Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4934 | 07 Nov 2024
Klinis : lemah badan sebelah kiri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi lemah badan sebelah kiri.
Diagnosa Keperawatan:
Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Hemiparesis Kiri.
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hambatan Mobilitas Fisik didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan yang disengaja dari tubuh atau salah satu anggota tubuh. Kondisi lemah badan sebelah kiri, atau hemiparesis, adalah salah satu penyebab dari Hambatan Mobilitas Fisik.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang diharapkan untuk pasien dengan Hambatan Mobilitas Fisik adalah Kemampuan Mobilitas Fisik yang meningkat. Indikator keberhasilan dapat dilihat dari peningkatan rentang gerak, kekuatan otot, dan koordinasi pergerakan anggota tubuh yang terdampak.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi Hambatan Mobilitas Fisik akibat hemiparesis meliputi:
1. Latihan Rentang Gerak untuk mempertahankan dan meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot.
2. Terapi Latihan untuk meningkatkan koordinasi dan keseimbangan.
3. Pelatihan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari untuk membantu pasien mandiri dalam aktivitas dasar.
4. Manajemen Nyeri untuk mengatasi nyeri yang mungkin menyertai kondisi hemiparesis.
5. Edukasi Perawatan Diri dan Latihan kepada pasien dan keluarga.
Harapannya, dengan penerapan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI, pasien dapat mencapai peningkatan kemampuan mobilitas fisik secara optimal. -
Article No. 4935 | 07 Nov 2024
Klinis : Desa Paracis terletak di kawasan pemukiman yang padat penduduk, sebagian warga mengatakan tidak ada bak sampah sementara, tidak mempunyai lahan untuk menyimpan sampah sementara. Tampak tumpukan sampah di sungai (25%), kondisi tempat penampungan air warga yang terbuka, tidak kedap air (32%) dan tempat pembuangan limbah keluarga dibakar (15%), di sungai (25%), di sembarang tempat (12%). Kondisi saluran pembuangan limbah tertutup tergenang (17%), terbuka tergenang 46%, terlihat saluran got yang kotor. Pengurasan bak mandi 2x/bulan (28%). Hewan di sekitar rumah (nyamuk) 40%. Warga mengatakan bahwa ada kebiasaan buruk warganya yang suka menumpuk barang bekas, membuang sampah ke sembarang tempat, sampah di pekarangan rumah menumpuk dan lingkungan sekitar warga terdapat rawa yang membuat banyak genangan dan risiko menjadi tempat berkembangnya jentik Aedes Aegypti. Terlihat rumah yang tidak bisa masuk cahaya matahari. Penataan rumah tidak rapi (banyak baju digantung di dalam rumah), jendela rumah permanen dan jarang dibuka. Pencahayaan sinar matahari yang tidak masuk ke dalam rumah (20%). Berdasarkan hasil wawancara di Kelurahan Tanjung pura didapatkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat kurang diperhatikan Sebanyak 37% warga menyajikan makanan secara terbuka, 30% kebiasaan keluarga dalam mencuci tangan adalah kadang-kadang, tampak anak-anak balita bermain dengan kondisi tangan yang kotor dan jajan sembarangan dengan makanan yang mengandung MSG dan pemanis buatan. Tingkat pendidikan warga lulus sebanyak SD 32%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, dapat diidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan beserta penjelasannya menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Kontaminasi
- SDKI: Risiko Kontaminasi
- SLKI: Manajemen Lingkungan
- SIKI: Intervensi Manajemen Lingkungan
Penjelasan: Kondisi lingkungan yang kurang bersih, seperti adanya tumpukan sampah di sungai, saluran pembuangan yang tergenang, dan adanya rawa, meningkatkan risiko kontaminasi dan penyebaran penyakit. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah manajemen lingkungan yang berfokus pada pengelolaan sampah, sanitasi, dan drainase.
