Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20446 | 05 Aug 2025
Klinis : - demam 1 minggu dirasakan naik turun, keluhan mimisan + gusi berdarah disangkal - batuk kering (+) pilek sesak nafas disangkal - keluhan nyeri perut (+) diare disangkal oleh pasien - keluhan mual muntah 2x hari ini, susah makan minum sejak demam dirasakan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Penurunan Daya Tahan Tubuh Akibat Demam.
- Karakteristik Definisi: Rentan terhadap serangan organisme patogen, yang dapat mengancam kesehatan.
- Faktor Berhubungan: Penurunan produksi sel darah putih, demam, malnutrisi.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Anoreksia, Mual, Muntah.
- Karakteristik Definisi: Asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Berhubungan: Anoreksia, mual, muntah, nyeri perut.
3. Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Trombositopenia Akibat Penyakit.
- Karakteristik Definisi: Rentan terhadap perdarahan yang dapat mengancam jiwa.
- Faktor Berhubungan: Demam, mimisan, gusi berdarah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Penurunan Daya Tahan Tubuh Akibat Demam:
- Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien akan bebas dari tanda-tanda infeksi.
- Pasien akan mampu mengidentifikasi faktor risiko infeksi dan cara pencegahannya.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Anoreksia, Mual, Muntah:
- Pasien akan mencapai berat badan ideal sesuai dengan usia dan tinggi badan.
- Pasien akan mampu mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat.
- Pasien akan menunjukkan peningkatan energi dan tidak mengalami keluhan mual, muntah.
3. Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Trombositopenia Akibat Penyakit:
- Pasien akan bebas dari tanda-tanda perdarahan aktif.
- Pasien akan menunjukkan kadar trombosit dalam batas normal.
- Pasien akan mampu mengidentifikasi faktor risiko perdarahan dan cara pencegahannya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Penurunan Daya Tahan Tubuh Akibat Demam:
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala.
- Identifikasi tanda-tanda infeksi dan lakukan tindakan pencegahan.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang faktor risiko infeksi dan cara pencegahannya.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan Anoreksia, Mual, Muntah:
- Timbang berat badan pasien secara berkala.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
- Lakukan intervensi untuk mengatasi keluhan mual dan muntah, seperti antiemetik.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat.
3. Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Trombositopenia Akibat Penyakit:
- Monitor tanda-tanda perdarahan secara berkala.
- Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengevaluasi kadar trombosit.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi yang sesuai.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang faktor risiko perdarahan dan cara pencegahannya.
Penjelasan di atas disusun dengan tone akademis, persona pakar, dan dalam sudut pandang perawat. Diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang direkomendasikan didasarkan pada kondisi klinis yang diberikan. -
Article No. 20447 | 05 Aug 2025
Klinis : 3. Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Trombositopenia Akibat Penyakit.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona pakar, nurse.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Trombositopenia Akibat Penyakit" adalah:
Risiko Perdarahan
Definisi: Keadaan rentan mengalami kehilangan darah yang melebihi batas normal, yang dapat mengancam jiwa.
Batasan Karakteristik:
- Kadar trombosit menurun
- Purpura/ekimosis
- Perdarahan gusi
- Epistaksis
- Perdarahan usus
- Hematuria
- Perdarahan vagina
- Perdarahan di tempat injeksi
Faktor Risiko:
- Penyakit hematologi (trombositopenia)
- Terapi antikoagulan
- Trauma
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Jaringan: Perdarahan Terkendali
Definisi: Keadaan di mana darah dapat dikendalikan secara efektif.
Kriteria Hasil:
- Tidak ada perdarahan aktif
- Waktu pembekuan darah normal
- Kadar trombosit dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda perdarahan internal atau eksternal
2. Stabilitas Hemodinamik
Definisi: Keadaan di mana sirkulasi darah dan volume cairan tubuh terpelihara dalam batas normal.
Kriteria Hasil:
- Tekanan darah dalam batas normal
- Nadi dalam batas normal
- Saturasi oksigen dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda syok
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Perdarahan
- Pantau tanda-tanda perdarahan (purpura, ekimosis, perdarahan gusi, epistaksis, dll.)
- Pertahankan kadar trombosit dalam batas normal melalui pemberian terapi transfusi trombosit atau obat-obatan yang meningkatkan produksi trombosit
- Berikan tindakan hemostatik (tekanan, penjepitan, tampon, dll.) untuk menghentikan perdarahan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian produk darah, obat-obatan, atau tindakan medis lainnya yang diperlukan
2. Manajemen Cairan
- Pantau tanda-tanda hipovolemia (nadi cepat, tekanan darah rendah, dll.)
- Berikan cairan intravena untuk mempertahankan volume cairan dan tekanan darah dalam batas normal
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian cairan, elektrolit, atau produk darah yang sesuai
3. Pemantauan Tanda Vital
- Pantau tanda vital secara berkala (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
- Pantau saturasi oksigen untuk mendeteksi hipoksia
- Lakukan tindakan intervensi yang sesuai jika terjadi perubahan tanda vital yang signifikan
Melalui penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu mempertahankan integritas jaringan dengan mengendalikan perdarahan serta menjaga stabilitas hemodinamik pasien. Hal ini penting untuk mencegah komplikasi yang dapat mengancam jiwa akibat trombositopenia. -
Article No. 20448 | 05 Aug 2025
Klinis : resiko hipovolemia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi resiko hipovolemia:
Risiko Hipovolemia merupakan diagnosis keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut. Risiko Hipovolemia didefinisikan sebagai "risiko penurunan volume cairan intravasakular yang dapat mengancam kesehatan". Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perdarahan, kehilangan cairan yang berlebihan, atau gangguan dalam mekanisme pengaturan cairan tubuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti tekanan darah, nadi, dan laju pernapasan yang sesuai dengan batas normal.
2. Keseimbangan Cairan: Pasien menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat, dengan intake dan output cairan yang seimbang.
3. Tidak Terjadi Komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi yang terkait dengan hipovolemia, seperti syok, gagal ginjal, atau gangguan organ lainnya.
4. Pemahaman Pasien: Pasien dan keluarga memahami faktor-faktor yang menyebabkan risiko hipovolemia dan cara mencegah serta mengatasi kondisi tersebut.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda Vital: Lakukan pemantauan tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, laju pernapasan, dan suhu tubuh.
2. Pemantauan Intake dan Output Cairan: Catat dan pantau secara ketat intake dan output cairan pasien, termasuk jumlah dan jenis cairan yang masuk dan keluar dari tubuh.
3. Pemberian Cairan Intravena: Berikan cairan intravena sesuai dengan kebutuhan pasien untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat.
4. Manajemen Perdarahan: Jika pasien mengalami perdarahan, lakukan tindakan untuk menghentikan dan mengontrol perdarahan, seperti kompresi, penjahitan, atau pemberian obat hemostatik.
5. Edukasi Pasien dan Keluarga: Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang faktor-faktor risiko hipovolemia, gejala, dan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan.
6. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan: Berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter, ahli gizi, dan terapis, untuk memastikan penanganan yang komprehensif dan terintegrasi.
Secara keseluruhan, penanganan risiko hipovolemia membutuhkan pendekatan yang holistik, meliputi pemantauan tanda vital, manajemen cairan, pengendalian perdarahan, dan edukasi pasien serta keluarga. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai stabilitas hemodinamik, keseimbangan cairan, dan mencegah komplikasi yang dapat mengancam nyawa pasien. -
Article No. 20449 | 05 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu pasien datang dengan keluhan pusing, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kepala (10014)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial di area kepala.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Kepala (10014)
Kode: 10014
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial di area kepala.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Nyeri (20301)
Kode: 20301
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan atau mengurangi rasa sakit yang dialami individu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri (30201)
Kode: 30201
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan atau mengurangi rasa sakit yang dialami individu.
Penjelasan singkat:
Pasien yang datang dengan keluhan pusing dapat didiagnosis dengan Nyeri Kepala. Dalam SDKI, Nyeri Kepala didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial di area kepala.
Pada SLKI, terdapat luaran Kontrol Nyeri yang bertujuan untuk mengendalikan atau mengurangi rasa sakit yang dialami individu. Sedangkan pada SIKI, terdapat intervensi Manajemen Nyeri yang merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan atau mengurangi rasa sakit yang dialami individu.
Dengan tone akademis, persona pakar, dan nurse, penyampaian informasi ini dapat dilakukan dengan lebih formal dan rinci, serta memberikan penjelasan yang komprehensif terkait diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang dapat diterapkan pada kondisi pasien dengan keluhan pusing. -
Article No. 20450 | 05 Aug 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas terbuka.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
3. Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Meningkatnya risiko terkena infeksi.
SDKI:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
- Kode: 00031
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas terbuka.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
- Kode: 00092
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
3. Risiko Infeksi (00004)
- Kode: 00004
- Definisi: Meningkatnya risiko terkena infeksi.
SLKI:
1. Bersihan Jalan Napas Efektif (1610)
- Definisi: Mampu mempertahankan jalan napas terbuka dan bebas dari sekresi.
2. Toleransi Aktivitas (0005)
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik tanpa menimbulkan gejala.
3. Bebas Infeksi (1804)
- Definisi: Tidak ada tanda-tanda dan gejala infeksi.
SIKI:
1. Manajemen Jalan Napas (3140)
- Definisi: Memfasilitasi pembukaan dan pemeliharaan jalan napas terbuka.
2. Manajemen Aktivitas (0200)
- Definisi: Membantu klien untuk merencanakan dan melakukan aktivitas fisik.
3. Pencegahan Infeksi (6550)
- Definisi: Meminimalkan masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh klien.
Dengan diagnosa keperawatan yang teridentifikasi, perawat dapat melakukan perencanaan dan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pasien, serta memantau luaran yang diharapkan sesuai dengan standar yang ditetapkan. -
Article No. 20451 | 05 Aug 2025
Klinis : hipertermia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan rekomendasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi hipertermia berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Hipertermia:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipertermia adalah "Hipertermia" (SDKI, 2017). Hipertermia didefinisikan sebagai kenaikan suhu tubuh di atas 37,5°C yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhu, yang dapat mengancam kesehatan.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Suhu Tubuh: Pasien menunjukkan pemulihan suhu tubuh dalam rentang normal (36,5°C - 37,5°C) (SLKI, 2019).
2. Pengendalian Gejala: Pasien menunjukkan penurunan gejala hipertermia, seperti kulit merah, hangat, dan kering (SLKI, 2019).
3. Pengetahuan tentang Hipertermia: Pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang penyebab, tanda, gejala, dan penanganan hipertermia (SLKI, 2019).
4. Kepatuhan Terhadap Pengobatan: Pasien menunjukkan kepatuhan dalam mengikuti regimen pengobatan dan perawatan yang diberikan (SLKI, 2019).
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Suhu Tubuh:
- Monitor suhu tubuh secara teratur.
- Lakukan intervensi untuk menurunkan suhu tubuh, seperti pemberian kompres dingin, ventilasi ruangan, dan pemberian obat penurun demam jika diperlukan.
- Atur lingkungan yang sejuk dan nyaman bagi pasien.
2. Manajemen Gejala:
- Observasi tanda dan gejala hipertermia, seperti kulit merah, hangat, dan kering.
- Berikan tindakan untuk mengurangi gejala, seperti hidrasi yang adekuat, pemberian obat antipiretik, dan pengaturan lingkungan.
3. Edukasi Kesehatan:
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, tanda, gejala, dan penanganan hipertermia.
- Jelaskan pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan dan perawatan untuk mencegah komplikasi.
- Dorong pasien dan keluarga untuk aktif terlibat dalam proses perawatan.
4. Pemantauan dan Evaluasi:
- Pantau secara teratur respon pasien terhadap intervensi yang diberikan.
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam mencapai tujuan luaran yang diharapkan.
- Lakukan penyesuaian intervensi jika diperlukan untuk memaksimalkan hasil perawatan.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan kondisi hipertermia dapat pulih dengan optimal dan mencapai kondisi yang stabil. -
Article No. 20452 | 05 Aug 2025
Klinis : Pasien mengatakan pernah disakiti oleh keluarganya, pasien menjadi tidak percaya diri dan merasa dirinya tidak berguna
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan dengan kondisi pasien, sesuai dengan panduan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode SDKI: D.0019** – **Harga Diri Rendah Kronis**
**Definisi**: Kondisi ketika individu mengalami evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan yang bertahan lama, yang dapat dipicu oleh pengalaman traumatis seperti kekerasan dalam keluarga.
**Faktor yang Berhubungan**:
- Pengalaman kekerasan atau perlakuan tidak menyenangkan dari keluarga
- Perasaan tidak berharga dan tidak percaya diri
- Evaluasi diri yang negatif
---
### **Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode SLKI: L.14001** – **Peningkatan Harga Diri**
**Indikator**:
1. Mengekspresikan penerimaan terhadap diri sendiri (Skala: 1–5)
2. Mengidentifikasi kekuatan pribadi (Skala: 1–5)
3. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan (Skala: 1–5)
**Target**: Meningkatkan skala luaran dari **2 (jarang)** menjadi **4 (sering)** dalam 2–4 minggu.
---
### **Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode SIKI: I.14004** – **Dukungan Peningkatan Harga Diri**
**Aktivitas**:
1. Membangun hubungan terapeutik untuk menciptakan rasa aman.
2. Membantu pasien mengidentifikasi kekuatan dan pencapaian diri.
3. Memberikan reinforcement positif terhadap kemajuan pasien.
4. Melibatkan pasien dalam terapi kognitif-perilaku sederhana untuk mengubah pola pikir negatif.
**Frekuensi**: 2–3 kali per minggu dengan pendekatan individual.
---
### **Catatan Tambahan**
- **Pendekatan Holistik**: Perlu kolaborasi dengan psikolog atau pekerja sosial jika terdapat indikasi trauma berat.
- **Evaluasi**: Pemantauan berkala terhadap perkembangan kepercayaan diri pasien menggunakan skala penilaian diri.
Semua standar mengacu pada **PPNI (2017–2023)** dan dapat disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien.
---
**Referensi**:
- PPNI. (2019). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)*.
- PPNI. (2019). *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*.
- PPNI. (2019). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*.
Format ini memastikan pendokumentasian yang sistematis dan berbasis bukti. Perlu dilakukan *reassessment* secara berkala untuk menilai efektivitas intervensi. -
Article No. 20453 | 05 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit perut, mual dan muntah habis makan sudah 1 minggu ini
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
Berdasarkan keluhan pasien yaitu sakit perut, mual, dan muntah yang sudah berlangsung selama 1 minggu setelah makan, maka diagnosa keperawatan yang sesuai mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
a. Nyeri akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Karakteristik Mayor: Laporan pasien tentang nyeri, perubahan ekspresi wajah, perilaku yang menunjukkan ketidaknyamanan.
b. Mual
Definisi: Pengalaman subyektif yang tidak menyenangkan yang mendahului muntah.
Karakteristik Mayor: Laporan pasien tentang rasa mual, gerakan menelan yang berlebihan, perubahan warna kulit.
c. Risiko dehidrasi
Definisi: Berisiko mengalami kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Karakteristik Mayor: Adanya faktor risiko seperti muntah dan diare.
Penjelasan:
Diagnosa-diagnosa di atas sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami keluhan sakit perut, mual, dan muntah yang berlangsung selama 1 minggu setelah makan. Nyeri akut terkait dengan adanya gangguan pada sistem pencernaan, mual terkait dengan gejala yang dirasakan pasien, dan risiko dehidrasi terkait dengan adanya gejala muntah yang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Nyeri terkendali
Definisi: Pasien melaporkan nyeri terkendali pada skala nyeri 1-3.
Indikator:
1) Pasien melaporkan nyeri berkurang
2) Pasien tampak rileks
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Tidak ada mual
Definisi: Pasien tidak mengalami rasa ingin muntah.
Indikator:
1) Pasien melaporkan tidak ada rasa mual
2) Tidak ada gerakan menelan yang berlebihan
3) Tidak ada perubahan warna kulit
c. Keseimbangan cairan terpelihara
Definisi: Pasien mempertahankan volume cairan yang adekuat.
Indikator:
1) Intake dan output cairan seimbang
2) Turgor kulit baik
3) Membran mukosa lembab
Penjelasan:
Luaran/output yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan adalah pasien dapat mengendalikan nyeri, tidak mengalami mual, dan mempertahankan keseimbangan cairan tubuhnya. Indikator-indikator yang disebutkan merupakan parameter untuk mengevaluasi ketercapaian tujuan tersebut.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen nyeri
Definisi: Tindakan membantu pasien untuk mengurangi atau mengendalikan nyeri.
Aktivitas:
1) Kaji intensitas, karakteristik, lokasi, dan durasi nyeri
2) Berikan analgesik sesuai indikasi
3) Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
4) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan nyeri
b. Manajemen mual dan muntah
Definisi: Tindakan untuk mencegah atau mengurangi mual dan muntah.
Aktivitas:
1) Kaji tanda dan gejala mual dan muntah
2) Berikan antiemetik sesuai indikasi
3) Anjurkan posisi semifowler saat mual
4) Batasi asupan oral sementara, berikan cairan intravena jika perlu
5) Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi mual
c. Manajemen cairan
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Aktivitas:
1) Kaji intake dan output cairan
2) Pantau tanda-tanda dehidrasi
3) Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
4) Ajarkan pasien untuk mengonsumsi cairan dan makanan yang mudah dicerna
5) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengelolaan cairan dan elektrolit
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan meliputi manajemen nyeri, manajemen mual dan muntah, serta manajemen cairan. Aktivitas-aktivitas yang tercantum dalam setiap intervensi bertujuan untuk mengatasi masalah yang dialami pasien dan mencapai kondisi yang diharapkan, yaitu nyeri terkendali, tidak ada mual, dan keseimbangan cairan terpelihara. -
Article No. 20454 | 05 Aug 2025
Klinis : a. Gambaran diri: Pasien cenderung memiliki gambaran diri yang ingin dipandang lebih dari orang lain. b. Identitas diri: Pada saat dikaji pasien dapat menyebutkan namanya ginti, umur 45 tahun. c. Peran: Pasien selalu membanggakan kekayaannya dan memberitahu kepada orang lain agar mendapatkan kesan tertentu dari orang lain. d. Ideal diri: Pada saat di kaji pasien ingin cepet pulang karena ingin mengurus hartanya. e. Harga diri: Pasien selalu menanyakan tentang dirinya keorang lain apakah dia bandel atau tidak.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda uraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Gangguan Citra Tubuh (00118)
Definisi: Persepsi negatif atau perubahan pada penampilan dan/atau fungsi tubuh.
Karakteristik Definisi: Cenderung memiliki gambaran diri yang ingin dipandang lebih dari orang lain.
b. Identitas Diri Positif (00124)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengenal dan menerima dirinya sendiri.
Karakteristik Definisi: Dapat menyebutkan namanya, umur 45 tahun.
c. Ketidaksesuaian Peran (00207)
Definisi: Persepsi individu tentang ketidakmampuan untuk memenuhi harapan peran.
Karakteristik Definisi: Selalu membanggakan kekayaannya dan memberitahu kepada orang lain agar mendapatkan kesan tertentu.
d. Ketidakpuasan Diri (00117)
Definisi: Perasaan tidak puas, tidak senang, atau tidak bahagia dengan diri sendiri.
Karakteristik Definisi: Ingin cepat pulang karena ingin mengurus hartanya.
e. Harga Diri Rendah Situasional (00120)
Definisi: Penilaian negatif yang secara spesifik ditujukan pada diri sendiri atau penampilan dalam suatu situasi tertentu.
Karakteristik Definisi: Selalu menanyakan tentang dirinya kepada orang lain apakah dia bandel atau tidak.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Gangguan Citra Tubuh (0118)
- Gambaran diri positif: Pasien dapat mendeskripsikan dirinya secara positif.
- Penerimaan diri: Pasien dapat menerima kondisi fisik dan psikologisnya.
2. Identitas Diri Positif (00124)
- Konsep diri positif: Pasien dapat menunjukkan perilaku yang mencerminkan konsep diri positif.
- Integritas diri: Pasien dapat menunjukkan perilaku yang mencerminkan integritas diri.
3. Ketidaksesuaian Peran (00207)
- Penerimaan peran: Pasien dapat menerima peran dan tanggung jawabnya.
- Kepuasan peran: Pasien dapat menunjukkan kepuasan dalam menjalankan perannya.
4. Ketidakpuasan Diri (00117)
- Kepuasan diri: Pasien dapat menunjukkan perasaan puas dengan dirinya.
- Harga diri: Pasien dapat menunjukkan harga diri yang positif.
5. Harga Diri Rendah Situasional (00120)
- Harga diri positif: Pasien dapat menunjukkan perilaku yang mencerminkan harga diri yang positif.
- Penerimaan diri: Pasien dapat menerima dirinya apa adanya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Gangguan Citra Tubuh (00118)
- Terapi Perilaku: Meningkatkan penerimaan diri pasien terhadap kondisi fisik dan psikologisnya.
- Konseling: Membantu pasien mengembangkan gambaran diri yang positif.
2. Identitas Diri Positif (00124)
- Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional untuk meningkatkan konsep diri positif pasien.
- Bimbingan: Membantu pasien untuk memahami dan menerima dirinya secara utuh.
3. Ketidaksesuaian Peran (00207)
- Manajemen Peran: Membantu pasien untuk menerima dan menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan baik.
- Klarifikasi Peran: Membantu pasien untuk memahami dan menerima perannya saat ini.
4. Ketidakpuasan Diri (00117)
- Terapi Kognitif: Membantu pasien untuk mengembangkan pemikiran yang lebih positif tentang dirinya.
- Peningkatan Harga Diri: Membantu pasien untuk meningkatkan rasa harga diri yang positif.
5. Harga Diri Rendah Situasional (00120)
- Konseling: Membantu pasien untuk menerima dirinya apa adanya dan meningkatkan harga diri yang positif.
- Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional untuk meningkatkan penerimaan diri pasien.
Penjelasan ini disusun dengan tone akademis dan persona pakar keperawatan, untuk memberikan pemahaman yang komprehensif terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai dengan kondisi yang Anda uraikan. -
Article No. 20455 | 05 Aug 2025
Klinis : pasien mengatakan beribadah jika ingat saja
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang mengatakan beribadah jika ingat saja:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Distres Spiritual" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Distres Spiritual didefinisikan sebagai "Gangguan pengalaman nilai, makna, dan tujuan hidup yang menimbulkan perasaan tidak nyaman". Pada kondisi ini, pasien tampak kurang terlibat dalam kegiatan spiritual atau beribadah, yang dapat mengindikasikan adanya gangguan pada dimensi spiritual individu.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran Keperawatan "Kesejahteraan Spiritual" berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Luaran ini didefinisikan sebagai "Keadaan yang ditandai dengan kemampuan mengekspresikan makna dan tujuan hidup, serta kemampuan melakukan praktik keagamaan atau spiritual". Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi ketercapaian luaran ini antara lain: pasien dapat mengidentifikasi sumber kekuatan spiritual, berpartisipasi dalam praktik keagamaan atau spiritual, serta mengekspresikan makna dan tujuan hidup.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai Luaran Keperawatan "Kesejahteraan Spiritual", beberapa intervensi keperawatan yang dapat diberikan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) antara lain:
1. Asesmen Spiritual: Mengkaji riwayat, praktik, dan kebutuhan spiritual pasien untuk memahami kondisi spiritualnya saat ini.
2. Fasilitasi Praktik Spiritual: Memfasilitasi pasien untuk terlibat dalam praktik spiritual atau keagamaan sesuai dengan keyakinannya, seperti berdoa, membaca kitab suci, atau menghadiri kegiatan keagamaan.
3. Dukungan Spiritual: Memberikan dukungan emosional dan spiritual kepada pasien, misalnya dengan mendengarkan, memberikan empati, dan mendiskusikan makna atau tujuan hidup.
4. Edukasi Spiritual: Memberikan edukasi terkait pentingnya praktik spiritual untuk kesejahteraan, serta mengidentifikasi sumber-sumber spiritual yang dapat dimanfaatkan pasien.
5. Kolaborasi dengan Rohaniawan: Berkolaborasi dengan rohaniawan atau pemuka agama untuk memberikan pendampingan spiritual yang lebih komprehensif bagi pasien.
Melalui intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat meningkatkan kesejahteraan spiritualnya, sehingga dapat terlibat lebih aktif dalam praktik keagamaan atau spiritual sesuai dengan keyakinannya.