Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20646 | 11 Aug 2025
Klinis : Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif":
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif". Definisi dari diagnosa ini adalah "Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas". Diagnosa ini dicirikan oleh gejala-gejala seperti suara napas tambahan, sputum yang berlebihan, dan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
a. Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bebas.
b. Pasien dapat batuk secara efektif untuk mengeluarkan sekret.
c. Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
d. Pasien dapat menunjukkan upaya untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
e. Pasien dapat menunjukkan peningkatan oksigenasi.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berikut adalah intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan:
a. Pemantauan Jalan Napas:
- Pantau tanda-tanda vital, bunyi napas, dan karakteristik sekret.
- Lakukan pengisapan lendir jika diperlukan.
- Dorong pasien untuk melakukan latihan batuk dan bernapas dalam.
b. Manajemen Jalan Napas:
- Posisikan pasien untuk memfasilitasi ekspansi dada.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk intervensi lebih lanjut, seperti pemberian bronkodilator atau antibiotik.
c. Edukasi Kesehatan:
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya mempertahankan jalan napas yang bersih.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan.
- Dorong pasien untuk aktif berpartisipasi dalam perawatan.
Dalam memberikan Asuhan Keperawatan, perawat harus memantau kondisi pasien secara berkelanjutan, mengevaluasi efektivitas intervensi, dan melakukan penyesuaian jika diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain juga sangat penting untuk memastikan penanganan yang komprehensif. -
Article No. 20647 | 11 Aug 2025
Klinis : Hipertermia
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi hipertermia.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Hipertermia adalah kondisi di mana suhu tubuh seseorang meningkat di atas 38,3°C (101°F). Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Hipertermia" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Hipertermia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, kondisi medis tertentu, atau paparan panas yang berlebihan. Diagnosa ini mencakup peningkatan suhu tubuh di atas normal, serta gejala-gejala terkait seperti kulit kemerahan, sakit kepala, dan kelelahan.
Luaran/Output yang diharapkan SLKI:
Setelah pemberian asuhan keperawatan, diharapkan pasien dengan hipertermia dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Suhu tubuh kembali normal (36,5°C - 37,5°C)
2. Tanda-tanda vital stabil (tekanan darah, nadi, dan pernapasan dalam batas normal)
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (mukosa lembab, turgor kulit baik)
4. Tidak ada tanda-tanda infeksi (tidak ada erythema, pembengkakan, atau nyeri)
5. Pasien melaporkan perasaan lebih nyaman dan segar
6. Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai kemampuannya
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi hipertermia meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala (suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah)
2. Pemberian cairan intravena atau oral untuk mencegah dehidrasi
3. Pemberian obat penurun demam (antipiretik) sesuai instruksi dokter
4. Penggunaan kompres dingin atau kipas angin untuk menurunkan suhu tubuh
5. Pengaturan lingkungan yang sejuk dan nyaman (suhu ruangan, kelembaban)
6. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, gejala, dan penanganan hipertermia
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, apoteker) untuk penanganan komprehensif
8. Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi rencana asuhan keperawatan jika diperlukan
Penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan komprehensif diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran/output yang diharapkan dan mengatasi kondisi hipertermia secara efektif. -
Article No. 20648 | 11 Aug 2025
Klinis : stroke
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan untuk Pasien Stroke**
*(Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) – PPNI)*
---
### **1. Diagnosa Keperawatan**
**Kode SDKI: D.0016**
**Gangguan Mobilitas Fisik**
**Definisi:** Penurunan kemampuan untuk bergerak secara mandiri akibat kelemahan, paralisis, atau gangguan koordinasi (hemiparese/hemiplegia pasca-stroke).
**Faktor yang Berhubungan:**
- Kerusakan neurologis (iskemik/hemoragik) pada area motorik otak.
- Gangguan neuromuskular dan persepsi sensorik.
---
### **2. Luaran yang Diharapkan (SLKI)**
**Kode SLKI: L.0401**
**Peningkatan Mobilitas Fisik**
**Indikator:**
- Klien menunjukkan peningkatan kekuatan otot ekstremitas yang terkena (skala 0–5).
- Klien mampu melakukan rentang gerak (ROM) aktif/pasif dengan bantuan minimal.
- Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKDS) sesuai kemampuan.
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode SIKI: I.09012**
**Latihan Rentang Gerak (Range of Motion/ROM)**
**Tindakan:**
- Lakukan ROM pasif/aktif pada ekstremitas yang terganggu 2x/hari.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi.
- Ajarkan teknik transfer dan penggunaan alat bantu (walker, kursi roda).
**Kode SIKI: I.04010**
**Manajemen Nyeri**
*(Jika nyeri terkait spasme otot atau komplikasi sekunder)*
**Tindakan:**
- Evaluasi skala nyeri (skala 0–10).
- Berikan posisi nyaman dan teknik relaksasi.
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai resep.
---
### **4. Diagnosa Tambahan**
**Kode SDKI: D.0091**
**Risiko Disfagia**
**Definisi:** Potensi gangguan menelan akibat kerusakan saraf kranial (misal: saraf VII, IX, X).
**Intervensi (SIKI: I.08003):**
- Screening tes menelan (uji air).
- Modifikasi tekstur makanan (puree/soft diet).
- Posisikan kepala 30–90° saat makan.
---
### **Referensi**
- PPNI. (2019). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 6*.
- PPNI. (2019). *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 5*.
- PPNI. (2019). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 5*.
*(Format akademis disusun dengan pendekatan evidence-based practice dan mengacu pada standar nasional.)* -
Article No. 20649 | 11 Aug 2025
Klinis : - pusing berputar sejak tadi pagi saat aktivitas, badan terasa lemas, keringat dingin (+) - mual (+) muntah (-) nyeri dada (-) sesak nafas (-) - lengan sebelah kiri terasa kebas, kesemutan di lengan dan kaki kanan-kiri - nyeri kepala belakang terasa kaku di leher, demam (-) batuk pilek (-)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko ketidakstabilan Hemodinamik
- Kondisi pasien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan adanya gangguan hemodinamik, seperti pusing berputar, keringat dingin, dan lengan kiri terasa kebas serta kesemutan.
2. Nyeri Akut
- Pasien mengalami nyeri kepala di bagian belakang serta kekakuan di leher, yang merupakan gejala nyeri akut.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik
- Stabilitas Hemodinamik Terjaga
- Perfusi Jaringan Membaik
- Kecemasan Berkurang
2. Nyeri Akut
- Nyeri Terkontrol
- Kemampuan Mengatasi Nyeri Meningkat
- Kenyamanan Meningkat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Manajemen Cairan
- Manajemen Aktivitas
- Manajemen Kecemasan
2. Nyeri Akut
- Pengkajian Nyeri
- Manajemen Nyeri
- Terapi Komplementer (misalnya, Relaksasi)
- Pendidikan Kesehatan tentang Manajemen Nyeri
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik
- Gejala-gejala yang ditunjukkan oleh pasien, seperti pusing berputar, keringat dingin, dan gangguan sensasi di lengan dan kaki, mengindikasikan adanya potensi ketidakstabilan hemodinamik. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan kardiovaskular, dehidrasi, atau perubahan aliran darah.
2. Nyeri Akut
- Nyeri kepala di bagian belakang serta kekakuan di leher merupakan gejala nyeri akut yang perlu diatasi. Nyeri akut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketegangan otot, cedera, atau kondisi medis tertentu.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik
- Stabilitas Hemodinamik Terjaga: Mencapai nilai tanda-tanda vital yang stabil dan berada dalam rentang normal.
- Perfusi Jaringan Membaik: Meningkatnya aliran darah dan oksigenasi ke jaringan.
- Kecemasan Berkurang: Penurunan tingkat kecemasan pasien terkait dengan kondisi hemodinamiknya.
2. Nyeri Akut
- Nyeri Terkontrol: Penurunan intensitas nyeri sesuai dengan target yang ditetapkan.
- Kemampuan Mengatasi Nyeri Meningkat: Pasien mampu menggunakan strategi manajemen nyeri secara efektif.
