat definisi, kriteria hasil, dan tingkat pencapaian luaran keperawatan. Berfungsi untuk mengevaluasi keberhasilan intervensi keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar yang memuat definisi, tujuan, aktivitas, dan kriteria hasil dari setiap intervensi keperawatan. Berfungsi untuk menstandarisasi intervensi keperawatan yang diberikan.
Standar-standar ini dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas. -
Article No. 2115 | 12 Oct 2024
Klinis : Pasien gatal gatal di seluruh tubuh, alergi sabun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi pasien yang mengalami gatal-gatal di seluruh tubuh dengan alergi sabun.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas (SDKI)
Penjelasan:
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin secara mandiri. Dalam kasus ini, gatal-gatal di seluruh tubuh dan alergi sabun dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Gejala: Mengidentifikasi dan mengelola gejala yang dialami pasien, seperti gatal-gatal, untuk meningkatkan kenyamanan.
2. Manajemen Alergi: Mengidentifikasi dan mengelola penyebab alergi, seperti sabun, untuk mencegah atau mengurangi reaksi alergi.
3. Peningkatan Aktivitas: Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Gejala:
- Identifikasi gejala gatal-gatal
- Berikan intervensi untuk mengurangi gejala, seperti pemberian obat anti-alergi
- Anjurkan pasien untuk menghindari faktor pemicu gatal-gatal
2. Manajemen Alergi:
- Identifikasi penyebab alergi, seperti sabun
- Berikan edukasi tentang penyebab dan pencegahan alergi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan alergi
3. Peningkatan Aktivitas:
- Identifikasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas
- Kembangkan rencana aktivitas yang disesuaikan dengan kondisi pasien
- Berikan bantuan dan bimbingan dalam melakukan aktivitas secara bertahap
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat juga perlu memperhatikan aspek akademis dan berperan sebagai pakar untuk memastikan intervensi yang diberikan tepat dan efektif. -
Article No. 2116 | 12 Oct 2024
Klinis : D.0116 Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi D.0116 Manajemen Kesehatan Tidak Efektif. Pendekatan yang saya gunakan adalah akademis dan persona saya sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
D.0116 Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
Definisi:
Kondisi di mana individu menunjukkan ketidakmampuan dalam mengidentifikasi, mengelola, dan mempertahankan sumber daya yang dibutuhkan untuk memelihara kesehatan yang optimal.
Faktor Risiko:
- Kurang pengetahuan tentang kesehatan dan manajemen kesehatan
- Hambatan finansial atau ekonomi
- Kurangnya dukungan sosial
- Kondisi kronis atau kompleks
- Gangguan kognitif atau mental
Gejala dan Tanda:
- Kesulitan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan
- Ketidakmampuan mengakses perawatan kesehatan yang dibutuhkan
- Ketidakmampuan mengelola obat-obatan atau perawatan medis
- Ketidakmampuan mengadaptasi gaya hidup yang sehat
- Ketidakpatuhan terhadap regimen pengobatan atau perawatan
Standar Diagnosis, Intervensi, dan Hasil Keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI):
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi diagnosis keperawatan
- Faktor risiko
- Gejala dan tanda
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan, seperti peningkatan pengetahuan, kemampuan, dan kemandirian pasien dalam mengelola kesehatan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti edukasi kesehatan, fasilitasi akses layanan kesehatan, dan pemberian dukungan sosial
Dengan memahami standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, komprehensif, dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 2117 | 12 Oct 2024
Klinis : peningkatan pengetahuan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Kurang Pengetahuan
Penjelasan singkat:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Kurang Pengetahuan didefinisikan sebagai kekurangan atau keterbatasan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya paparan, kurang memahami informasi, atau ketidakmampuan mengingat informasi.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa Kurang Pengetahuan adalah peningkatan pengetahuan pasien atau keluarga terkait dengan topik yang diperlukan untuk membuat keputusan dan tindakan yang tepat dalam mengelola kondisi kesehatannya.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Kurang Pengetahuan antara lain:
1. Asesmen pengetahuan: mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien/keluarga saat ini.
2. Peningkatan pengetahuan: memberikan informasi, edukasi, dan bahan ajar yang sesuai.
3. Bimbingan pengambilan keputusan: membantu pasien/keluarga mengambil keputusan yang tepat terkait pengelolaan kondisi.
4. Evaluasi dan tindak lanjut: menilai efektivitas intervensi dan memberikan umpan balik.
Sebagai seorang perawat, saya akan memastikan pasien/keluarga memiliki pemahaman yang cukup terkait kondisi kesehatannya sehingga dapat berpartisipasi secara aktif dalam perawatan dan pengambilan keputusan yang tepat. -
Article No. 2118 | 12 Oct 2024
Klinis : Seorang pria berusia 31 tahun dirujuk ke klinik otologi kami dengan keluhan tinnitus di telinga kanan, rasa penuh di telinga kanan (aural fullness), dan vertigo berulang selama 2 bulan setelah kecelakaan mobil. Pasien tidak memiliki keluhan lain seperti otalgia (nyeri telinga) atau kelemahan wajah. Kedua membran timpani dalam keadaan normal. Pendengaran pasien normal pada hari pertama masuk, namun pada hari kedua setelah masuk, tes audiometri nada murni menunjukkan penurunan ambang 25 dB pada frekuensi rendah di sisi kanan. Pendengaran di sisi kanan pasien menunjukkan pola yang berfluktuasi dan pasien melaporkan vertigo berulang setelah memburuknya rasa penuh di telinga—gejala yang mengarah pada hidrops endolimfatik. CT scan resolusi tinggi tulang temporal dan MRI otak tidak menunjukkan adanya lesi atau kelainan spesifik. Hasil tes kalori, electrococleografia, dan tes potensi miogenik vestibular (vestibular evoked myogenic potential) normal, dan video nistagmografi menunjukkan nistagmus ke kiri pada semua posisi. Pasien didiagnosis dengan PTMD dan kami memulai pengobatan dengan diuretik, terapi steroid sistemik/intratimpani, dan penekan vestibular. Setelah 4 bulan pengobatan medis, pasien mengalami tinitus yang menetap, gangguan pendengaran sensorineural kanan yang berfluktuasi, serta vertigo berulang yang parah dengan nistagmus ke kiri.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini dapat didiagnosis dengan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan pendengaran sensorineural berhubungan dengan hidrops endolimfatik, ditandai dengan penurunan ambang dengar 25 dB pada frekuensi rendah di telinga kanan.
2. Gangguan keseimbangan berhubungan dengan hidrops endolimfatik, ditandai dengan vertigo berulang dan nistagmus ke kiri.
3. Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan hidrops endolimfatik, ditandai dengan tinnitus menetap di telinga kanan.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan pola respons manusia yang terganggu, yang teridentifikasi dari data pengkajian.
- Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah keperawatan, penyebab, dan gejala/tanda.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- SLKI merupakan standar hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SLKI membantu perawat dalam menetapkan tujuan asuhan keperawatan yang terukur dan dapat dicapai.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- SIKI merupakan standar tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
- SIKI memberikan panduan bagi perawat dalam menentukan intervensi yang sesuai untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
Dalam kasus ini, perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan luaran yang diharapkan, dan menentukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengelola kondisi pasien dengan hidrops endolimfatik. -
Article No. 2119 | 12 Oct 2024
Klinis : pola napas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat Siang. Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pola napas tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Nafas Tidak Efektif
Definisi:
Pola Nafas Tidak Efektif adalah keadaan di mana individu mengalami perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang dapat mengganggu ventilasi dan oksigenasi.
Penyebab:
1. Obstruksi jalan napas
2. Kelemahan otot pernapasan
3. Kecemasan atau stres
4. Penyakit paru-paru atau kardiovaskular
Gejala:
1. Perubahan frekuensi napas (bradipnea atau takipnea)
2. Perubahan kedalaman napas (hipopnea atau hiperventilasi)
3. Perubahan irama napas (apnea, Cheyne-Stokes, atau Kussmaul)
4. Sianosis
5. Kelelahan
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00032
Domain: Aktivitas/Istirahat
Kelas: Pergerakan dan Koordinasi
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 0301
Judul: Ventilasi Paru-paru Efektif
Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan pertukaran gas yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 0301
Judul: Manajemen Jalan Napas
Definisi: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan jalan napas tetap terbuka dan memfasilitasi ventilasi yang adekuat.
Terima kasih atas perhatiannya. Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya. Wassalamualaikum. -
Article No. 2120 | 12 Oct 2024
Klinis : pola napas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pola napas tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang dapat menyebabkan pertukaran gas tidak optimal. Karakteristik definisi ini mencakup pernapasan dangkal, takipnea, bradipnea, atau penggunaan otot-otot bantu pernapasan yang berlebihan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan utama dari intervensi keperawatan pada pasien dengan Pola Napas Tidak Efektif adalah untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat dan meningkatkan pola napas yang efektif. Luaran yang diharapkan dapat dicapai antara lain: Frekuensi napas dalam rentang normal, irama napas teratur, dan tidak ada tanda-tanda pernapasan yang tidak efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan Pola Napas Tidak Efektif antara lain: Pemantauan tanda-tanda vital, Pemberian oksigen, Pengaturan posisi, Latihan pernapasan, Edukasi pasien dan keluarga, serta Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lebih lanjut.
Dalam menerapkan rencana asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara menyeluruh dan melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan.