Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20456 | 05 Aug 2025
Klinis : Pasien tampak selalu gembira namun pasien mengekspresikan bahagia sangat berlebihan contohnya berteriak dan ucapan doa (semoga panjang umur dll)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah "Resiko Perilaku Terganggu". Pasien tampak selalu gembira dengan ekspresi yang berlebihan, seperti berteriak dan mengucapkan doa-doa yang tidak pada tempatnya, menunjukkan adanya gangguan pada perilaku dan emosi pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Emosi: Pasien dapat menunjukkan ekspresi emosi yang sesuai dengan situasi dan lingkungan.
2. Kontrol Impuls: Pasien dapat mengendalikan impuls untuk berekspresi secara berlebihan.
3. Kesejahteraan Psikologis: Pasien dapat menunjukkan perasaan bahagia dan puas dengan kehidupannya dalam batas-batas yang wajar.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Terapi Perilaku:
- Mengidentifikasi pemicu dari perilaku terganggu pasien.
- Mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk membantu pasien mengendalikan emosi.
- Memberikan reinforcement positif saat pasien menunjukkan ekspresi emosi yang sesuai.
2. Edukasi Kesehatan:
- Memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang kondisi pasien dan pentingnya mengendalikan ekspresi emosi yang berlebihan.
- Mengajarkan strategi koping yang sehat untuk mengatasi perasaan gembira yang berlebihan.
3. Kolaborasi Interdisipliner:
- Melakukan konsultasi dengan ahli kesehatan mental (psikolog/psikiater) untuk mendapatkan evaluasi dan rencana perawatan yang komprehensif.
- Berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya (dokter, terapis okupasi, dll.) untuk memastikan pendekatan yang terpadu dalam penanganan kondisi pasien.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai stabilitas emosi, kontrol impuls, dan kesejahteraan psikologis yang optimal. Perawat akan terus memantau perkembangan pasien dan melakukan penyesuaian intervensi sesuai dengan kebutuhan pasien. -
Article No. 20457 | 05 Aug 2025
Klinis : Perasaan pasien selalu cepat berubah-ubah awalnya gembira bisa juga tiba tiba melamun.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan hormat, berikut adalah penjelasan yang rinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan:
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan adalah "Gangguan Regulasi Emosi" (00251). Gangguan Regulasi Emosi didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk mempertahankan keseimbangan emosi yang memadai atau sesuai dengan situasi." Kondisi pasien yang digambarkan dengan perasaan yang selalu berubah-ubah, dari gembira hingga tiba-tiba melamun, menunjukkan adanya gangguan dalam kemampuan pasien untuk mengatur dan mengelola emosinya.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Emosi (1402)
- Kriteria Hasil:
a. Menunjukkan stabilitas emosional
b. Menunjukkan ekspresi emosi yang sesuai dengan situasi
c. Menunjukkan kemampuan untuk mengendalikan emosi yang berlebihan
d. Menunjukkan kemampuan untuk mengatasi stres
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Emosi (5270)
- Kaji pola dan sumber emosi pasien
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara tepat
- Ajarkan teknik relaksasi dan strategi koping yang efektif untuk mengelola emosi
- Ciptakan lingkungan yang mendukung dan aman bagi pasien untuk mengekspresikan emosinya
- Berikan dukungan emosional dan validasi perasaan pasien
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya psikolog, psikiater) jika diperlukan
2. Terapi Aktivitas (5360)
- Libatkan pasien dalam kegiatan yang dapat membantu mengontrol emosi, seperti aktivitas seni, musik, atau olahraga
- Fasilitasi pasien untuk terlibat dalam kegiatan yang memberikan makna dan kepuasan
- Pantau respons emosional pasien selama dan setelah aktivitas
Penjelasan yang Rinci:
Diagnosis keperawatan "Gangguan Regulasi Emosi" menggambarkan kondisi pasien yang mengalami kesulitan dalam mempertahankan keseimbangan emosi yang sesuai dengan situasi. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat menunjukkan stabilitas emosional, mampu mengekspresikan emosi dengan tepat, dan dapat mengendalikan emosi yang berlebihan. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen emosi, seperti mengkaji pola dan sumber emosi, membantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara tepat, serta mengajarkan teknik relaksasi dan strategi koping yang efektif. Selain itu, terapi aktivitas juga dapat membantu pasien untuk mengontrol emosinya melalui kegiatan yang bermakna dan memberikan kepuasan.
Diharapkan, dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan memperoleh kemampuan untuk mengelola emosinya secara lebih stabil dan adaptif. -
Article No. 20458 | 05 Aug 2025
Klinis : Pasien telah 4 hari keluyuran, mengamuk dan ingin menghajar sampai ingin memukul orang. Pada saat keluyuran bicara pasien melantur menganggap dirinya sebagai mahasiswa FK terhebat, pasien sulit tidur dan sering membuang obat yang diberikan. pasien mengatakan pernah disakiti oleh anggota keluarganya dan pasien mengatakan bahwa dia orang kaya, memiliki 5 rumah dan loundry banyak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
- Definisi: Ketidakmampuan individu untuk mengontrol atau mengendalikan dorongan agresif secara verbal, fisik, atau terhadap diri sendiri.
- Gejala dan tanda mayor: Bicara melantur, Perubahan pola tidur, Kurang kontrol impuls.
- Gejala dan tanda minor: Menyerang orang lain, Menolak menerima obat.
2. Gangguan Proses Pikir
- Definisi: Perubahan dalam proses berpikir yang dapat mengganggu kemampuan individu untuk berfungsi secara efektif.
- Gejala dan tanda mayor: Halusinasi, Waham.
- Gejala dan tanda minor: Ketidakmampuan memusatkan perhatian, Bicara melantur.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perilaku
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengontrol perilaku agresif atau kekerasan.
- Kriteria hasil:
- Menunjukkan perilaku yang terkontrol
- Tidak melakukan tindakan kekerasan verbal atau fisik
- Menggunakan strategi untuk mengendalikan perilaku
2. Proses Pikir Terarah
- Definisi: Kemampuan individu untuk berpikir secara teratur dan logis.
- Kriteria hasil:
- Mampu berpikir dengan jernih dan logis
- Dapat memusatkan perhatian pada topik pembicaraan
- Mampu menyampaikan pemikiran secara teratur dan koheren
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Perilaku Kekerasan
- Mengidentifikasi faktor pencetus perilaku kekerasan
- Memberikan lingkungan yang aman dan terapeutik
- Melibatkan pasien dalam menetapkan batas-batas yang dapat diterima
- Mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres
- Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi obat, bila diperlukan
2. Terapi Realitas
- Membantu pasien untuk menyadari waktu, tempat, dan orang-orang di sekitarnya
- Mendorong pasien untuk menceritakan pengalaman, persepsi, dan harapannya
- Memberikan umpan balik yang objektif terkait perilaku dan pemikiran pasien
- Membantu pasien untuk mengevaluasi pemikiran dan perilakunya secara realistis
- Memfasilitasi pasien untuk membuat rencana tindakan yang realistis
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien adalah Risiko Perilaku Kekerasan dan Gangguan Proses Pikir. Pasien menunjukkan tanda-tanda perilaku kekerasan, seperti mengamuk, ingin memukul orang, serta bicara melantur yang mengarah pada halusinasi dan waham. Selain itu, pasien juga mengalami gangguan pola tidur dan sulit menerima obat, yang menunjukkan adanya masalah dalam proses berpikir.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Kontrol Perilaku dan Proses Pikir Terarah. Tujuannya adalah agar pasien dapat mengendalikan perilaku agresif dan kekerasan, serta mampu berpikir secara teratur dan logis. Kriteria hasil yang diharapkan mencakup kemampuan pasien untuk menunjukkan perilaku yang terkontrol, tidak melakukan tindakan kekerasan, serta dapat berpikir dengan jernih dan memusatkan perhatian pada topik pembicaraan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah Manajemen Perilaku Kekerasan dan Terapi Realitas. Manajemen Perilaku Kekerasan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman, mengajarkan teknik relaksasi, dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian terapi obat. Sementara Terapi Realitas bertujuan untuk membantu pasien menyadari realitas, mengevaluasi pemikiran dan perilakunya secara objektif, serta membuat rencana tindakan yang realistis.
Keseluruhan intervensi ini diharapkan dapat membantu pasien dalam mengendalikan perilaku kekerasan dan memperbaiki proses pikirnya, sehingga dapat mencapai kondisi yang lebih stabil dan mampu berfungsi secara optimal. -
Article No. 20460 | 05 Aug 2025
Klinis : keracunan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi keracunan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Untuk kondisi keracunan, diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Risiko Keracunan". Risiko Keracunan didefinisikan sebagai "Rentan terhadap paparan zat kimia, obat-obatan, atau racun yang dapat menyebabkan efek merugikan pada kesehatan." Pada kondisi keracunan, pasien berada dalam risiko mengalami efek buruk akibat paparan terhadap zat-zat berbahaya yang terhirup, termakan, atau terserap ke dalam tubuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, luaran yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Tanda-tanda vital stabil: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh) yang berada dalam rentang normal sesuai dengan kondisi.
2. Tidak terjadi komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi lebih lanjut akibat keracunan, seperti kerusakan organ vital, kegagalan multiorgan, atau kematian.
3. Pengetahuan tentang pencegahan keracunan meningkat: Pasien dan keluarga memahami faktor-faktor risiko, tanda-tanda, dan tindakan pencegahan untuk menghindari keracunan di masa mendatang.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), berikut intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan kondisi keracunan:
1. Pemantauan tanda-tanda vital: Melakukan pemantauan ketat terhadap tanda-tanda vital pasien, seperti tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh, untuk mendeteksi perubahan yang signifikan.
2. Pemberian dukungan hidup: Memberikan dukungan hidup yang diperlukan, seperti oksigenasi, cairan intravena, dan terapi lainnya sesuai dengan kondisi pasien.
3. Manajemen peracunan: Melakukan tindakan untuk menangani keracunan, seperti induksi muntah, pemberian antidot, atau prosedur lainnya yang sesuai dengan jenis racun yang terpapar.
4. Edukasi tentang pencegahan keracunan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai faktor-faktor risiko, tanda-tanda, dan tindakan pencegahan untuk menghindari kejadian keracunan di masa mendatang.
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain: Berkolaborasi dengan dokter, apoteker, atau ahli toksikologi untuk menentukan penanganan yang tepat dan efektif bagi pasien.
Melalui penerapan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dengan kondisi keracunan dapat diberikan perawatan yang komprehensif dan mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 20461 | 05 Aug 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan sakit perut bagian tengah, mual sebelum makan Tekanan Darah: 100/80 mmHg Suhu: 36,6 Nadi: 118 BB: 36 Pasien tampak pucat Pasien tampak gemetar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien tersebut:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit (D.0016)**
*Penjelasan:* Pasien menunjukkan tanda-tanda hipovolemia (tekanan darah rendah, nadi cepat, pucat, dan gemetar), yang dapat disebabkan oleh mual dan penurunan asupan cairan. Kondisi ini berisiko menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Keseimbangan Cairan dan Elektrolit (L.0401)**
*Kriteria Luaran:*
- Tekanan darah dalam batas normal (?90/60 mmHg).
- Nadi 60–100 kali/menit.
- Turgor kulit normal.
- Tidak ada keluhan mual atau muntah.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Manajemen Keseimbangan Cairan (I.0401)**
*Tindakan:*
1. **Pemantauan Tanda Vital** (I.0401.01):
- Pantau tekanan darah, nadi, suhu, dan status hidrasi setiap 2–4 jam.
2. **Pemberian Cairan** (I.0401.02):
- Berikan cairan oral atau intravena sesuai kebutuhan.
3. **Edukasi Pasien** (I.0401.03):
- Ajarkan tanda-tanda dehidrasi dan pentingnya asupan cairan.
---
### **Diagnosa Keperawatan Tambahan (Jika Diperlukan)**
**Mual (D.0019)**
*Penjelasan:* Pasien mengeluh mual sebelum makan, yang dapat memengaruhi asupan nutrisi dan cairan.
**SLKI:** **Kenyamanan Fisik (L.1301)**
- Pasien melaporkan penurunan mual.
**SIKI:** **Manajemen Mual (I.1301)**
- Berikan antiemetik sesuai indikasi.
- Anjurkan makan kecil tapi sering.
---
### **Catatan**
- **Tone Akademis & Persona Pakar:** Rekomendasi ini didasarkan pada bukti klinis dan standar PPNI.
- **Pemeriksaan Lanjutan:** Perlu evaluasi penyebab sakit perut (misalnya gastritis, hipoglikemia, atau gangguan elektrolit).
Format RTF terlampir dapat digunakan untuk dokumentasi keperawatan.
*(Kode SDKI/SLKI/SIKI mengacu pada buku Standar PPNI Edisi Terkini.)*
---
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).* Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Semoga membantu. -
Article No. 20462 | 05 Aug 2025
Klinis : pasien mengatakan demam naik turun sudah 4 hari dengan keluahan mual tanpa muntah disertai dengan rasa lemas, saat di rumah pasien mengalami pendarahan seperti mimisan dan gusi berdarah setelah dilihat tekanan darah 99/67 dan suhu 38 akral teraba panas nadi 102 dan setelah dilakukan peeriksaan lab darah angka trombosit turun
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu demam naik turun, mual tanpa muntah, rasa lemas, mimisan, gusi berdarah, penurunan trombosit, dan tanda-tanda vital yang menunjukkan hipotensi dan takikardia, maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: D69.6
- Deskripsi: Trombositopenia, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.09
- Deskripsi: Transfusi trombosit; Transfusi komponen darah lainnya
Penjelasan:
Kode ICD-10 D69.6 (Trombositopenia, tidak terspesifikasi) digunakan untuk mengkodekan kondisi pasien yang menunjukkan penurunan jumlah trombosit dalam darah. Trombositopenia dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti infeksi virus, gangguan autoimun, atau efek samping obat-obatan.
Berdasarkan gejala klinis yang dialami pasien, seperti mimisan, gusi berdarah, dan penurunan tekanan darah, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan penyebab trombositopenia. Hal ini dapat mencakup pemeriksaan darah lengkap, tes fungsi hati, dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Dalam kasus ini, mungkin diperlukan intervensi medis, seperti transfusi trombosit (kode ICD-9-CM 99.09) untuk mengatasi risiko perdarahan akibat penurunan jumlah trombosit. Transfusi trombosit dapat membantu meningkatkan jumlah trombosit dalam darah dan mengurangi risiko perdarahan yang dapat terjadi.
Perekam medis harus mencatat kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai dalam rekam medis pasien, serta memberikan penjelasan detil mengenai kondisi dan rencana penanganan yang dilakukan. -
Article No. 20463 | 05 Aug 2025
Klinis : pasien mengatakan demam naik turun sudah 4 hari dengan keluahan mual tanpa muntah disertai dengan rasa lemas, saat di rumah pasien mengalami pendarahan seperti mimisan dan gusi berdarah setelah dilihat tekanan darah 99/67 dan suhu 38 akral teraba panas nadi 102 dan setelah dilakukan peeriksaan lab darah angka trombosit turun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Diagnosis Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 00249
b. Nama Diagnosa: Risiko Perdarahan
c. Definisi: Berisiko mengalami kehilangan darah yang tidak terkontrol dari sistem vaskuler.
2. Diagnosis Keperawatan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Kode: LS-006
b. Nama Luaran: Kontrol Perdarahan
c. Definisi: Kemampuan untuk mencegah dan mengendalikan perdarahan yang tidak terkontrol.
3. Diagnosis Keperawatan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Kode: IP-009
b. Nama Intervensi: Manajemen Perdarahan
c. Definisi: Serangkaian tindakan untuk mencegah dan mengendalikan perdarahan.
Penjelasan singkat:
Pasien menunjukkan gejala-gejala yang berkaitan dengan risiko perdarahan, seperti demam, mual, lemas, serta pendarahan dari hidung dan gusi. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan jumlah trombosit dalam darah, yang mempengaruhi kemampuan darah untuk membeku dan mencegah perdarahan. Oleh karena itu, diagnosis keperawatan yang tepat adalah Risiko Perdarahan, dengan fokus asuhan keperawatan pada kontrol perdarahan dan manajemen perdarahan. -
Article No. 20464 | 05 Aug 2025
Klinis : pasien mengatakan demam naik turun sudah 4 hari dengan keluahan mual tanpa muntah disertai dengan rasa lemas, saat di rumah pasien mengalami pendarahan seperti mimisan dan gusi berdarah setelah dilihat tekanan darah 99/67 dan suhu 38 akral teraba panas nadi 102 dan setelah dilakukan peeriksaan lab darah angka trombosit turun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Kondisi Pasien:**
Pasien mengeluh demam naik turun selama 4 hari, disertai mual (tanpa muntah), lemas, perdarahan (mimisan dan gusi berdarah), tekanan darah 99/67 mmHg, suhu 38°C (akral panas), nadi 102x/menit, serta hasil laboratorium menunjukkan trombositopenia.
**Diagnosa Keperawatan Utama:**
**Gangguan Perfusi Jaringan Perifer (SDKI: 0004)**
*Kode SDKI: 0004*
*Definisi:* Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer akibat gangguan aliran darah, yang pada kasus ini diduga dipicu oleh trombositopenia dan hipotensi.
**SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
- **SLKI 0401:** Perfusi jaringan perifer membaik (ditandai dengan akral hangat, nadi perifer teraba, tekanan darah stabil).
- **SLKI 0402:** Tanda vital dalam rentang normal (suhu 36,5–37,5°C, nadi 60–100x/menit, tekanan darah ?90/60 mmHg).
**SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
- **SIKI 0400:** *Manajemen Perfusi Jaringan*
- Pantau tanda vital setiap 2–4 jam.
- Pertahankan posisi kepala rendah (jika tidak kontraindikasi) untuk meningkatkan aliran darah.
- Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai protokol.
- **SIKI 1800:** *Manajemen Perdarahan*
- Berikan kompres dingin pada area perdarahan (misal: hidung untuk epistaksis).
- Hindari tindakan invasif (seperti suntikan intramuskular) karena risiko perdarahan.
---
**Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**Risiko Perdarahan (SDKI: 0022)**
*Kode SDKI: 0022*
*Definisi:* Peningkatan kerentanan terhadap perdarahan akibat trombositopenia dan gangguan koagulasi.
**SLKI:**
- **SLKI 2201:** Tidak terjadi perdarahan aktif (mimisan/gusi berdarah terkontrol).
- **SLKI 2202:** Nilai trombosit meningkat atau stabil.
**SIKI:**
- **SIKI 2200:** *Pencegahan Perdarahan*
- Anjurkan pasien menghindari menggosok gigi kasar atau trauma fisik.
- Observasi tanda perdarahan (petekie, hematoma, melena).
- **SIKI 4320:** *Edukasi Kesehatan*
- Ajarkan pasien melaporkan tanda perdarahan segera.
---
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):** Digunakan untuk menegakkan diagnosa berdasarkan data klinis (misal: gangguan perfusi dan risiko perdarahan).
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):** Menetapkan kriteria hasil yang diharapkan (contoh: perfusi membaik, perdarahan teratasi).
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):** Berisi tindakan spesifik untuk mencapai luaran (misal: manajemen perdarahan, pemantauan tanda vital).
**Catatan:** Kondisi pasien mengarah pada **Demam Berdarah Dengue (DBD)** sehingga intervensi harus disesuaikan dengan protokol penanganan DBD, termasuk tirah baring dan hidrasi adekuat. Kolaborasi dengan tim medis untuk terapi definitif (misal: transfusi trombosit jika diperlukan).
*(Ditulis dalam format akademis oleh perawat profesional sesuai standar PPNI)* -
Article No. 20465 | 05 Aug 2025
Klinis : Pasien bayi laki laki, usia 4 tahun, datang dengan keluhan demam selama 1 minggu, muntah 3-4 kali sehari, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan febris h-7, tidak BAB 5 hari, ada nyeri perut skala 6. Diagnosis awal adalah trombositopenia EC DHF
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Berhubungan dengan penurunan nafsu makan dan muntah, yang ditandai dengan penurunan berat badan.
2. Hipertermia
- Berhubungan dengan proses penyakit (demam), yang ditandai dengan suhu tubuh di atas normal.
3. Konstipasi
- Berhubungan dengan penurunan asupan makanan dan cairan, yang ditandai dengan tidak BAB selama 5 hari.
4. Nyeri Akut
- Berhubungan dengan proses penyakit (nyeri perut), yang ditandai dengan skala nyeri 6.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Pasien akan mempertahankan berat badan ideal untuk usia.
- Pasien akan mengkonsumsi makanan yang sesuai dengan kebutuhannya.
- Pasien akan menunjukkan peningkatan nafsu makan.
2. Hipertermia
- Pasien akan mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
- Pasien akan menunjukkan tanda-tanda penurunan demam.
- Pasien akan melaporkan perasaan nyaman.
3. Konstipasi
- Pasien akan memiliki pola defekasi yang teratur.
- Pasien akan melaporkan perasaan lega setelah BAB.
- Pasien akan menunjukkan peningkatan frekuensi BAB.
4. Nyeri Akut
- Pasien akan melaporkan penurunan skala nyeri.
- Pasien akan menunjukkan tanda-tanda penurunan nyeri.
- Pasien akan mampu menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Kaji asupan nutrisi dan cairan pasien.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
- Berikan makanan dan cairan yang mudah dicerna dan disukai pasien.
- Pantau berat badan dan intake nutrisi pasien secara berkala.
- Berikan dukungan dan edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya nutrisi.
2. Hipertermia
- Kaji tanda-tanda vital pasien, terutama suhu tubuh.
- Berikan tindakan penurun demam, seperti kompres hangat, pemberian antipiretik, dan manajemen lingkungan.
- Pantau respons pasien terhadap tindakan penurun demam.
- Berikan edukasi kepada keluarga mengenai manajemen demam.
3. Konstipasi
- Kaji pola defekasi pasien, termasuk frekuensi, konsistensi, dan volume.
- Berikan cairan, serat, dan laksatif sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Ajarkan teknik stimulasi defekasi yang aman.
- Pantau respon pasien terhadap intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
- Berikan edukasi kepada keluarga mengenai manajemen konstipasi.
4. Nyeri Akut
- Kaji karakteristik nyeri pasien, termasuk lokasi, intensitas, durasi, dan faktor pemicu.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat/dingin.
- Pantau respons pasien terhadap intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
- Berikan edukasi kepada keluarga mengenai manajemen nyeri.
Dengan rencana asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan kondisi pasien dapat membaik dan tercapainya luaran yang diharapkan. -
Article No. 20466 | 05 Aug 2025
Klinis : Bersihan jalan nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Bersihan jalan nafas tidak efektif".
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (00031)
Definisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00031
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 30001 - Bersihan Jalan Nafas
Definisi: Tingkat pemeliharaan dan pembebasan saluran pernapasan dari sekret atau obstruksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 30001 - Manajemen Jalan Nafas
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memfasilitasi permeabilitas jalan napas.
Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan menggunakan pendekatan yang berfokus pada pasien untuk membantu mengatasi masalah bersihan jalan napas yang tidak efektif. Saya akan bekerja sama dengan pasien dan tim kesehatan lainnya untuk mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan individu pasien.