Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20927 | 20 Aug 2025
Klinis : Tentukan tujuan dan kriteria hasil untuk diagnosis gangguan mobilitas fisik dengan kasus Seorang laki-laki berusia 18 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri hebat pada paha kiri setelah jatuh dari tangga setinggi sekitar 2 meter. Pasien mengatakan tidak dapat menggerakkan tungkai kirinya dan merasa sangat nyeri bila mencoba digerakkan. Saat pemeriksaan, pasien dalam kondisi sadar penuh, tanda vital stabil (TD 120/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, suhu 36,8°C). Pada ekstremitas bawah kiri tampak deformitas pada paha, bengkak, disertai keterbatasan pergerakan. Tidak tampak luka terbuka pada kulit. Sirkulasi perifer, motorik, dan sensorik distal masih baik. Hasil foto rontgen menunjukkan adanya fraktur tertutup pada femur kiri bagian tengah. Pasien kemudian direncanakan untuk dilakukan operasi open reduction internal fixation (ORIF).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sesuai dengan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik (00085)
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik mandiri yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara tuntutan aktivitas dan kapasitas individu.
Kode: 00085
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas (1802)
Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan mandiri.
Kode: 1802
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Aktivitas (4310)
Definisi: Membantu pasien untuk merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi aktivitas fisik.
Kode: 4310
2. Manajemen Nyeri (1400)
Definisi: Pengurangan rasa nyeri hingga ke tingkat yang dapat diterima oleh pasien.
Kode: 1400
3. Perawatan Patah Tulang (4062)
Definisi: Tindakan untuk mencegah komplikasi dan mempromosikan penyembuhan patah tulang.
Kode: 4062
Tujuan dan Kriteria Hasil:
1. Pasien akan meningkatkan mobilitas fisik yang ditandai dengan:
a. Pasien dapat menggerakkan ekstremitas bawah kiri dengan minimal bantuan dalam waktu 3 hari.
b. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal dalam waktu 5 hari.
c. Pasien melaporkan nyeri berkurang menjadi skala 2-3 dari skala 0-10 dalam waktu 2 hari.
Penjelasan singkat:
Berdasarkan kasus yang diberikan, pasien mengalami gangguan mobilitas fisik akibat fraktur tertutup pada femur kiri. Tujuan keperawatan adalah untuk meningkatkan mobilitas fisik pasien dengan mengurangi nyeri, mencegah komplikasi, dan mempromosikan penyembuhan patah tulang. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen aktivitas, manajemen nyeri, dan perawatan patah tulang. -
Article No. 20928 | 20 Aug 2025
Klinis : Tentukan tujuan dan kriteria hasil untuk diagnosis gangguan mobilitas fisik dengan kasus Seorang laki-laki berusia 18 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri hebat pada paha kiri setelah jatuh dari tangga setinggi sekitar 2 meter. Pasien mengatakan tidak dapat menggerakkan tungkai kirinya dan merasa sangat nyeri bila mencoba digerakkan. Saat pemeriksaan, pasien dalam kondisi sadar penuh, tanda vital stabil (TD 120/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, suhu 36,8°C). Pada ekstremitas bawah kiri tampak deformitas pada paha, bengkak, disertai keterbatasan pergerakan. Tidak tampak luka terbuka pada kulit. Sirkulasi perifer, motorik, dan sensorik distal masih baik. Hasil foto rontgen menunjukkan adanya fraktur tertutup pada femur kiri bagian tengah. Pasien kemudian direncanakan untuk dilakukan operasi open reduction internal fixation (ORIF).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, tujuan, dan kriteria hasil untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik
Kode SDKI: 00085
Definisi SDKI: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang independen dan terarah, yang disebabkan oleh gangguan muskuloskeletal, neurologis, atau psikologis.
2. Nyeri Akut
Kode SDKI: 00132
Definisi SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menentukan diagnosa keperawatan. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk menentukan kriteria hasil. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk menentukan intervensi keperawatan.
Tujuan dan Kriteria Hasil:
1. Gangguan Mobilitas Fisik
Tujuan:
- Pasien dapat melakukan pergerakan tungkai kiri secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri atau dengan bantuan minimal.
Kriteria Hasil (SLKI):
- Pasien menunjukkan peningkatan rentang gerak sendi (Kode: 10001866).
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan berpindah (Kode: 10001867).
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari (Kode: 10001868).
2. Nyeri Akut
Tujuan:
- Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
- Pasien dapat mendemonstrasikan strategi manajemen nyeri yang efektif.
Kriteria Hasil (SLKI):
- Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri (Kode: 10001863).
- Pasien mendemonstrasikan strategi manajemen nyeri yang efektif (Kode: 10001864).
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal (Kode: 10001865).
Semoga penjelasan ini membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, SDKI - SLKI - SIKI, tujuan, dan kriteria hasil untuk kondisi yang Anda deskripsikan. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 20929 | 20 Aug 2025
Klinis : Tentukan implementasi untuk diagnosis gangguan mobilitas fisik dengan kasus Seorang laki-laki berusia 18 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri hebat pada paha kiri setelah jatuh dari tangga setinggi sekitar 2 meter. Pasien mengatakan tidak dapat menggerakkan tungkai kirinya dan merasa sangat nyeri bila mencoba digerakkan. Saat pemeriksaan, pasien dalam kondisi sadar penuh, tanda vital stabil (TD 120/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, suhu 36,8°C). Pada ekstremitas bawah kiri tampak deformitas pada paha, bengkak, disertai keterbatasan pergerakan. Tidak tampak luka terbuka pada kulit. Sirkulasi perifer, motorik, dan sensorik distal masih baik. Hasil foto rontgen menunjukkan adanya fraktur tertutup pada femur kiri bagian tengah. Pasien kemudian direncanakan untuk dilakukan operasi open reduction internal fixation (ORIF).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya jelaskan diagnosis keperawatan, serta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00085
Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan untuk melakukan gerakan fisik yang disengaja dari satu atau lebih anggota tubuh secara mandiri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS 0087
Definisi: Tingkat kemampuan pasien dalam melakukan gerakan fisik yang disengaja dari satu atau lebih anggota tubuh secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP 0091
Definisi: Serangkaian aktivitas yang dilakukan untuk membantu pasien meningkatkan, mempertahankan, atau memulihkan kemampuan dalam melakukan gerakan fisik yang disengaja dari satu atau lebih anggota tubuh secara mandiri.
Implementasi untuk Diagnosis Gangguan Mobilitas Fisik:
1. Lakukan pengkajian yang komprehensif terkait kondisi fisik pasien, seperti tingkat nyeri, kemampuan pergerakan, sirkulasi, sensorik, dan motorik.
2. Kolaborasi dengan tim medis untuk rencana tindakan operasi ORIF (Open Reduction Internal Fixation) pada fraktur femur.
3. Berikan analgesik sesuai resep untuk mengurangi nyeri.
4. Berikan imobilisasi pada ekstremitas yang fraktur menggunakan alat bantu, seperti splint atau traksi.
5. Lakukan latihan ROM (Range of Motion) pasif pada ekstremitas yang tidak terlibat untuk mencegah kontraktur.
6. Ajarkan dan latih pasien untuk melakukan latihan isometrik dan ROM aktif terbatas pada ekstremitas yang fraktur sesuai toleransi.
7. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait proses penyembuhan, perawatan, dan pencegahan komplikasi.
8. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rencana latihan fisik yang tepat sesuai kondisi pasien.
9. Pantau tanda-tanda vital, sirkulasi, motorik, dan sensorik ekstremitas yang terlibat secara berkala.
10. Dokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 20930 | 20 Aug 2025
Klinis : Tentukan evaluasi untuk diagnosis gangguan mobilitas fisik dengan kasus Seorang laki-laki berusia 18 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri hebat pada paha kiri setelah jatuh dari tangga setinggi sekitar 2 meter. Pasien mengatakan tidak dapat menggerakkan tungkai kirinya dan merasa sangat nyeri bila mencoba digerakkan. Saat pemeriksaan, pasien dalam kondisi sadar penuh, tanda vital stabil (TD 120/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, suhu 36,8°C). Pada ekstremitas bawah kiri tampak deformitas pada paha, bengkak, disertai keterbatasan pergerakan. Tidak tampak luka terbuka pada kulit. Sirkulasi perifer, motorik, dan sensorik distal masih baik. Hasil foto rontgen menunjukkan adanya fraktur tertutup pada femur kiri bagian tengah. Pasien kemudian direncanakan untuk dilakukan operasi open reduction internal fixation (ORIF).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang Anda berikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosis Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik
Kode: 00085 (NANDA-I)
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh faktor muskuloskeletal, neurologis, atau perkembangan.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami fraktur tertutup pada femur kiri bagian tengah akibat jatuh dari tangga setinggi 2 meter. Hal ini menyebabkan deformitas, bengkak, dan keterbatasan pergerakan pada ekstremitas bawah kiri. Kondisi ini mengakibatkan gangguan mobilitas fisik pada pasien.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 08019
Nama: Keterbatasan Mobilitas Fisik
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami keterbatasan dalam melakukan pergerakan fisik yang disebabkan oleh faktor muskuloskeletal, neurologis, atau perkembangan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 08019
Nama: Mobilitas Fisik
Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan pergerakan fisik yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 08019
Nama: Peningkatan Mobilitas Fisik
Definisi: Upaya untuk memfasilitasi individu dalam melakukan pergerakan fisik yang efektif.
Evaluasi:
Setelah diberikan intervensi keperawatan yang sesuai, seperti manajemen nyeri, edukasi, mobilisasi bertahap, dan kolaborasi dengan tim medis, diharapkan kondisi pasien dapat membaik. Tujuan evaluasi yang dapat diterapkan adalah:
1. Pasien dapat melakukan pergerakan ekstremitas bawah kiri dengan nyeri minimal.
2. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri atau dengan bantuan minimal.
3. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan fisik dan mobilitas sesuai dengan kondisi saat ini. -
Article No. 20931 | 20 Aug 2025
Klinis : Tentukan evaluasi untuk diagnosis gangguan mobilitas fisik dengan kasus Seorang laki-laki berusia 18 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri hebat pada paha kiri setelah jatuh dari tangga setinggi sekitar 2 meter. Pasien mengatakan tidak dapat menggerakkan tungkai kirinya dan merasa sangat nyeri bila mencoba digerakkan. Saat pemeriksaan, pasien dalam kondisi sadar penuh, tanda vital stabil (TD 120/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, suhu 36,8°C). Pada ekstremitas bawah kiri tampak deformitas pada paha, bengkak, disertai keterbatasan pergerakan. Tidak tampak luka terbuka pada kulit. Sirkulasi perifer, motorik, dan sensorik distal masih baik. Hasil foto rontgen menunjukkan adanya fraktur tertutup pada femur kiri bagian tengah. Pasien kemudian direncanakan untuk dilakukan operasi open reduction internal fixation (ORIF).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta evaluasi untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan fraktur femur tertutup, ditandai dengan keterbatasan pergerakan tungkai kiri.
Kode SDKI: 00085
Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang bertujuan dan terkoordinasi dari satu atau lebih ekstremitas.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00085
- Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang bertujuan dan terkoordinasi dari satu atau lebih ekstremitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 1805
- Definisi: Kemampuan individu untuk melakukan gerakan tubuh yang terkoordinasi dan terarah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 4420
- Definisi: Pemberian bantuan untuk meningkatkan atau mempertahankan kemampuan individu dalam melakukan gerakan tubuh yang terkoordinasi dan terarah.
Evaluasi:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pasien dapat:
1. Menunjukkan peningkatan kemampuan pergerakan tungkai kiri setelah dilakukan ORIF.
2. Menunjukkan penurunan nyeri pada tungkai kiri.
3. Menunjukkan peningkatan kemampuan aktivitas sehari-hari secara bertahap.
Catatan:
Pasien akan membutuhkan perawatan dan rehabilitasi yang komprehensif untuk memulihkan mobilitas fisiknya setelah operasi ORIF. Evaluasi harus dilakukan secara berkala untuk memantau kemajuan pasien. -
Article No. 20849 | 19 Aug 2025
Klinis : penurunan curah jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai kondisi penurunan curah jantung, mulai dari diagnosis keperawatan SDKI, luaran atau output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI). Saya akan menggunakan nada akademis dan berbicara dari sudut pandang seorang perawat profesional.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi penurunan curah jantung:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi penurunan curah jantung berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Penurunan Curah Jantung". Penurunan curah jantung didefinisikan sebagai ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Karakteristik definisi penurunan curah jantung mencakup:
- Adanya penurunan volume sekuncup
- Peningkatan frekuensi jantung
- Penurunan isi sekuncup
- Peningkatan tekanan darah
- Peningkatan tekanan vena
- Penurunan perfusi jaringan
- Tanda dan gejala ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen di jaringan
Diagnosa ini menggambarkan kondisi klinis pasien dengan penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif, sehingga dapat menyebabkan gangguan pada perfusi jaringan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif, luaran atau output yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) untuk kondisi penurunan curah jantung adalah:
a. Stabilitas Hemodinamik
- Frekuensi jantung dalam rentang normal
- Tekanan darah dalam rentang normal
- Isi sekuncup dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda kegagalan jantung
b. Perfusi Jaringan yang Adekuat
- Capillary refill time normal
- Tidak ada tanda-tanda hipoperfusi (seperti pucat, dingin, sianosis)
- Tidak ada edema
- Tidak ada keluhan gejala kekurangan oksigen (seperti sesak napas, kelelahan, pusing)
c. Tidak Ada Komplikasi
- Tidak terjadi komplikasi akibat penurunan curah jantung (seperti gagal jantung, syok kardiogenik)
- Tidak terjadi komplikasi akibat penanganan (seperti efek samping obat-obatan)
Luaran ini menggambarkan kondisi ideal yang diharapkan dicapai setelah pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan penurunan curah jantung.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan pada pasien dengan penurunan curah jantung, beberapa intervensi keperawatan yang perlu dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
a. Pemantauan Hemodinamik
- Pemantauan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
- Pemantauan output jantung (isi sekuncup, curah jantung)
- Pemantauan status cairan (intake, output, balance cairan)
- Pemantauan status elektrolit (natrium, kalium, kalsium)
b. Manajemen Perfusi Jaringan
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
- Pengaturan posisi (seperti posisi semi-fowler)
- Manajemen edema (misalnya elevasi ekstremitas)
- Kolaborasi pemberian obat-obatan vasoaktif (jika diperlukan)
c. Pencegahan Komplikasi
- Pencegahan komplikasi kardiovaskular (misalnya monitoring tanda-tanda gagal jantung)
- Pencegahan komplikasi terkait penanganan (misalnya efek samping obat-obatan)
- Edukasi pasien dan keluarga tentang gejala komplikasi dan tindakan yang harus dilakukan
Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk menstabilkan kondisi hemodinamik, mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, serta mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk kondisi pasien dengan penurunan curah jantung.
Secara keseluruhan, pendekatan asuhan keperawatan yang komprehensif, termasuk diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, merupakan upaya untuk membantu pasien dengan penurunan curah jantung mencapai stabilitas kondisi dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 20850 | 19 Aug 2025
Klinis : berat badan pasien turun, pasien dipasang nasal kanul dan ngt, pasien tidak muntah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Malnutrisi Berhubungan dengan Penurunan Berat Badan
Kode: 00194 (NANDA-I)
Penjelasan Singkat:
Diagnosa ini menggambarkan kondisi pasien yang mengalami penurunan berat badan yang dapat mengakibatkan risiko malnutrisi. Hal ini dapat disebabkan oleh asupan nutrisi yang tidak adekuat atau perubahan metabolisme.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Malnutrisi
Kode: 10025
Definisi: Kerentanan terhadap ketidakseimbangan nutrisi yang dapat menyebabkan malnutrisi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Status Gizi
Kode: 10037
Definisi: Keadaan yang menggambarkan tingkat pemenuhan kebutuhan nutrisi individu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nutrisi
Kode: 10049
Definisi: Upaya untuk mempertahankan atau memperbaiki status nutrisi individu.
Dengan kondisi pasien yang dipasang nasal kanul dan NGT, serta tidak muntah, intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah:
- Memantau asupan dan output nutrisi pasien
- Memastikan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi melalui pemberian nutrisi enteral (melalui NGT)
- Mengoptimalkan toleransi nutrisi enteral
- Memberikan edukasi dan konseling terkait nutrisi kepada pasien dan keluarga
Diharapkan intervensi ini dapat membantu meningkatkan status gizi pasien dan mencegah risiko malnutrisi. -
Article No. 20851 | 19 Aug 2025
Klinis : pasien datang ingin melakukan kontrol ulang post op jari tangan kiri ke rumah sakit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
Berdasarkan informasi yang diberikan, di mana pasien datang untuk melakukan kontrol ulang post op jari tangan kiri, maka diagnosa keperawatan yang sesuai dari SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Pasien yang menjalani operasi jari tangan memiliki risiko infeksi yang perlu diidentifikasi dan ditangani dengan tepat. Pemantauan tanda-tanda infeksi, perawatan luka, dan pemberian terapi antibiotik yang sesuai menjadi sangat penting untuk mencegah komplikasi dan memfasilitasi proses penyembuhan yang optimal.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
Luaran: Bebas Infeksi
Definisi: Tidak adanya tanda-tanda dan gejala infeksi pada jaringan.
Indikator:
a. Tidak ada kemerahan, pembengkakan, atau peningkatan suhu pada area luka operasi.
b. Tidak ada drainase atau eksudasi cairan purulent dari luka.
c. Tidak ada nyeri atau rasa tidak nyaman pada area luka.
d. Tidak ada demam atau tanda-tanda infeksi sistemik.
Pencapaian luaran ini menunjukkan bahwa proses penyembuhan luka berjalan dengan baik dan tidak terjadi komplikasi infeksi, sehingga pasien dapat kembali ke kondisi yang optimal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran "Bebas Infeksi" pada pasien pasca operasi jari tangan, diperlukan intervensi keperawatan yang komprehensif berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), antara lain:
a. Perawatan Luka
- Melakukan penilaian luka secara berkala (misalnya warna, suhu, eksudat, dan tanda-tanda infeksi)
- Membersihkan luka dengan teknik aseptik dan menggunakan larutan antiseptik yang sesuai
- Mengganti balutan luka secara teratur sesuai kebutuhan
- Memantau tanda-tanda infeksi dan mengkomunikasikan temuan kepada tenaga kesehatan yang bertanggung jawab
b. Pemberian Terapi Antibiotik
- Memantau pemberian antibiotik sesuai dengan resep dokter
- Memantau efek samping dan interaksi obat yang mungkin terjadi
- Memastikan kepatuhan pasien dalam mengonsumsi antibiotik
c. Edukasi dan Konseling Pasien
- Memberikan edukasi tentang perawatan luka dan tanda-tanda infeksi
- Mengajarkan pasien teknik perawatan luka yang tepat
- Memotivasi pasien untuk mematuhi regimen pengobatan dan perawatan
d. Pemantauan dan Evaluasi
- Melakukan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
- Melakukan evaluasi perkembangan penyembuhan luka secara teratur
- Mengkomunikasikan temuan dan rencana tindak lanjut kepada tenaga kesehatan yang bertanggung jawab
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran "Bebas Infeksi" dan proses penyembuhan luka dapat berlangsung dengan baik. -
Article No. 20852 | 19 Aug 2025
Klinis : pergerakan tangan dan kaki tidak terkendali
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pergerakan tangan dan kaki yang tidak terkendali adalah "Ketidakstabilan Neuromuskular". Diagnosis ini mengacu pada gangguan pada sistem saraf dan otot yang menyebabkan pergerakan yang tidak terkontrol.
Penjelasan:
Ketidakstabilan Neuromuskular merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi ketidakmampuan individu untuk mengontrol pergerakan anggota gerak, seperti tangan dan kaki, akibat gangguan pada sistem saraf dan otot. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cedera otak, penyakit neurologis, atau efek samping obat-obatan tertentu.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Stabilitas Neuromuskular Meningkat
2. Mobilitas Fisik Membaik
3. Risiko Cedera Menurun
Penjelasan:
1. Stabilitas Neuromuskular Meningkat
Indikator dari luaran ini adalah pasien mampu mengontrol pergerakan tangan dan kaki secara lebih stabil, serta adanya penurunan frekuensi gerakan tidak terkendali.
2. Mobilitas Fisik Membaik
Indikator luaran ini adalah pasien dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari dengan lebih baik, seperti berjalan, menggenggam, dan melakukan aktivitas lainnya.
3. Risiko Cedera Menurun
Indikator luaran ini adalah pasien memiliki risiko yang lebih rendah untuk mengalami cedera akibat pergerakan tidak terkendali, seperti terjatuh atau benturan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Neuromuskular
2. Terapi Aktivitas
3. Pencegahan Risiko Cedera
Penjelasan:
1. Manajemen Neuromuskular
Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien dalam mengontrol pergerakan anggota gerak melalui berbagai teknik, seperti:
- Latihan kontrol pergerakan
- Pemberian obat-obatan sesuai resep dokter
- Terapi fisik untuk meningkatkan kekuatan dan koordinasi
2. Terapi Aktivitas
Intervensi ini bertujuan untuk membantu pasien meningkatkan mobilitas fisik dan kemampuan fungsional melalui:
- Latihan aktivitas sehari-hari yang terstruktur
- Penggunaan alat bantu mobilitas jika diperlukan
- Modifikasi lingkungan untuk memfasilitasi aktivitas
3. Pencegahan Risiko Cedera
Intervensi ini bertujuan untuk mengurangi risiko cedera yang mungkin terjadi akibat pergerakan tidak terkendali, seperti:
- Penggunaan alat pelindung (misalnya bantalan, pengaman)
- Pengawasan ketat saat pasien melakukan aktivitas
- Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai risiko cedera dan cara pencegahannya
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu peningkatan stabilitas neuromuskular, perbaikan mobilitas fisik, dan penurunan risiko cedera. -
Article No. 20853 | 19 Aug 2025
Klinis : communicating hydrocephalus cerebral edma plagiocephaly cerebral palsy-mild hyponatremia artinya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menjabarkan hal-hal yang Anda minta secara rinci dan terperinci dengan tone akademis dan persona sebagai pakar keperawatan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi:
a. Communicating hydrocephalus: Diagnosa yang sesuai adalah "Peningkatan tekanan intrakranial". Kondisi ini ditandai dengan adanya gangguan sirkulasi cairan serebrospinal yang menyebabkan peningkatan tekanan di dalam rongga kranium.
b. Cerebral edema: Diagnosa yang sesuai adalah "Peningkatan tekanan intrakranial". Cerebral edema merupakan akumulasi cairan di dalam jaringan otak yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial.
c. Plagiocephaly: Diagnosa yang sesuai adalah "Gangguan bentuk kepala". Plagiocephaly adalah kondisi deformitas kepala yang menyebabkan asimetri pada bentuk kepala.
d. Cerebral palsy-mild: Diagnosa yang sesuai adalah "Gangguan mobilitas fisik". Cerebral palsy adalah kondisi gangguan motorik yang disebabkan oleh kerusakan pada otak, yang dapat menyebabkan gangguan pada pergerakan dan koordinasi tubuh.
e. Hyponatremia: Diagnosa yang sesuai adalah "Ketidakseimbangan cairan". Hyponatremia adalah kondisi penurunan kadar natrium dalam darah yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Peningkatan tekanan intrakranial:
- Tekanan intrakranial dalam batas normal
- Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial terkendali
- Gejala penurunan tekanan intrakranial teratasi
b. Gangguan bentuk kepala:
- Bentuk kepala menjadi simetris
- Tidak ada deformitas pada kepala
- Fungsi perkembangan otak optimal
c. Gangguan mobilitas fisik:
- Mobilitas fisik meningkat
- Kemampuan fungsional meningkat
- Tidak ada komplikasi terkait gangguan mobilitas
d. Ketidakseimbangan cairan:
- Kadar natrium dalam batas normal
- Tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan teratasi
- Tidak ada komplikasi terkait ketidakseimbangan cairan
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Peningkatan tekanan intrakranial:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan neurologi secara berkala
- Pemberian obat-obatan untuk menurunkan tekanan intrakranial
- Pengaturan posisi kepala dan leher untuk memfasilitasi drainase cairan serebrospinal
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli terapi fisik, dll.) untuk penanganan komprehensif
b. Gangguan bentuk kepala:
- Perawatan khusus untuk mempertahankan dan memperbaiki bentuk kepala
- Pemberian alat bantu untuk menjaga posisi kepala (misal: topi pelindung)
- Edukasi dan konseling bagi keluarga tentang perawatan dan stimulasi perkembangan anak
c. Gangguan mobilitas fisik:
- Terapi latihan untuk meningkatkan kekuatan, koordinasi, dan mobilitas
- Penggunaan alat bantu mobilitas sesuai kebutuhan (kursi roda, walker, dll.)
- Kolaborasi dengan ahli terapi fisik dan okupasi untuk intervensi komprehensif
d. Ketidakseimbangan cairan:
- Pemantauan intake dan output cairan secara ketat
- Pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Edukasi bagi pasien dan keluarga tentang manajemen cairan dan elektrolit
Setiap intervensi keperawatan yang dilakukan harus didasarkan pada diagnosa keperawatan yang tepat dan bertujuan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting untuk menangani kondisi-kondisi yang kompleks.