- Kenyamanan Meningkat: Peningkatan tingkat kenyamanan pasien setelah intervensi manajemen nyeri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Melakukan pemantauan teratur terhadap tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh.
- Manajemen Cairan: Memastikan asupan cairan yang adekuat dan memantau keseimbangan cairan.
- Manajemen Aktivitas: Mengatur aktivitas pasien sesuai dengan toleransinya untuk menjaga stabilitas hemodinamik.
- Manajemen Kecemasan: Memberikan intervensi untuk mengurangi kecemasan pasien, seperti teknik relaksasi, edukasi, dan dukungan emosional.
2. Nyeri Akut
- Pengkajian Nyeri: Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, intensitas, durasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
- Manajemen Nyeri: Memberikan intervensi farmakologis dan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti pemberian analgesik, terapi kompres hangat/dingin, dan teknik distraksi.
- Terapi Komplementer: Menggunakan terapi komplementer, seperti relaksasi, untuk membantu pasien mengatasi nyeri.
- Pendidikan Kesehatan tentang Manajemen Nyeri: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang strategi manajemen nyeri yang dapat dilakukan.
Dengan mempertimbangkan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi kondisi pasien dan mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 20650 | 11 Aug 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi nyeri akut:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain). Nyeri akut biasanya bersifat tiba-tiba, dapat diprediksi, dan berlangsung dalam waktu singkat.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien dapat mempertahankan aktivitas fungsional sehari-hari sesuai dengan toleransi nyeri.
4. Pasien dapat menunjukkan perilaku kooperatif selama intervensi penanganan nyeri.
5. Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor pencetus nyeri dan strategi untuk menghindarinya.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif untuk mengidentifikasi karakteristik, penyebab, dan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri.
2. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk menentukan terapi farmakologis yang sesuai untuk mengatasi nyeri.
3. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, terapi panas/dingin, dan teknik visualisasi.
4. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang nyeri, penyebabnya, dan strategi penanganan nyeri.
5. Lakukan monitoring tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi nyeri yang diberikan.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengevaluasi efektivitas intervensi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
7. Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien dan keluarga untuk mengatasi dampak nyeri.
8. Dokumentasikan secara komprehensif semua tindakan dan respon pasien terhadap intervensi nyeri.
Penjelasan rinci:
Diagnosis keperawatan nyeri akut merupakan masalah keperawatan yang umum dijumpai dalam praktik keperawatan. Nyeri akut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cedera, penyakit, atau prosedur medis. Perawat berperan penting dalam mengkaji, merencanakan, dan mengevaluasi intervensi yang tepat untuk mengatasi nyeri akut yang dialami pasien.
Luaran yang diharapkan mencakup penurunan tingkat nyeri, kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, pemeliharaan aktivitas fungsional, perilaku kooperatif selama intervensi, serta identifikasi faktor pencetus dan strategi pencegahannya. Tujuan-tujuan ini menggambarkan hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan.
Intervensi keperawatan yang dibutuhkan meliputi pengkajian nyeri komprehensif, kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk terapi farmakologis, pengajaran teknik manajemen nyeri non-farmakologis, edukasi bagi pasien dan keluarga, monitoring tanda-tanda vital, evaluasi efektivitas intervensi, dukungan emosional, serta dokumentasi yang lengkap. Intervensi-intervensi ini dirancang untuk mencapai luaran yang diharapkan dan mengatasi nyeri akut secara holistik.
Secara keseluruhan, pendekatan ini bertujuan untuk membantu pasien mengatasi nyeri akut, mempertahankan fungsi dan kualitas hidup, serta meningkatkan pemahaman dan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri secara mandiri. Peran perawat sebagai mitra dalam proses perawatan sangat krusial untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 20587 | 10 Aug 2025
Klinis : pasien anak umur 2 tahun kejang 1x, demam naik turun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien anak umur 2 tahun dengan kejang 1x dan demam naik turun, berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Kejang Epileptik Berhubungan Dengan Demam
- Definisi: Keadaan yang berisiko mengalami kejang berulang akibat peningkatan suhu tubuh.
- Faktor yang Berhubungan: Demam, riwayat kejang, usia muda.
- Gejala dan Tanda: Perubahan pola tidur, perubahan perilaku, menggigil, peningkatan suhu tubuh.
Luaran/Output SLKI:
1. Kontrol Kejang
- Definisi: Kemampuan individu atau keluarga untuk mengenali tanda dan gejala kejang serta melakukan tindakan yang tepat.
- Indikator:
a. Mengenali tanda dan gejala kejang
b. Melakukan tindakan pertolongan pertama saat kejang
c. Mencegah terjadinya cedera saat kejang
d. Mengelola faktor pencetus kejang
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Kejang
- Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mencegah, mengenali, dan menangani kejang.
- Aktivitas Keperawatan:
a. Kaji tanda dan gejala kejang
b. Letakkan pasien dalam posisi aman
c. Amankan area sekitar pasien
d. Berikan oksigen jika pernapasan terganggu
e. Berikan antikonvulsan sesuai instruksi medis
f. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
g. Kaji dan identifikasi faktor pencetus kejang
h. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan komprehensif
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Pasien anak umur 2 tahun dengan kejang 1x dan demam naik turun memiliki risiko mengalami kejang epileptik berhubungan dengan demam. Hal ini karena usia muda dan riwayat kejang merupakan faktor yang berhubungan dengan risiko kejang epileptik akibat peningkatan suhu tubuh.
2. Luaran/Output SLKI: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien atau keluarga dapat mencapai kontrol kejang. Hal ini ditandai dengan kemampuan mereka dalam mengenali tanda dan gejala kejang, melakukan tindakan pertolongan pertama yang tepat, mencegah terjadinya cedera saat kejang, serta mengelola faktor pencetus kejang.
3. Intervensi Keperawatan SIKI: Intervensi yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran kontrol kejang meliputi manajemen kejang. Aktivitas keperawatan yang dilakukan antara lain mengkaji tanda dan gejala kejang, meletakkan pasien dalam posisi aman, mengamankan area sekitar, memberikan oksigen jika pernapasan terganggu, memberikan antikonvulsan sesuai instruksi medis, memantau tanda-tanda vital, mengkaji dan mengidentifikasi faktor pencetus kejang, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan komprehensif.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, perawat -
Article No. 20588 | 10 Aug 2025
Klinis : pasien anak umur 2 tahun kejang 1x, demam naik turun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: pasien anak umur 2 tahun kejang 1x, demam naik turun
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Risiko kejang berhubungan dengan demam
Definisi: Rentan mengalami kejang yang disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh di atas normal.
Pasien anak berusia 2 tahun dengan demam naik turun memiliki risiko mengalami kejang. Demam pada anak dapat memicu terjadinya kejang, terutama pada usia dini. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan ini tepat untuk menggambarkan kondisi pasien dan fokus perawatan yang dibutuhkan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
a. Tidak terjadi kejang
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh stabil dalam batas normal
- Tidak terjadi episode kejang selama perawatan
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan suhu tubuh yang dapat memicu kejang
b. Pengetahuan keluarga tentang manajemen demam dan pencegahan kejang meningkat
Kriteria hasil:
- Keluarga dapat menjelaskan penyebab, tanda, dan gejala demam pada anak
- Keluarga dapat menjelaskan teknik manajemen demam yang tepat, seperti pemberian antipiretik, kompres hangat, dan lain-lain
- Keluarga dapat menjelaskan tindakan yang harus dilakukan jika anak mengalami kejang
Luaran ini bertujuan untuk memastikan tidak terjadi kejang pada pasien dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengelola demam serta mencegah kejang pada anak.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
a. Pemantauan tanda-tanda vital
- Lakukan pemantauan suhu tubuh secara berkala
- Pantau adanya peningkatan suhu tubuh yang dapat memicu kejang
b. Manajemen demam
- Berikan terapi antipiretik sesuai indikasi
- Lakukan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh
- Anjurkan keluarga untuk memberikan asupan cairan yang cukup
c. Pencegahan kejang
- Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala peningkatan suhu tubuh yang dapat memicu kejang
- Ajarkan keluarga tentang tindakan pertolongan pertama jika anak mengalami kejang
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antiepilepsi jika diperlukan
d. Edukasi keluarga
- Berikan edukasi tentang penyebab, tanda, dan gejala demam pada anak
- Ajarkan teknik manajemen demam yang tepat, seperti pemberian antipiretik, kompres hangat, dan lain-lain
- Ajarkan tindakan yang harus dilakukan jika anak mengalami kejang
Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kejang, menurunkan demam, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga dalam mengelola demam dan mencegah kejang pada anak. -
Article No. 20589 | 10 Aug 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi nyeri akut, sesuai dengan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi nyeri akut berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan semacam itu. Nyeri akut memiliki onset yang tiba-tiba atau lambat, intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung dalam waktu singkat kurang dari 3 bulan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Tingkat Nyeri: Pasien akan melaporkan penurunan tingkat nyeri dari sedang/berat menjadi ringan atau tidak ada nyeri.
2. Kontrol Nyeri: Pasien akan mampu mengontrol nyeri yang dirasakan dengan menggunakan teknik-teknik penanganan nyeri yang efektif.
3. Perilaku Mengatasi Nyeri: Pasien akan menunjukkan perilaku yang efektif dalam mengatasi nyeri, seperti menggunakan teknik relaksasi, distraksi, atau terapi komplementer.
4. Kualitas Tidur: Pasien akan menunjukkan peningkatan kualitas tidur yang ditandai dengan pola tidur yang lebih baik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan pada kondisi nyeri akut adalah:
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi/pencetus nyeri.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian analgesik atau terapi lain yang sesuai.
- Ajarkan pasien teknik non-farmakologi untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin, atau terapi komplementer.
- Motivasi pasien untuk menggunakan teknik-teknik yang efektif dalam mengatasi nyeri.
2. Peningkatan Tidur:
- Kaji pola dan kualitas tidur pasien.
- Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur, seperti nyeri, kecemasan, atau lingkungan yang tidak nyaman.
- Berikan intervensi untuk meningkatkan kualitas tidur, seperti pengaturan lingkungan yang mendukung tidur, teknik relaksasi, atau pemberian obat tidur jika perlu.
- Evaluasi efektivitas intervensi yang diberikan dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
Dengan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan berdasarkan standar yang ada, diharapkan pasien dengan kondisi nyeri akut dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan tingkat nyeri, peningkatan kemampuan pasien dalam mengontrol nyeri, peningkatan perilaku mengatasi nyeri, serta peningkatan kualitas tidur. -
Article No. 20590 | 10 Aug 2025
Klinis : pasien perempuan umur 70 tahun dengan diagnosa adhf,dm dan hipertensi dengan oedem kaki dan ada suara ronkhi pada paru paru,mengeluhkan sesak, kardiomegali
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien dapat didiagnosis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I50.0
- Deskripsi: Gagal jantung kongestif (ADHF)
2. Kode ICD-10:
- Kode: E11.9
- Deskripsi: Diabetes melitus tipe 2 tanpa komplikasi
3. Kode ICD-10:
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
4. Kode ICD-10:
- Kode: R60.1
- Deskripsi: Edema kaki
5. Kode ICD-10:
- Kode: R06.0
- Deskripsi: Dispnea
6. Kode ICD-10:
- Kode: R19.1
- Deskripsi: Pembesaran organ (Kardiomegali)
7. Kode ICD-10:
- Kode: R09.1
- Deskripsi: Suara ronkhi pada paru-paru
Dalam kasus ini, tidak ada tindakan medis yang spesifik tercantum, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur.
Penjelasan rinci:
1. Gagal jantung kongestif (ADHF) - Pasien memiliki gejala sesak napas, edema kaki, dan kardiomegali, yang menunjukkan kondisi gagal jantung kongestif.
2. Diabetes melitus tipe 2 tanpa komplikasi - Pasien memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 yang belum menunjukkan komplikasi.
3. Hipertensi esensial (primer) - Pasien memiliki riwayat hipertensi, yang merupakan hipertensi esensial atau primer.
4. Edema kaki - Pasien mengalami pembengkakan atau edema pada kaki.
5. Dispnea - Pasien mengeluhkan sesak napas.
6. Kardiomegali - Pembesaran jantung terlihat pada pemeriksaan.
7. Suara ronkhi pada paru-paru - Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya suara ronkhi pada paru-paru pasien. -
Article No. 20592 | 10 Aug 2025
Klinis : pasien perempuan umur 70 tahun dengan diagnosa adhf,dm dan hipertensi dengan oedem kaki dan ada suara ronkhi pada paru paru,mengeluhkan sesak, kardiomegali
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Kelebihan Volume Cairan (00026)
Definisi: Kelebihan cairan intravaskular, interstitial, dan/atau trakeal-alveolar.
Faktor yang Berhubungan:
- Penyakit kardiovaskular (Gagal jantung)
- Penyakit ginjal
- Obat-obatan
- Pembatasan natrium
- Pembatasan cairan
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas.
Faktor yang Berhubungan:
- Hipersekresi mukus
- Kelemahan otot pernapasan
- Peningkatan produksi sekret
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kelebihan Volume Cairan (00026)
- Tanda-tanda vital stabil
- Tidak ada tanda-tanda edema
- Intake dan output cairan seimbang
- Berat badan stabil
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
- Pola napas efektif
- Tidak ada suara napas tambahan
- Klien dapat batuk dan bernapas dalam secara efektif
- Sekresi saluran napas minimal
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Kelebihan Volume Cairan (00026)
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur
- Pantau intake dan output cairan
- Timbang berat badan harian
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian diuretik, agen anti-hipertensi, dan pembatasan cairan
- Ajarkan klien tentang pembatasan cairan dan natrium
- Observasi tanda-tanda edema
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
- Pantau pola napas dan suara napas tambahan
- Lakukan fisioterapi dada dan teknik batuk yang efektif
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian bronkodilator dan mukolitik
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan klien teknik batuk dan napas dalam yang efektif
- Bantu klien untuk mempertahankan posisi yang nyaman
Penjelasan Rinci:
Pasien perempuan berusia 70 tahun dengan diagnosa ADHF (Acute Decompensated Heart Failure), DM, dan hipertensi menunjukkan gejala klinis yang mengindikasikan adanya kelebihan volume cairan dan bersihan jalan napas yang tidak efektif. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit kardiovaskular (gagal jantung), penyakit ginjal, dan diabetes mellitus.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah Kelebihan Volume Cairan (00026) dan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031). Kelebihan volume cairan dapat ditandai dengan edema kaki dan kardiomegali, sedangkan bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya suara ronki pada paru-paru dan keluhan sesak napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) meliputi stabilnya tanda-tanda vital, tidak adanya tanda-tanda edema, seimbangnya intake dan output cairan, serta berat badan yang stabil untuk Kelebihan Volume Cairan (00026). Untuk Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031), diharapkan pola napas yang efektif, tidak ada suara napas tambahan, kemampuan klien untuk batuk dan bernapas dalam secara efektif, serta sekresi saluran napas yang minimal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) meliputi pemantauan tanda-tanda vital, intake dan output cairan, serta berat badan harian. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian diuretik, agen anti-hipertensi, dan pembatasan cairan juga diperlukan. Selain itu, edukasi kepada klien tentang pembatasan cairan dan natrium, serta observasi tanda-tanda edema juga penting dilakukan.
Untuk Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031), intervensi yang diperlukan adalah pemantauan pola napas dan suara napas tambahan, fisioterapi dada dan teknik batuk yang efektif, kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian bronkodilator dan mukolitik, pemberian oksigen sesuai kebutuhan, serta edukasi kepada klien tentang teknik batuk dan napas dalam yang efektif.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi yang baik dengan tim medis, diharapkan dapat mencapai luaran/output yang diharapkan dan membantu pasien dalam pemulihan kondisinya.