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Penyakit Tular Vektor
- SDKI: Risiko Penyakit Tular Vektor
- SLKI: Manajemen Lingkungan
- SIKI: Intervensi Manajemen Lingkungan
Penjelasan: Kondisi lingkungan yang kurang bersih, seperti adanya genangan air, dapat menjadi tempat berkembangnya vektor penyakit, seperti nyamuk Aedes Aegypti. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah manajemen lingkungan yang berfokus pada pengendalian vektor penyakit.
3. Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
- SDKI: Defisit Perawatan Diri
- SLKI: Manajemen Diri
- SIKI: Intervensi Manajemen Diri
Penjelasan: Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang, seperti kebiasaan mencuci tangan yang tidak rutin, penyajian makanan yang terbuka, dan jajan sembarangan, menunjukkan defisit perawatan diri. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah manajemen diri yang berfokus pada edukasi dan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
4. Diagnosa Keperawatan: Lingkungan Rumah Tidak Sehat
- SDKI: Lingkungan Rumah Tidak Sehat
- SLKI: Manajemen Lingkungan
- SIKI: Intervensi Manajemen Lingkungan
Penjelasan: Kondisi rumah yang tidak memadai, seperti kurangnya pencahayaan matahari, penataan rumah yang tidak rapi, dan ventilasi yang kurang, dapat memengaruhi kesehatan penghuni. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah manajemen lingkungan yang berfokus pada peningkatan kualitas lingkungan rumah.
Dalam melaksanakan intervensi keperawatan, perawat perlu bekerja sama dengan masyarakat, pemerintah daerah, dan instansi terkait untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan mendukung perilaku hidup bersih dan sehat. -
Article No. 4936 | 07 Nov 2024
Klinis : Seorang wanita, usia 50 tahun, dirawat di rumah sakit dengan post op pemasangan colostomy e.c Ca Colon hari ke-3. Pasien perlu pemasangan stoma untuk memfasilitasi pengeluaran fesesl. Pasien telah menjalani prosedur pembuatan stoma pada regio abdomen sinistra (colon descendent). Sejak memiliki stoma pasien terlihat murung dan menolak kunjungan selain keluarganya. Saat perawat melakukan pengkajian, keluarga pasien menceritakan bahwa pasien malu bagaimana nanti menjalani hari-harinya dengan kondisi terpasang stoma. Pasien bekerja sebagai seorang petani. Pasien juga enggan beribadah saat di rumah sakit karena merasa badannya kotor karena kotoran yang keluar dari stoma. Pasien masih bingung nanti kalau di rumah bagaimana merawat stoma, dan khawatir pan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Citra Tubuh (SDKI: Gangguan Citra Tubuh)
Definisi: Persepsi negatif terhadap penampilan fisik atau fungsi tubuh yang dianggap berbeda dengan yang diharapkan.
Penjelasan: Pasien menunjukkan tanda-tanda perubahan citra tubuh setelah pemasangan stoma, seperti merasa malu, menolak kunjungan, dan enggan beribadah. Pasien khawatir dengan perubahan penampilan dan fungsi tubuh setelah pemasangan stoma.
2. Kekurangan Pengetahuan (SDKI: Defisit Pengetahuan)
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik, masalah kesehatan, atau prosedur.
Penjelasan: Pasien masih bingung dan khawatir tentang cara merawat stoma di rumah setelah pulang dari rumah sakit. Pasien juga belum memahami sepenuhnya dampak dan perubahan yang akan terjadi setelah pemasangan stoma.
3. Risiko Gangguan Integritas Kulit (SDKI: Risiko Gangguan Integritas Kulit)
Definisi: Risiko kerusakan atau perubahan pada epidermis dan/atau dermis.
Penjelasan: Pasien berisiko mengalami gangguan integritas kulit di sekitar stoma jika tidak mendapatkan perawatan yang tepat, seperti iritasi, dermatitis, atau lesi kulit.
Rencana Intervensi Keperawatan:
1. Intervensi untuk Gangguan Citra Tubuh:
- Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien.
- Fasilitasi diskusi dan berbagi perasaan pasien terkait perubahan citra tubuh.
- Libatkan keluarga dalam proses adaptasi dan penerimaan terhadap kondisi pasien.
2. Intervensi untuk Kekurangan Pengetahuan:
- Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan stoma, perubahan yang terjadi, dan manajemen kehidupan sehari-hari dengan stoma.
- Berikan informasi tentang sumber daya dan dukungan yang tersedia untuk pasien dengan stoma.
- Identifikasi dan atasi kesulitan atau hambatan dalam memahami informasi.
3. Intervensi untuk Risiko Gangguan Integritas Kulit:
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang teknik perawatan stoma yang tepat.
- Pantau kulit di sekitar stoma dan lakukan tindakan pencegahan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (misalnya, stoma terapis) untuk memastikan perawatan stoma yang optimal.
Dengan pendekatan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat beradaptasi dengan baik terhadap perubahan kondisi dan meningkatkan keyakinan diri dalam menjalani kehidupan sehari-hari dengan stoma. -
Article No. 4937 | 07 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 37 tahun datang ke RS Universitas Airlangga Surabaya dengan keluhan nyeri dan gatal-gatal pada tangan. Pasien mengatakan penyakitnya mulai dirasakan sejak tahun 2020, sudah pernah minum obat, dan mulai kambuh kembali mulai bulan agustus 2021. Hasil pengkajian pasien mengeluh sakit pada seluruh persendian siku tangan dan lutut, badan kemerahan dan panas. Pada pemeriksaan kulit didapat teraba seluruh kulit mengeras, terdapat bercak-bercak kemerahan, dan tanda bekas garukan. Pasien mengatakan malu dengan kondisinya saat ini. Pasien tinggal dalam 1 rumah terdapat 6 orang dan sering menggunakan barang-barang di rumah secara bersamaan. Hasil pemeriksaan TTV TD 100/80 mm/Hg, frekuensi nadi 84x/menit, frekuensi napas 32 x/menit, S :36.5 C. BB 40 Kg TB 153 cm.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Setelah mempertimbangkan gejala yang dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa kondisi pasien ini dapat didiagnosis dengan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L20.9
- Deskripsi: Eksim atopik, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
- Pasien mengeluhkan nyeri dan gatal-gatal pada kulit, terutama pada lengan dan lutut.
- Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kulit yang mengeras dan terdapat bercak-bercak kemerahan, serta tanda bekas garukan, yang mengarah pada kondisi eksim atopik.
- Eksim atopik (atopic dermatitis) adalah kondisi kulit inflamasi kronis yang ditandai dengan ruam, gatal-gatal, dan kulit kering. Kode ICD-10 L20.9 digunakan untuk eksim atopik yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur yang spesifik
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang tercantum dalam kasus ini.
Penjelasan:
- Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak terdapat tindakan medis yang dilakukan, sehingga tidak ada kode ICD-9-CM Procedure yang sesuai.
- Pada kasus ini, penatalaksanaan yang mungkin dilakukan adalah pemberian terapi topikal dan antihistamin untuk mengatasi gejala, serta edukasi kepada pasien mengenai perawatan kulit dan pencegahan kekambuhan. -
Article No. 4938 | 07 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 37 tahun datang ke RS Universitas Airlangga Surabaya dengan keluhan nyeri dan gatal-gatal pada tangan. Pasien mengatakan penyakitnya mulai dirasakan sejak tahun 2020, sudah pernah minum obat, dan mulai kambuh kembali mulai bulan agustus 2021. Hasil pengkajian pasien mengeluh sakit pada seluruh persendian siku tangan dan lutut, badan kemerahan dan panas. Pada pemeriksaan kulit didapat teraba seluruh kulit mengeras, terdapat bercak-bercak kemerahan, dan tanda bekas garukan. Pasien mengatakan malu dengan kondisinya saat ini. Pasien tinggal dalam 1 rumah terdapat 6 orang dan sering menggunakan barang-barang di rumah secara bersamaan. Hasil pemeriksaan TTV TD 100/80 mm/Hg, frekuensi nadi 84x/menit, frekuensi napas 32 x/menit, S :36.5 C. BB 40 Kg TB 153 cm.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, saya memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan reaksi alergi
2. Kecemasan berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan reaksi alergi
- SDKI: Gangguan Integritas Kulit
- SLKI: Perawatan Kulit
- SIKI: Manajemen Alergi
Penjelasan:
Pasien mengalami gejala seperti kulit yang mengeras, terdapat bercak-bercak kemerahan, dan tanda bekas garukan, yang menunjukkan adanya reaksi alergi pada kulit. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mengobservasi tanda-tanda infeksi, memberikan terapi topikal sesuai kondisi, menganjurkan penggunaan bahan yang tidak mengiritasi kulit, dan memberikan edukasi tentang perawatan kulit yang tepat.
