Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20430 | 05 Aug 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi nyeri akut:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi nyeri akut berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut. Nyeri akut biasanya memiliki onset yang tiba-tiba, intensitas bervariasi, dan berlangsung dalam waktu yang terbatas.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran yang diharapkan setelah melakukan Asuhan Keperawatan untuk pasien dengan nyeri akut adalah:
a. Klien melaporkan nyeri terkontrol: Klien mampu melaporkan penurunan intensitas nyeri sesuai dengan target yang ditetapkan.
b. Klien mendemonstrasikan manajemen nyeri: Klien mampu mendemonstrasikan teknik-teknik manajemen nyeri yang efektif untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri.
c. Klien menunjukkan perilaku dalam rentang normal: Klien menunjukkan perilaku yang sesuai dengan kondisi fisik, psikologis, sosial, dan spiritualnya selama proses pemulihan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan nyeri akut meliputi:
a. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan/intensitas, dan faktor pencetus nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menentukan intervensi farmakologis dan non-farmakologis yang sesuai.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, terapi musik, atau terapi komplementer lainnya.
- Monitor efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
b. Edukasi Kesehatan:
- Berikan edukasi kepada klien dan keluarga mengenai nyeri, penyebab, dan manajemen nyeri yang tepat.
- Dorong klien dan keluarga untuk aktif terlibat dalam manajemen nyeri.
- Berikan informasi tentang sumber daya yang tersedia untuk mendukung manajemen nyeri.
c. Monitoring dan Evaluasi:
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital dan respon klien terhadap intervensi.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
- Dokumentasikan setiap langkah asuhan keperawatan yang dilakukan.
Melalui penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu melaporkan nyeri terkontrol, mendemonstrasikan manajemen nyeri yang efektif, dan menunjukkan perilaku dalam rentang normal selama proses pemulihan. -
Article No. 20431 | 05 Aug 2025
Klinis : m klien mengeluh mual muntah tidak ada dan nafas terasa sesak diagnosa medis ilius obstuktif
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, kondisi klien dengan keluhan mual muntah, sesak napas, dan diagnosa medis ileus obstruktif, maka kode ICD-10 dan kode ICD-9-CM procedure yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K56.6
- Deskripsi: Ileus, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.91
- Deskripsi: Kolonoskopi, tidak lain
Penjelasan:
Kode ICD-10 K56.6 (Ileus, tidak diklasifikasikan di tempat lain) sesuai dengan diagnosis medis ileus obstruktif yang dialami oleh klien. Ileus adalah kondisi yang ditandai dengan obstruksi pada saluran pencernaan, yang dapat menyebabkan gejala seperti mual, muntah, dan sesak napas.
Dalam kasus ini, tidak terdapat kode ICD-9-CM prosedur/tindakan medis yang spesifik. Namun, jika diperlukan tindakan diagnostik, kode 45.91 (Kolonoskopi, tidak lain) dapat dipertimbangkan untuk mengevaluasi kondisi saluran pencernaan klien.
Sebagai seorang dokter atau perekam medis, kita harus memberikan kode diagnosis dan prosedur yang akurat berdasarkan informasi klinis yang tersedia, sehingga dapat membantu dalam proses perawatan, dokumentasi, dan penagihan yang tepat. -
Article No. 20432 | 05 Aug 2025
Klinis : STROKE
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan hormat, berikut informasi yang dapat saya berikan terkait kode ICD-10 untuk diagnosis STROKE dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I64
- Deskripsi: Stroke, tidak ditentukan apakah sebagai perdarahan atau infark.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 38.12
- Deskripsi: Trombektomi perkutaneus transluminal intrakranial.
- Kode: 99.10
- Deskripsi: Transfusi darah, tidak diklasifikasikan di tempat lain.
- Kode: 99.19
- Deskripsi: Terapi transfusi, lainnya.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I64 digunakan untuk mengklasifikasikan stroke yang tidak ditentukan apakah disebabkan oleh perdarahan atau infark. Ini mencakup kondisi seperti stroke akut, serangan stroke, dan trombosis serebrovaskular.
2. Terkait prosedur/tindakan medis, beberapa kode ICD-9-CM yang mungkin digunakan adalah:
- 38.12 Trombektomi perkutaneus transluminal intrakranial, yang merupakan prosedur pembedahan untuk menghilangkan trombus atau sumbatan dalam pembuluh darah otak.
- 99.10 Transfusi darah, yang mungkin diperlukan untuk mengganti volume darah yang hilang akibat stroke perdarahan.
- 99.19 Terapi transfusi lainnya, yang dapat mencakup terapi plasma, trombosit, atau komponen darah lainnya.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika terdapat pertanyaan lebih lanjut, saya siap untuk membantu. -
Article No. 20433 | 05 Aug 2025
Klinis : KEJANG DEMAM
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi kejang demam:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R56.0
- Deskripsi: Kejang demam
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.14
- Deskripsi: Pemantauan elektroensefalografi [EEG]
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R56.0 (Kejang demam) digunakan untuk mengkodekan kondisi kejang yang terjadi pada anak-anak dengan demam yang tinggi. Kejang demam biasanya terjadi pada usia 6 bulan hingga 5 tahun dan dapat disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh akibat infeksi.
2. Dalam kasus kejang demam, prosedur pemantauan elektroensefalografi (EEG) dengan kode ICD-9-CM 89.14 dapat dilakukan untuk mengevaluasi aktivitas listrik otak dan membantu dalam diagnosis serta manajemen kejang demam. Pemeriksaan EEG dapat membantu mengidentifikasi pola aktivitas otak yang abnormal yang mungkin terkait dengan kejang.
Secara umum, penanganan kejang demam meliputi pemberian obat antipiretik untuk menurunkan demam, serta pemantauan ketat pasien untuk mencegah komplikasi. Dalam beberapa kasus yang lebih kompleks, evaluasi lebih lanjut dengan pemeriksaan EEG dapat dilakukan untuk menentukan penyebab dan rencana perawatan yang tepat. -
Article No. 20434 | 05 Aug 2025
Klinis : KEJANG DEMAM
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi medis KEJANG DEMAM, kode dan deskripsinya adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R56.0
- Deskripsi: Kejang demam
Penjelasan:
Kejang demam (febrile seizures) adalah kejang yang terjadi pada anak-anak yang disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh, biasanya akibat infeksi. Kode ICD-10 R56.0 digunakan untuk mengkodekan kondisi ini.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM spesifik untuk kejang demam.
- Deskripsi: Tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah pemberian obat antikonvulsan, penurunan demam, dan pemantauan kesehatan pasien.
Penjelasan:
Untuk kejang demam, tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik. Tindakan medis yang biasanya dilakukan adalah pemberian obat antikonvulsan untuk menghentikan kejang, usaha penurunan demam (seperti kompres air hangat atau pemberian obat penurun demam), serta pemantauan kesehatan pasien selama episode kejang demam. -
Article No. 20435 | 05 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata kabur akibat glukoma
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien dengan keluhan mata kabur akibat glaukoma.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan mata kabur akibat glaukoma adalah "Gangguan Penglihatan" (SDKI, 2017). Gangguan Penglihatan didefinisikan sebagai keterbatasan dalam kemampuan visual yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Pada kasus glaukoma, peningkatan tekanan intraokular dapat menyebabkan kerusakan saraf optik dan kehilangan lapangan pandang, sehingga mengakibatkan penglihatan kabur.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Penglihatan: Pasien mampu mempertahankan atau meningkatkan fungsi penglihatan sesuai dengan kemampuan.
2. Kemandirian dalam Aktivitas Sehari-hari: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dengan bantuan minimal atau tanpa bantuan.
3. Kontrol Tekanan Intraokular: Pasien mampu mempertahankan tekanan intraokular dalam batas normal.
4. Pengetahuan tentang Glaukoma: Pasien dan keluarga memahami etiologi, tanda-tanda, pengobatan, dan pencegahan komplikasi glaukoma.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Penglihatan:
a. Monitoring dan dokumentasi status penglihatan pasien, seperti visus, lapangan pandang, dan adaptasi cahaya.
b. Mengoptimalkan pencahayaan di lingkungan sekitar pasien.
c. Melatih pasien untuk menggunakan bantuan visual (kacamata, lup, dll.) secara efektif.
d. Mengajarkan teknik kompensasi untuk meningkatkan fungsi penglihatan.
2. Perawatan Mata:
a. Membantu pasien dalam melakukan perawatan mata, seperti pemberian tetes mata, pembersihan kelopak mata, dan aplikasi salep.
b. Mengajarkan pasien dan keluarga cara melakukan perawatan mata yang tepat.
c. Memantau efektivitas dan efek samping pengobatan mata.
3. Manajemen Nyeri:
a. Menilai intensitas, karakteristik, dan faktor yang memengaruhi nyeri mata pasien.
b. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat, teknik relaksasi, dan distraksi.
c. Berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik sesuai indikasi.
4. Edukasi Kesehatan:
a. Memberikan informasi tentang glaukoma, termasuk etiologi, tanda-tanda, pengobatan, dan pencegahan komplikasi.
b. Mengajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen glaukoma, seperti pentingnya pengobatan, kontrol tekanan intraokular, dan gaya hidup sehat.
c. Mendorong pasien dan keluarga untuk aktif terlibat dalam perawatan dan pengambilan keputusan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan fungsi penglihatan, meningkatkan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari, mempertahankan tekanan intraokular dalam batas normal, serta memahami manajemen glaukoma dengan baik. -
Article No. 20436 | 05 Aug 2025
Klinis : kemasukan biji di lubang hidunng
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter/perekam medik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "kemasukan biji di lubang hidung" sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T17.0
- Deskripsi: Benda asing di lubang hidung
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 97.59
- Deskripsi: Prosedur lain untuk mengeluarkan benda asing dari lubang tubuh
Penjelasan:
- Kode ICD-10 T17.0 digunakan untuk mengidentifikasi kondisi "kemasukan biji di lubang hidung", yang merupakan keadaan di mana benda asing (dalam hal ini biji) masuk ke dalam lubang hidung.
- Kode ICD-9-CM 97.59 mencakup prosedur untuk mengeluarkan benda asing dari lubang tubuh, yang mungkin diperlukan dalam kasus ini untuk mengeluarkan biji dari lubang hidung.
Perlu dicatat bahwa kode-kode ini digunakan oleh profesional kesehatan untuk tujuan dokumentasi, pelaporan, dan penagihan yang akurat terkait dengan kondisi dan tindakan medis yang dilakukan. -
Article No. 20437 | 05 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam, batuk pilek dan nyeri tenggorokan sejak 2 hari yang lalu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
Berdasarkan keluhan pasien, yaitu demam, batuk pilek, dan nyeri tenggorokan sejak 2 hari yang lalu, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab yang mungkin: Peningkatan produksi sekret, lethargi, kelemahan otot pernapasan.
b. Hipertermia
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
Penyebab yang mungkin: Proses inflamasi atau infeksi.
c. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
Penyebab yang mungkin: Inflamasi dan iritasi pada tenggorokan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- Pasien mampu mempertahankan jalan napas terbuka.
- Pasien mampu mengeluarkan sekret dengan efektif.
- Tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas.
b. Hipertermia:
- Suhu tubuh pasien kembali normal.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan demam, seperti kulit dingin dan kering.
- Pasien melaporkan perasaan lebih nyaman.
c. Nyeri Akut:
- Pasien mampu mengontrol rasa nyeri.
- Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan nyeri, seperti relaksasi otot.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- Pantau status pernapasan pasien, seperti frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
- Berikan oksigen, jika diperlukan, untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan.
- Lakukan suction, jika diperlukan, untuk membantu mengeluarkan sekret.
- Pertahankan posisi pasien yang memfasilitasi drainase sekret.
- Berikan cairan dan nutrisi yang adekuat untuk mempertahankan hidrasi.
b. Hipertermia:
- Pantau suhu tubuh pasien secara teratur.
- Berikan kompres hangat-dingin, jika diperlukan, untuk menurunkan suhu.
- Berikan obat antipiretik, sesuai dengan resep dokter, untuk membantu menurunkan demam.
- Anjurkan pasien untuk banyak minum cairan.
- Pertahankan lingkungan yang sejuk dan nyaman.
c. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, dan intensitas nyeri.
- Berikan analgesik, sesuai dengan resep dokter, untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi untuk mengelola nyeri.
- Pertahankan posisi yang nyaman bagi pasien.
- Berikan kompres hangat-dingin, jika diperlukan, untuk mengurangi nyeri.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada diagnosa keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu mempertahankan bersihan jalan napas, penurunan demam, dan pengelolaan nyeri yang efektif. -
Article No. 20438 | 05 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam, dan sakit perut dan susah BAB
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci mengenai kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan pasien, yaitu demam, sakit perut, dan susah BAB, maka diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Diare Akut
Definisi: Pengeluaran feses cair atau lembek dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari, yang berlangsung kurang dari 14 hari.
Penyebab: Infeksi bakteri, virus, parasit, intoleransi makanan, obat-obatan, stres.
Gejala: Demam, nyeri perut, mual, muntah, dehidrasi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat:
1. Mengendalikan episode diare akut dalam 3-5 hari.
2. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Melaporkan berkurangnya rasa tidak nyaman akibat diare.
4. Menunjukkan peningkatan berat badan sesuai usia dan status kesehatan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Pantau tanda-tanda vital, intake-output, dan berat badan pasien.
2. Berikan terapi rehidrasi oral atau intravena sesuai kebutuhan.
3. Berikan diet yang mudah dicerna dan kaya cairan.
4. Berikan obat antidiare atau antiemetik sesuai indikasi.
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen diare, pencegahan komplikasi, dan perawatan di rumah.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk penatalaksanaan yang komprehensif.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Diare Akut" dipilih karena pasien memiliki gejala-gejala yang sesuai, yaitu demam, nyeri perut, dan susah BAB. Diare akut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi mikroorganisme, intoleransi makanan, atau efek samping obat-obatan.
Luaran/output yang diharapkan mencakup pengendalian episode diare, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengurangi rasa tidak nyaman, serta menunjukkan peningkatan berat badan. Hal ini penting untuk memastikan pemulihan yang optimal dan mencegah komplikasi.
Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mengatasi penyebab diare, mencegah dehidrasi, memberikan kenyamanan, serta edukasi pasien dan keluarga. Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian terapi rehidrasi, pengaturan diet, pemberian obat-obatan, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain merupakan intervensi komprehensif yang dibutuhkan.
Dengan penerapan Asuhan Keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat segera pulih dari diare akut dan mencapai luaran yang diinginkan. -
Article No. 20439 | 05 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam, dan sakit perut dan susah BAB
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci mengenai kondisi pasien yang Anda kemukakan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu demam, sakit perut, dan susah BAB, diagnosa keperawatan yang sesuai mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit, ditandai dengan keluhan demam, sakit perut, dan susah BAB.
b. Konstipasi berhubungan dengan penurunan aktivitas, ditandai dengan susah BAB.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Nyeri akut:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang.
- Pasien dapat mengenali skala nyeri.
- Pasien dapat menggunakan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri.
b. Konstipasi:
- Pasien dapat BAB secara teratur.
- Pasien dapat mengenali faktor-faktor yang memengaruhi BAB.
- Pasien dapat menerapkan intervensi untuk mengatasi konstipasi.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Nyeri akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik yang sesuai.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
- Pantau tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap intervensi.
b. Konstipasi:
- Lakukan pengkajian faktor-faktor yang memengaruhi BAB.
- Anjurkan peningkatan asupan cairan dan serat dalam diet.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian laksatif atau supositoria jika perlu.
- Ajarkan teknik defekasi yang benar.
- Lakukan stimulasi rektal jika diperlukan.
- Pantau pola BAB dan evaluasi efektivitas intervensi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara holistik, melakukan pengkajian yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai, menyusun rencana asuhan keperawatan yang tepat, serta melakukan evaluasi yang berkelanjutan untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan.