Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2314 | 15 Oct 2024
Klinis : Seorang siswa laki-laki di MTs sebut saja namanya R, usia 16 tahun dan memiliki keluhan sulit bicara atau celat karena memiliki lidah terlalu pendek hingga terlalu masuk ke pangkal tenggorokan yang membuatnya kurang percaya diri dan relatif enggan jika berkomunikasi dan bersosialisasi pada orang baru terkecuali dalam ruang lingkup orang yang betul - betul mengenalnya, sehingga R berpikir tidak akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang SLTA karena takut menjadi bahan ejekan orang lain. R adalah laki-laki usia 16 tahun, anak kedua dari 5 bersaudara, R memiliki tinggi badan kurang lebih 160 cm dengan berat badan 55 kg dan terlihat agak kurus. R memiliki kulit hitam manis dan memiliki bentuk muka agak petak serta gigi gingsul. Dalam lingkup pertemanannya di sekolah, R dapat bergaul dengan teman - temannya akan tetapi sesekali diejek cara bicaranya dan respon R hanya diam dan tersenyum terpaksa. R jarang menampakkan kesedihannya. R terlihat berpenampilan tidak begitu rapi dikarenakan masih banyak teman-teman R yang berseragam rapi di sekolah tersebut selain beliau. R juga sering berjalan dengan pandangan ke arah bawah. Ketika pertama kali melakukan pemeriksaan secara langsung, pemeriksa mengajak duduk bersama di teras rumah, R tampak tersenyum sembari ikut duduk disamping pemeriksa, R menjawab apa yang ditanyakan dengan seadanya dengan suaranya yang pelan dalam menjawab setiap pertanyaan dengan sedikit tertawa agar pembicaraan tidak terkesan seperti serius. R saat menceritakan tentang dirinya terkadang malu dan gugup disebabkan jarang bercerita masalah serius terlebih dengan orang lain.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang dapat diberikan adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K14.0
- Deskripsi: Ankiloglosia (lidah terlalu pendek)
Pada kasus ini, R memiliki keluhan sulit bicara atau celat karena memiliki lidah yang terlalu pendek hingga terlalu masuk ke pangkal tenggorokan. Hal ini sesuai dengan diagnosis Ankiloglosia (K14.0) dalam klasifikasi ICD-10.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 25.91
- Deskripsi: Frenuloplasti (perbaikan frenulum lidah)
Jika diperlukan, tindakan medis yang dapat dilakukan adalah Frenuloplasti (25.91) untuk memperbaiki frenulum lidah yang terlalu pendek pada R. Prosedur ini dapat membantu memperbaiki fungsi berbicara dan meningkatkan rasa percaya diri R.
Penjelasan tambahan:
- Ankiloglosia (K14.0) merupakan kondisi dimana frenulum lidah terlalu pendek, sehingga membatasi pergerakan dan mobilitas lidah. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara, menelan, dan menjadi tidak percaya diri.
- Frenuloplasti (25.91) adalah prosedur pembedahan untuk memperpanjang atau membebaskan frenulum lidah yang terlalu pendek. Tindakan ini dapat membantu meningkatkan fungsi lidah dan kemampuan berbicara.
- Dengan penanganan yang tepat, seperti tindakan frenuloplasti, diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan berbicara R serta meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. -
Article No. 2315 | 15 Oct 2024
Klinis : Seorang siswa laki-laki di MTs sebut saja namanya R, usia 16 tahun dan memiliki keluhan sulit bicara atau celat karena memiliki lidah terlalu pendek hingga terlalu masuk ke pangkal tenggorokan yang membuatnya kurang percaya diri dan relatif enggan jika berkomunikasi dan bersosialisasi pada orang baru terkecuali dalam ruang lingkup orang yang betul - betul mengenalnya, sehingga R berpikir tidak akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang SLTA karena takut menjadi bahan ejekan orang lain. R adalah laki-laki usia 16 tahun, anak kedua dari 5 bersaudara, R memiliki tinggi badan kurang lebih 160 cm dengan berat badan 55 kg dan terlihat agak kurus. R memiliki kulit hitam manis dan memiliki bentuk muka agak petak serta gigi gingsul. Dalam lingkup pertemanannya di sekolah, R dapat bergaul dengan teman - temannya akan tetapi sesekali diejek cara bicaranya dan respon R hanya diam dan tersenyum terpaksa. R jarang menampakkan kesedihannya. R terlihat berpenampilan tidak begitu rapi dikarenakan masih banyak teman-teman R yang berseragam rapi di sekolah tersebut selain beliau. R juga sering berjalan dengan pandangan ke arah bawah. Ketika pertama kali melakukan pemeriksaan secara langsung, pemeriksa mengajak duduk bersama di teras rumah, R tampak tersenyum sembari ikut duduk disamping pemeriksa, R menjawab apa yang ditanyakan dengan seadanya dengan suaranya yang pelan dalam menjawab setiap pertanyaan dengan sedikit tertawa agar pembicaraan tidak terkesan seperti serius. R saat menceritakan tentang dirinya terkadang malu dan gugup disebabkan jarang bercerita masalah serius terlebih dengan orang lain.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang dialami oleh R:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan keterbatasan fungsi lidah.
2. Harga Diri Rendah situasional berhubungan dengan persepsi negatif terhadap kondisi fisik.
3. Ketakutan berhubungan dengan kekhawatiran akan reaksi orang lain.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan keterbatasan fungsi lidah.
- SDKI: Kemampuan untuk mengekspresikan dan menerima informasi verbal yang terbatas.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi komunikasi verbal yang efektif.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan kemampuan komunikasi verbal.
2. Harga Diri Rendah situasional berhubungan dengan persepsi negatif terhadap kondisi fisik.
- SDKI: Penilaian negatif terhadap diri sendiri yang disebabkan oleh kondisi fisik.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk meningkatkan penerimaan diri dan harga diri.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk membantu klien mengembangkan penerimaan diri dan harga diri.
3. Ketakutan berhubungan dengan kekhawatiran akan reaksi orang lain.
- SDKI: Rasa takut yang disebabkan oleh persepsi negatif terhadap reaksi orang lain.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi ketakutan dan meningkatkan kepercayaan diri.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk membantu klien mengatasi ketakutan dan meningkatkan kepercayaan diri.
Dalam penanganan kasus R, perawat dapat menggunakan pendekatan yang berfokus pada peningkatan komunikasi verbal, harga diri, dan kepercayaan diri. Intervensi dapat mencakup terapi wicara, konseling, dan pemberian dukungan sosial agar R dapat memiliki keberanian untuk melanjutkan pendidikan dan bersosialisasi dengan lebih baik. -
Article No. 2316 | 15 Oct 2024
Klinis : Pasien mengatakan gatal dsn kulit kering mengelupas. Klien juga mengatakan pusing mual dan sulit tidur. Pasien dengan diagnosa dermatitis exfoliativa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosа keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Integritas Kulit (SDKI)
- Definisi: Kerusakan epidermis, dermis, atau struktur kulit lainnya.
- Penyebab: Dermatitis eksfoliatif.
- Gejala: Kulit kering dan mengelupas, serta gatal.
2. Gangguan Pola Tidur (SDKI)
- Definisi: Perubahan kuantitas dan kualitas tidur yang menyebabkan gangguan kesejahteraan.
- Penyebab: Dermatitis eksfoliatif yang menyebabkan ketidaknyamanan dan kesulitan tidur.
- Gejala: Sulit tidur.
3. Mual (SDKI)
- Definisi: Sensasi tidak nyaman di epigastrium yang dapat mengarah pada muntah.
- Penyebab: Efek samping dari kondisi dermatitis eksfoliatif atau pengobatan.
- Gejala: Mual.
4. Nyeri Akut (SDKI)
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Penyebab: Dermatitis eksfoliatif yang menyebabkan ketidaknyamanan dan nyeri.
- Gejala: Pusing.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Integritas Kulit Membaik
- Pola Tidur Membaik
- Mengatasi Mual
- Nyeri Terkontrol
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Perawatan Kulit
- Manajemen Tidur
- Manajemen Mual
- Manajemen Nyeri
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu memperhatikan kondisi pasien secara menyeluruh, menentukan prioritas masalah, dan melibatkan pasien dalam perencanaan serta pelaksanaan intervensi keperawatan. Tujuannya adalah untuk membantu pasien mencapai status kesehatan yang optimal. -
Article No. 2317 | 15 Oct 2024
Klinis : Pasien Ny. S, perempuan usia 59 tahun masuk IGD Ponek pada tanggal 25 Juli 2024 dengan keluhan nyeri pada perut. Keluhan dirasakan sejak 7 hari yang lalu, terasa terus menerus. Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk tusuk. Dari skala 1-10 pasien mengatakan nyeri di skala sekitar 6. Keluhan muncul tiba-tiba, gejala lain yang menyertai adalah: Flek (+), lemas, gemetar. Flek dimulai sejak 7 hari yang lalu, keluar darah dalam jumlah yang banyak dari jalan lahir, ada gumpalan hitam kecoklatan, terdapat lendir, darah segar. Lemas sejak 7 hari yang lalu. Gemetar sejak pagi hari. Keluhan serupa sebelumnya disangkal. Delapan bulan yang lalu di opname dengan keluhan nyeri perut dan kesulitan BAB. Keluhan serupa dalam keluarga disangkal. Pasien menikah saat kelas 5 SD. Pernikahan pertama untuk pasien, dan pernikahan kedua untuk suami pasien. Pekerjaan pasien sebagai ibu rumah tangga. Pasien melahirkan spontan 5 orang anak dengan dibantu dukun bayi. Saat hamil anak pertama usia pasien 17 tahun. Hamil anak kedua usia pasien 19 tahun. Hamil anak ketiga usia pasien 23 tahun. Hamil anak keempat usia pasien 25 tahun. Hamil anak ke 5 usia pasien 29 tahun. Riwayat haid pertama kali usia 14 tahun. Haid terakhir kali usia 44 tahun. Beberapa bulan ini mengeluarkan darah sedikit (post menopause). Beberapa bulan ini makan dan minum pasien berkurang. Pasien tampak lebih kurus. Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemas, kesadaran apatis (E3V4M6). Pemeriksaan tanda tanda vital didapatkan TD = 110/70 mmHg, HR = 115x/menit, RR = 33x/menit, dan T = 36,6°C. Pada pemeriksaan ekstremitas: akral hangat, pucat di ujung jari tangan dan jari kaki, CRT < 2 detik, ADP teraba lemah, tungkai udem (+/+). Integumentum: turgor menurun. Pada pemeriksaan status gynecologi, didapatkan VT= v/v taa, vagina tidak rata, portio berdungkul, PPV(+) tidak aktif, sting (+). Pada pemeriksaan penunjang, dilakukan pemeriksaan DL, faal ginjal, elektrolit, biopsi lesi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan keluhan dan kondisi pasien Ny. S yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis (perdarahan uterus).
2. Perdarahan vagina berhubungan dengan kelainan alat reproduksi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
4. Risiko ketidakstabilan kadar volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis (perdarahan uterus):
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI: Manajemen nyeri, Manajemen nyeri akut.
- SIKI: Pengkajian nyeri, Intervensi farmakologis untuk mengurangi nyeri, Intervensi nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
2. Perdarahan vagina berhubungan dengan kelainan alat reproduksi:
- SDKI: Perdarahan vagina adalah keluarnya darah dari vagina yang tidak berkaitan dengan siklus menstruasi normal.
- SLKI: Manajemen perdarahan, Pemantauan perdarahan.
- SIKI: Pengkajian perdarahan, Intervensi untuk menghentikan perdarahan, Edukasi tentang perdarahan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik:
- SDKI: Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari.
- SLKI: Peningkatan toleransi aktivitas, Manajemen kelelahan.
- SIKI: Pengkajian toleransi aktivitas, Intervensi untuk meningkatkan toleransi aktivitas, Edukasi tentang manajemen kelelahan.
4. Risiko ketidakstabilan kadar volume cairan berhubungan dengan perdarahan:
- SDKI: Risiko ketidakstabilan kadar volume cairan adalah kerentanan mengalami peningkatan atau penurunan volume cairan tubuh yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Manajemen cairan, Pemantauan kadar cairan.
- SIKI: Pengkajian status cairan, Intervensi untuk mempertahankan volume cairan, Edukasi tentang manajemen cairan. -
Article No. 2319 | 15 Oct 2024
Klinis : pasien dengan Ca Paru: Tn. B pada tanggal 21 Februari 2023 jam 08.30 wib di Ruangan Rawat inap Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang, didapatkan klien berjenis kelamin laki-laki, klien berumur 68 tahun. Berdasarkan pengkajian yang didapatkan dari Tn. B mengeluhkan susah bernapas karena adanya dahak di tenggorokan, jika posisi terlentang sesaknya bertambah, klien juga mengatakan susah untuk tidur karena menahan rasa nyeri di bagian dada sebelah kiri, nyeri terasa seperti ditekan beban, berlangsung hilang timbul dengan durasi ± 3 menit, dengan skala nyeri 5, klien juga mengatakan badanya terasa lemah letih dan lesu dan mudah lelah, klien juga mengatakan kaki dan tanganya terasa dingin. Klien juga mengatakan penurunan nafsu makan sejak 2 bulan yang lalu dan penurunan berat badan sejak 1 bulan yang lalu (dari 50 kg ke 45 kg) mengalami penurunan 5 %, klien juga mengatakan makanan yang disediakan di rumah sakit sering tidak habis, dan klien mengatakan merasa tidak nyaman setelah beraktivitas dan sesak napas saat melakukan aktivitas dan juga merasakan lemah. Saat ini klien tampak sesak napas disertai batuk dan secret tampak sulit dikeluarkan dan pasien terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit, saat batuk klien tampak meringgis dan menekan daerah dada untuk menghindari nyeri, akral teraba dingin, CRT 3 detik dan kulit pasien tampak pucat, klien tampak kurus, klien tampak lemah dan terpasang cairan infus Nacl 0,9% 8 jam/kolf dengan Vital Sign pasien, Tekanan Darah: 96/44 mmHg, Nadi: 84x/menit, pernapasan: 26x/menit, suhu: 37°C, SPO 2: 94%. Klien merupakan perokok berat, klien sudah merokok sejak SMA dari umur 18 tahun, klien merokok sekitar 2 bungkus perharinya selama 50 tahun dan sudah berhenti merokok sejak 1 bulan yang lalu. Klien juga merupakan seorang petani dan sering menggunakan pestisida semprot, sebelumnya klien tidak pernah di rawat di RS, dan klien juga mengatakan penurunan nafsu makan sejak 2 bulan yang lalu dan penurunan berat badan sejak 1 bulan yang lalu (dari 50 kg ke 45 kg : 5%), klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit TB Paru, Diabetes Melitus dan Hipertensi, pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan. Pasien mengatakan jika dia demam melakukan pengobatan di kepelayanan kesehatan terdekat.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: C34.9
- Deskripsi: Kanker paru-paru, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 31.42
- Deskripsi: Bronkoskopi, tidak dikategorikan lain
Penjelasan:
Pasien Tn. B didiagnosis dengan Kanker paru-paru (C34.9) berdasarkan gejala yang dialami, seperti kesulitan bernapas, nyeri dada, penurunan berat badan, dan penurunan nafsu makan. Gejala-gejala ini umumnya ditemukan pada pasien dengan kanker paru-paru.
Terkait prosedur/tindakan medis, tidak ada informasi spesifik yang disebutkan dalam kasus ini. Namun, bronkoskopi (kode ICD-9-CM 31.42) dapat menjadi salah satu tindakan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis atau mengevaluasi kondisi pasien. Bronkoskopi adalah prosedur endoskopi untuk memeriksa saluran pernapasan bagian dalam.
Dengan demikian, kode ICD-10 untuk diagnosis kanker paru-paru pada pasien Tn. B adalah C34.9, dan tidak ada kode ICD-9-CM prosedur/tindakan medis yang disebutkan dalam kasus ini. -
Article No. 2320 | 15 Oct 2024
Klinis : pasien dengan Ca Paru: Tn. B pada tanggal 21 Februari 2023 jam 08.30 wib di Ruangan Rawat inap Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang, didapatkan klien berjenis kelamin laki-laki, klien berumur 68 tahun. Berdasarkan pengkajian yang didapatkan dari Tn. B mengeluhkan susah bernapas karena adanya dahak di tenggorokan, jika posisi terlentang sesaknya bertambah, klien juga mengatakan susah untuk tidur karena menahan rasa nyeri di bagian dada sebelah kiri, nyeri terasa seperti ditekan beban, berlangsung hilang timbul dengan durasi ± 3 menit, dengan skala nyeri 5, klien juga mengatakan badanya terasa lemah letih dan lesu dan mudah lelah, klien juga mengatakan kaki dan tanganya terasa dingin. Klien juga mengatakan penurunan nafsu makan sejak 2 bulan yang lalu dan penurunan berat badan sejak 1 bulan yang lalu (dari 50 kg ke 45 kg) mengalami penurunan 5 %, klien juga mengatakan makanan yang disediakan di rumah sakit sering tidak habis, dan klien mengatakan merasa tidak nyaman setelah beraktivitas dan sesak napas saat melakukan aktivitas dan juga merasakan lemah. Saat ini klien tampak sesak napas disertai batuk dan secret tampak sulit dikeluarkan dan pasien terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit, saat batuk klien tampak meringgis dan menekan daerah dada untuk menghindari nyeri, akral teraba dingin, CRT 3 detik dan kulit pasien tampak pucat, klien tampak kurus, klien tampak lemah dan terpasang cairan infus Nacl 0,9% 8 jam/kolf dengan Vital Sign pasien, Tekanan Darah: 96/44 mmHg, Nadi: 84x/menit, pernapasan: 26x/menit, suhu: 37°C, SPO 2: 94%. Klien merupakan perokok berat, klien sudah merokok sejak SMA dari umur 18 tahun, klien merokok sekitar 2 bungkus perharinya selama 50 tahun dan sudah berhenti merokok sejak 1 bulan yang lalu. Klien juga merupakan seorang petani dan sering menggunakan pestisida semprot, sebelumnya klien tidak pernah di rawat di RS, dan klien juga mengatakan penurunan nafsu makan sejak 2 bulan yang lalu dan penurunan berat badan sejak 1 bulan yang lalu (dari 50 kg ke 45 kg : 5%), klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit TB Paru, Diabetes Melitus dan Hipertensi, pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan. Pasien mengatakan jika dia demam melakukan pengobatan di kepelayanan kesehatan terdekat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien Tn. B dengan Ca Paru yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosis Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas terbuka.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat mempertahankan jalan napas terbuka dengan bebas dari sekret atau obstruksi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah manajemen jalan napas, manajemen oksigenasi, dan manajemen batuk.
2. Diagnosis Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
- SLKI: Pasien dapat mengontrol nyeri dan mempertahankan aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah manajemen nyeri, manajemen aktivitas, dan manajemen stres.
3. Diagnosis Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan akibat keterbatasan fisik.
- SLKI: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah manajemen aktivitas, manajemen energi, dan peningkatan mobilitas.
4. Diagnosis Keperawatan: Risiko Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Risiko yang berkaitan dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai dengan kebutuhan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah manajemen nutrisi, manajemen mual muntah, dan edukasi tentang nutrisi.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan kondisi pasien Tn. B dengan Ca Paru adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Nyeri Akut, Intoleransi Aktivitas, dan Risiko Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh. Setiap diagnosa keperawatan tersebut memiliki penjelasan singkat dan standar terkait SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 2321 | 15 Oct 2024
Klinis : Seorang Perempuan usia 27 tahun P2 Nifas hari 2 dirawat diruang Anggrek. Klien mengeluh nyeri pada luka perineum, nyeri semakin kuat saat melakukan aktifitas nyeri berkurang saat dibawa istirahat, ASI belum keluar dan sejak kemarin belum BAB. Saat dilakukan pengkajian didapatkan data Td: 120/80 mmHg, Nd: 83x/mnt, RR: 20x/mnt, Suhu: 37,8 ˚C, skala nyeri 5, reflek patella (+), Homan sign (-), Kekuatan otot Baik, Terdapat luka rupture derajat 1, tampak meringis, luka tampak basah dan terlihat lochea rubra.personal hygiene (-). Perawat memberikan terapai asam mefenamat 500mg, Amoxilin dan paracetamol. Hasil Lab didapatkan: Hb : 13 g/dl, hematorit 45%, Leukosit: 9,500/mm3, Eritrosit 3,14 juta/ mm3, dan trombosit 235,000/ mm3
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka perineum
2. Ketidaklancaran eliminasi berhubungan dengan dampak post partum
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut Berhubungan dengan Luka Perineum
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Kontrol Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
Penjelasan: Pasien mengalami nyeri pada luka perineum, nyeri semakin kuat saat melakukan aktivitas, dan berkurang saat istirahat. Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
2. Ketidaklancaran Eliminasi Berhubungan dengan Dampak Post Partum
- SDKI: Konstipasi
- SLKI: Eliminasi Gastrointestinal
- SIKI: Manajemen Konstipasi
Penjelasan: Pasien belum BAB sejak kemarin, yang dapat disebabkan oleh dampak post partum, seperti perubahan pola makan, aktivitas yang terbatas, dan pengaruh obat-obatan.
3. Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Nyeri
- SDKI: Gangguan Pola Tidur
- SLKI: Istirahat dan Tidur
- SIKI: Manajemen Gangguan Tidur
Penjelasan: Pasien mengalami nyeri yang dapat mengganggu pola tidurnya. Nyeri dapat menyebabkan kesulitan untuk memulai dan mempertahankan tidur. -
Article No. 2322 | 15 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan, berusia 25 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 34 minggu datang ke poli KIA Puskesmas. Pasien mengeluh lemah, mudah capek dan kaki bengkak. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: TD: 120/80 mmHg, nadi: 90 X/menit, nafas: 20 kali/menit, suhu: 37oC.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan energi yang ditandai dengan keluhan mudah lelah dan lemah.
2. Edema berhubungan dengan peningkatan retensi cairan yang ditandai dengan pembengkakan pada kaki.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan pengkajian data pasien. Dalam kasus ini, diagnosis keperawatan yang ditetapkan adalah Intoleransi Aktivitas dan Edema.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan. Untuk diagnosis Intoleransi Aktivitas, luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Untuk diagnosis Edema, luaran yang diharapkan adalah penurunan pembengkakan pada kaki.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi yang dapat dilakukan perawat untuk mencapai luaran yang diharapkan. Untuk diagnosis Intoleransi Aktivitas, intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen energi, latihan fisik, dan edukasi tentang aktivitas. Untuk diagnosis Edema, intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen cairan, elevasi ekstremitas, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. -
Article No. 2323 | 15 Oct 2024
Klinis : mengancam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang mengancam.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Bunuh Diri
Penjelasan:
Risiko Bunuh Diri adalah keadaan di mana individu menunjukkan tanda-tanda atau perilaku yang mengindikasikan keinginan untuk melukai atau membunuh diri sendiri. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti depresi, stress yang berlebihan, atau masalah psikososial lainnya.
Menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), tanda dan gejala yang dapat teridentifikasi pada Risiko Bunuh Diri meliputi:
1. Pernyataan verbal tentang ingin mati atau bunuh diri
2. Perilaku mencoba bunuh diri atau mempersiapkan bunuh diri
3. Perubahan mood yang signifikan, seperti depresi atau kecemasan yang berlebihan
4. Penarikan diri dari aktivitas sosial
5. Penyalahgunaan zat, seperti alkohol atau obat-obatan
Selanjutnya, SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menetapkan beberapa luaran yang perlu dicapai dalam penanganan Risiko Bunuh Diri, seperti:
1. Peningkatan harapan
2. Penurunan keinginan untuk bunuh diri
3. Peningkatan kontrol diri
4. Peningkatan dukungan sosial
Sedangkan dalam SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), terdapat beberapa intervensi yang dapat dilakukan, seperti:
1. Asesmen risiko bunuh diri secara komprehensif
2. Pengelolaan krisis dan stabilisasi kondisi
3. Pemberian dukungan emosional dan psikososial
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti psikolog atau psikiater, jika diperlukan.
Sebagai perawat, kita berperan penting dalam mengidentifikasi tanda-tanda risiko bunuh diri, memberikan intervensi keperawatan yang tepat, dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk membantu pasien keluar dari kondisi yang mengancam tersebut. -
Article No. 2324 | 15 Oct 2024
Klinis : mengancam, mengumpat dengan kata kata kasar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Kekerasan Verbal
Penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI:
Risiko Kekerasan Verbal adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami atau melakukan perilaku verbal yang mengancam, memaksa, atau menyakiti orang lain.
SLKI:
Luaran yang diharapkan pada kondisi ini adalah individu dapat mengendalikan perilaku verbal yang mengancam atau menyakiti, serta dapat berkomunikasi secara efektif dan asertif.
SIKI:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Manajemen Perilaku: Mengidentifikasi faktor pencetus dan pola perilaku verbal yang mengancam, serta membantu individu untuk mengelola emosi dan mengembangkan strategi komunikasi yang lebih konstruktif.
2. Konseling: Memberikan dukungan dan bimbingan untuk membantu individu memahami penyebab dan dampak perilaku verbal yang mengancam, serta mengembangkan keterampilan komunikasi yang lebih positif.
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi dan edukasi terkait pentingnya komunikasi yang efektif dan asertif, serta dampak negatif dari perilaku verbal yang mengancam.
Sebagai perawat, saya memahami bahwa perilaku verbal yang mengancam atau menyakiti dapat berdampak negatif pada individu dan lingkungannya. Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk membantu individu mengelola emosi dan mengembangkan komunikasi yang lebih konstruktif.