2. Kecemasan berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan
- SDKI: Kecemasan
- SLKI: Manajemen Kecemasan
- SIKI: Terapi Relaksasi, Terapi Kognitif
Penjelasan:
Pasien mengatakan merasa malu dengan kondisinya saat ini, yang dapat menimbulkan kecemasan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain menggali penyebab kecemasan, memberikan terapi relaksasi, membantu pasien mengidentifikasi pikiran-pikiran negatif dan menggantinya dengan pikiran yang lebih positif, serta memberikan dukungan emosional.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI, diharapkan diagnosa keperawatan dan intervensi yang dilakukan dapat terstruktur dan sesuai dengan praktik keperawatan yang baku di Indonesia. -
Article No. 4939 | 07 Nov 2024
Klinis : Perfus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Perfus dengan nada akademis dan persona pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
Penjelasan:
Gangguan Perfusi Jaringan Perifer adalah keadaan di mana terjadi penurunan aliran darah ke jaringan perifer yang dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit vaskular, trauma, atau kondisi lainnya yang mempengaruhi sirkulasi darah.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Penurunan aliran darah ke jaringan perifer yang dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan.
Penyebab: Penyakit vaskular, trauma, kondisi lain yang mempengaruhi sirkulasi darah.
Karakteristik: Kulit pucat, dingin, kering, kuku sianosis, edema, nyeri, dan berkurangnya sensasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Perfusi jaringan perifer membaik.
2. Tidak terjadi komplikasi akibat gangguan perfusi.
3. Pasien/keluarga dapat mengidentifikasi faktor penyebab dan tanda-tanda gangguan perfusi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Monitor tanda-tanda vital dan perfusi perifer.
2. Atur posisi ekstremitas untuk meningkatkan aliran darah.
3. Berikan tindakan yang dapat meningkatkan sirkulasi darah, seperti massase, kompres hangat, dan latihan.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi yang tepat.
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga perfusi jaringan perifer.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami Diagnosa Keperawatan dan standar SDKI - SLKI - SIKI terkait kondisi Perfus. Jangan ragu untuk bertanya jika ada hal yang kurang jelas. -
Article No. 4940 | 07 Nov 2024
Klinis : Perfusi perifer tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi perfusi perifer tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Perifer Tidak Efektif
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mempertahankan aliran darah ke jaringan perifer yang optimal.
Faktor Yang Berhubungan:
- Penyakit vaskuler perifer
- Edema
- Gangguan sirkulasi
- Penurunan curah jantung
Karakteristik Mayor:
- Penurunan suhu ekstremitas
- Penurunan nadi perifer
- Penurunan pengisian kapiler
- Perubahan warna kulit
Tujuan Keperawatan:
- Pasien akan mempertahankan perfusi perifer yang adekuat selama perawatan.
- Pasien akan menunjukkan peningkatan aliran darah ke jaringan perifer.
Intervensi Keperawatan (SDKI):
1. Manajemen Perfusi
2. Terapi Oksigen
3. Peningkatan Sirkulasi
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Status Perfusi Perifer
2. Perfusi Jaringan
3. Perfusi Serebral
Luaran Intervensi (SIKI):
1. Perfusi Perifer Membaik
2. Sirkulasi Spontan Membaik
3. Tekanan Darah Terpelihara
Dengan demikian, diagnosa keperawatan "Perfusi Perifer Tidak Efektif" dapat ditangani melalui intervensi keperawatan yang berfokus pada manajemen perfusi, terapi oksigen, dan peningkatan sirkulasi, sehingga dapat mencapai luaran keperawatan yang diharapkan sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 4941 | 07 Nov 2024
Klinis : Perfusi perifer tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, perkenalkan saya Nurse Rina, seorang pakar di bidang keperawatan. Saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Perfusi Perifer tidak Efektif".
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Perifer tidak Efektif
Penjelasan:
Perfusi Perifer tidak Efektif merupakan suatu kondisi di mana terjadi penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit pembuluh darah, gangguan jantung, atau trauma.
Selanjutnya, mari kita bahas mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari PPNI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan respon pasien terhadap masalah kesehatan. Dalam kasus "Perfusi Perifer tidak Efektif", SDKI menyediakan definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan, dan faktor yang mungkin menjadi penyebab dari diagnosis keperawatan ini.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI merupakan standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan. Dalam kasus "Perfusi Perifer tidak Efektif", SLKI dapat mencakup luaran seperti peningkatan sirkulasi darah perifer, perbaikan integritas kulit, dan peningkatan toleransi aktivitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Dalam kasus "Perfusi Perifer tidak Efektif", SIKI dapat mencakup intervensi seperti pemantauan tanda-tanda vital, peningkatan posisi, dan pemberian terapi oksigen.
Dengan berpedoman pada SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk menangani kondisi "Perfusi Perifer tidak Efektif" secara efektif.
Semoga penjelasan singkat ini bermanfaat. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 4942 | 07 Nov 2024
Klinis : Nyeri kronis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Nyeri Kronis dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Kronis
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Kronis didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Nyeri kronis dapat disebabkan oleh berbagai kondisi seperti penyakit kronis, cedera, atau kondisi medis lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Nyeri Kronis adalah pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri, peningkatan kemampuan beraktivitas, dan perbaikan kualitas hidup. Indikator keberhasilan dapat diukur melalui skala nyeri, kemampuan fungsional, dan kepuasan pasien terhadap intervensi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk menangani Nyeri Kronis dapat meliputi:
1. Manajemen Nyeri: Mengkaji karakteristik nyeri, memantau tanda-tanda vital, dan memberikan terapi farmakologis maupun nonfarmakologis.
2. Edukasi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait penyebab, faktor yang mempengaruhi, dan strategi penanganan nyeri.
3. Kolaborasi: Melakukan koordinasi dengan tim kesehatan lain, seperti dokter, fisioterapis, atau ahli gizi, untuk mengoptimalkan penanganan nyeri.
4. Dukungan psikososial: Memberikan dukungan emosional dan memfasilitasi pasien untuk beradaptasi dengan kondisi nyeri kronis.
Secara keseluruhan, penanganan Nyeri Kronis memerlukan pendekatan holistik dan komprehensif dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tim kesehatan untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 4943 | 07 Nov 2024
Klinis : Ansietas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Ansietas:
Diagnosa Keperawatan: Ansietas
Definisi:
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang berlebihan terkait dengan sumber yang tidak spesifik atau tidak diketahui.
Faktor Pencetus:
1. Perubahan status kesehatan
2. Stres
3. Kurang pengetahuan
4. Kurang dukungan sosial
Karakteristik Definisi:
1. Gelisah
2. Khawatir
3. Takut akan sesuatu yang tidak jelas
4. Sulit berkonsentrasi
5. Jantung berdebar
6. Otot tegang
Tujuan Keperawatan:
1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab dan tanda-tanda ansietas.
2. Klien dapat melakukan manajemen ansietas.
3. Klien dapat meningkatkan koping yang efektif.
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Ansietas
2. Psikoedukasi
3. Latihan Relaksasi
4. Terapi Kognitif
Luaran Keperawatan (SIKI):
1. Tingkat Ansietas Menurun
2. Kemampuan Koping Meningkat
3. Kontrol Diri Meningkat
4. Pengetahuan Tentang Penyakit Meningkat
Jadi, dalam kondisi Ansietas, perawat dapat menggunakan diagnosa keperawatan Ansietas dan melaksanakan intervensi keperawatan sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI untuk membantu klien mencapai tujuan keperawatan yang diharapkan.